Berita Kampus

Pije Akhirnya Konfirmasi Ada Bahasan Eco Summit, Lalu Sebut Sifatnya Bukanlah Politik Dua Kaki

Gubernur BEM FEB Freijae Rakasiwi alias Pije. (Sumbe: Istimewa)

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


SKETSA – Gubernur BEM FEB Freijae Rakasiwi alias Pije akhirnya mengakui ada Eco Summit saat ia dan dua stafnya melakukan pertemuan terbatas dengan Pertamina. Setelah kali ke sekian dikonfirmasi, dan sebelum-sebelumnya selalu menjawab “enggak ada”.

Sketsa pertama kali mengonfirmasi Pije tentang pertemuannya dengan Pertamina pada Rabu, 4 April 2018. Ketika itu, ia hanya menjelaskan inti pertemuan hanya membahas kegiatan Pertamina Goes to Campus (PGTC) dan Blok Mahakam.

“Untuk konfirmasi pertama itu saya tidak mau (menyebut secara teknis). Di awal, memang kita sebelum aksi dan segala macamnya, kita sudah mengantarkan proposal SGFT (Stadium General & Field Trip) ke Pertamina,” kata Pije pada Selasa, 24 April atau dua puluh hari setelah pernyataannya kali pertama. 

Ia mulai mengalirkan isi bahasan yang sebelumnya tak pernah mau disebut olehnya.

“Sudah selesai pembacaan teknis SGFT, terus Pertamina itu nanya ke kita, ‘Ada lagi enggak yang mau dibantu?’ Saya terus iya, saya sudah jelaskan bahwa Eco Summit itu gini, dan begini-begini. ‘Ada lagi enggak yang mau dibantu?’ Ya, sudah. Ya kalau bisa, agenda kita ini bang, dan dananya sekian-sekian. Baru yang kita kasih itu proposal SGFT,” kata Pije.

Memang, saat pertama kali dikonfirmasi pada 4 April silam, Pije mengatakan bahwa dirinya sama sekali tidak membahas perihal kenaikan harga BBM non-subsidi saat berlangsungnya pertemuan terbatas dengan pihak Pertamina di D’Orange Café.

(Baca: https://sketsaunmul.co/berita-kampus/pertamina-dan-gubernur-bem-feb-lakukan-pertemuan-terbatas-apa-yang-dibahas/baca)

Raden Roro Mira Budiasih, anggota pasca magang Pertamina mengatakan bahwa Pije di pertemuan itu paling vokal untuk meminta bantuan sponsorship ke Pertamina. Menanggapi pernyataan Roro, Pije menolak disebut paling vokal. Diskusi itu hanya mengalir sebagaimana harusnya-- antara Pije dan dua stafnya bersama dengan pihak Pertamina.

Pije berdalih tidak menyebut bahasan Eco Summit sejak awal saat dikonfirmasi Sketsa karena kegiatan tersebut hanyalah sub kegiatan dari SGFT. Artinya, kegiatan SGFT adalah kegiatan utama, sedang Eco Summit hanyalah rangkaian saja.

“Jadi rangkaian Eco Summit-nya itu, kita sudah jelaskan ke Pertamina. Dia tanya apa aja rangkaiannya? Oke kita sampaikan rangkaiannya apa saja. Bukan bahas Eco Summit-nya, tapi kita bahas rangkaian Eco Summit-nya. Kita tidak membahas secara detail, itu hanya rangkaiannya saja. Dan kita lebih fokus ke ranah SGFT,” ujarnya.

Jadi, Politik Dua Kaki atau Dua Substansi yang Berbeda?

“Sebetulnya masalah ini, ini dua hal yang berbeda. Jadi masalah ini karenanmasalah acara (SGFT dan Eco Summit) dan untuk memperpanjang nafas perjuangan di gerakan mahasiswa. Saat pertemuan dengan Pertamina itu, saya masih belum menjadi (jenderal) Aliansi Garuda,” paparnya.

Pije bersikeras sifat yang dilakukannya bukan politik dua kaki. Katanya, ini merupakan polemik yang berbeda. Sebab kenaikan harga bahan bakar tersebut sifatnya insidental, maka saat pengajuan sponsorship ke Pertamina, ia sejatinya dalam posisi tidak tahu-menahu BBM akan naik atau tidak. Pije berujar, BEM FEB dalam hal ini rekan-rekan panitia sudah jauh-jauh hari merancang SGFT dan Eco Summit.

Kareana saat ini Blok Mahakam dikelola oleh Pertamina-- sebelumnya dikelola Total E&P Indonesie-- maka agenda SGFT memang sudah ditargetkan dari awal untuk ke sana. Pije pun kembali menekankan bahwa rencana tersebut sudah digarap jauh-jauh hari sebelum isu BBM mulai diadvokasi Aliansi Garuda Mulawarman.

“Karena kita bertamu di sana. Kita enggak ngemis loh. Otomatis (karena) kita bertamu, kita dijamu di sana,” katanya.

Kedatangan Pije bertemu dengan Pertamina memang dilematis. Di satu sisi pihaknya menunggu follow up sponsorship, di sisi lain isu kenaikan dan kelangkaan BBM sedang memanas. Sehingga jika dikatakan politik dua kaki, Pije menganggap dirinya tidak melakukan hal itu. Lagi, ini kasus yang berbeda.

Namun ketika tiga dosen dari tiga disiplin ilmu yang berbeda mengecam tindakannya, Pije menyikapi terbuka bahwa dosen itu sah-sah saja untuk menilai hal ini.

(Baca: https://sketsaunmul.co/berita-kampus/pakar-politik-unmul-mengecam-pije-memuji-aldo/baca dan https://sketsaunmul.co/berita-kampus/pedasnya-kritik-pakar-hukum-dan-pakar-sosial-unmul-kepada-pije-mahasiswa-dan-bem/baca)

Pije justru menilai idealismenya masih terjaga itu sebabnya ia terlibat dalam aksi BBM jilid II di Terminal Bahan Bakar Minyak. Kehadirannya dalam barisan massa aksi ia anggap bukan prakti politik dua kaki, melainkan justru mematahkan persepsi politik dua kaki tersebut. Kecuali kalau dirinya tidak ikut dalam aksi BBM yang kedua, baru ia sepakat dikatakan berpolitik dua kaki.

“Ini pertemuannya (dengan Pertamina) saja yang kondisinya enggak pas, makanya beritanya jadi politik dua kaki. Menurut saya, ini kasus yang berbeda. Kita tetap lantang menyuarakan kesalahan Pertamina dan kita tetap menjaga tujuan dari agenda kita sendiri, jadi seimbang lah,” pungkasnya. (syl/dan/erp/nhh/sut/len/wal)



Kolom Komentar

Share this article