Berita Kampus

Organisasi Eksternal Masuk PKKMB, Apa yang Dilanggar?

Mahasiswa memegang spanduk selamat datang dari KAMMI Unmul di sela-sela PKKMB di GOR 27 September. (Sumber: Istimewa)

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


SKETSA - Kehadiran organisasi Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) dalam ajang PKKMB Unmul pada Rabu, (15/8) lalu membuat sejumlah organisasi internal Unmul gemas. Pasalnya, waktu itu KAMMI sebagai organisasi eksternal kampus ikut membaur dalam keramaian PKKMB, yang notabene ajang internal kampus.

Mereka datang membawa spanduk bertuliskan selamat datang, hingga akhirnya diduga meminta sejumlah maba berfoto dengan membawa spanduk tersebut. Foto-foto itu cepat menyebar. Salah satu foto tampak diambil dari unggahan WhatsApp Stories milik Presiden BEM KM Unmul 2017, Norman Iswahyudi. 

Presiden BEM FISIP Andi Muhammad Akbar mengatakan, ia tak mempermasalahkan kehadiran KAMMI saat PKKMB karena FISIP menolak produk NKK-BKK yang mewariskan dikotomi ormawa internal dan eksternal kampus.

"Tapi, yang perlu digarisbawahi adalah organisasi mahasiswa eksternal di Samarinda itu banyak. Kenapa komunikasi yang dibuka hanya ke satu organ. Mencari kader dan kampanye enggak apa-apa, tapi juga harus diperhatikan organisasi yang lain," kata Akbar yang juga merupakan kader Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) ini.

Sementara itu, Ketua BEM FT Yoga Pratama Khatulistiwa menyebut, kejadian KAMMI masuk PKKMB Unmul adalah ketidakadilan bagi organisasi mahasiswa lainnya. Sama seperti Akbar, Yoga pun tak mempermasalahkan ruang gerak organisasi mahasiswa manapun.

"Di Teknik, kaderisasi kami beda. Mahasiswa langsung diarahkan masuk ke himpunan," ujarnya.

Yoga mengatakan boleh saja bagi mahasiswa Teknik untuk bergabung dengan organisasi eksternal, dengan catatan tidak membawa kepentingan organisasi masuk ke dalam kampus.

"Cuma untuk sekarang kalau mau bikin perkenalan organ eksternal bikin sendiri momennya, bukan maksa ada di PKKMB. Sekarang jangan dululah eksternal," katanya.

Kehebohan lain datang dari postingan Facebook milik Armin Beni Pasapan, mahasiswa Hubungan Internasional, sekaligus kader Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI). Kecurigaan tentang KAMMI sebagai organisasi yang berkuasa di Unmul sehingga mendapatkan privilese untuk hadir di PKKMB juga diutarakan Armin.

"Hal-hal begini segera diklarifikasi dan minta maaf pada mahasiswa baru, civitas Unmul dan organisasi internal Universitas Mulawarman. Sejatinya kita harus fair dalam melaksanakan segala sesuatunya dengan tidak menghalalkan segala cara demi kelanggengan kekuasaan," tulisnya.

Menurut Armin, ini adalah sejarah pahit, mahasiswa baru dimanfaatkan untuk membawa eksternal kampus hadir dalam PKKMB yang merupakan agenda internal Unmul.

"Kalau hanya ucapan dijalan masih wajar, kalau sudah sampai begini. Kasus." Postingan itu juga diakhiri dengan tagar #2018GantiBemUnmul.

Wakil Presiden BEM KM Unmul sekaligus ketua panitia PKKMB, Muhammad Miftahul Mubarok mengaku telah menegur Ketua KAMMI Komsat Unmul, Febri Abdul Haminudin atas munculnya organisasi yang ia pimpin di acara ospek universitas.

"'Feb, kok bisa ada tuh spanduk KAMMI? Febri bilang, "Tenang, Mif, aku udah dapat SOP dari temen-temen FKIP. Karena kamu bilang di SOP pas konsolidasi ketika konfigurasi dibilang kelar sama korlap, maka PKKMB bukan tanggung jawab panitia lagi,' gitu kata Febri," terang Miftah.

Awalnya, kata Miftah, KAMMI hanya bagi-bagi selebaran, sampai sejumlah maba meminta untuk foto bersama. "Kak Febri, kita enggak foto-foto nih pake spanduk KAMMI? Gak enak nih masa grupnya KAMMI gak foto," ucap Miftah meniru penjelasan Febri kepadanya.

Sebatas yang Miftah ketahui, KAMMI memang telah memiliki grup untuk maba. Tujuan grup itu yang ia tahu sebagai ajang untuk berbagi. Kemunculan KAMMI di PKKMB lantas mengundang para maba untuk ikut berfoto, satu frame dengan spanduk yang dibawa KAMMI.

"(Foto) Itu memang setelah selesai konfigurasi," ujar Miftah.

Kendati begitu, Miftah melihat kejadian seperti ini seharusnya tetap tidak boleh terjadi. Momen konfigurasi sore itu memang sudah di luar kegiatan PKKMB. Keberadaan massa di lapangan gor sepenuhnya dikembalikan kepada pendamping di fakultas. Menurut Miftah seharusnya para pendamping itulah yang lebih layak marah dan bukan panitia.

"Cuma sampai sekarang belum ada tanggapan dari KAMMI sendiri. Malah saya yang dituduh," katanya.

Berawal dari Diskusi Online, Bertemu di PKKMB

Sementara itu kepada Sketsa, Ketua KAMMI Komsat Unmul Febri A.H. menjabarkan rilis dari website kammikaltimkaltara.com yang berisi penjelasan soal kehadiran mereka di ajang PKKMB. Rilis itu diunggah pada hari ini, Rabu, (22/8).

Di paragraf kedua tertulis, KAMMI punya visi melahirkan kader-kader pemimpin bangsa akan tetap konsisten dengan arah juang dalam setiap langkah perbaikan bangsa.

Visi ini kemudian mewujud agenda-agenda bersama maba Unmul 2018 berupa diskusi online pada 2 Juni, 11 dan 27 Juli 2018 di WhatsApp dan PKKMB 15 Agustus, serta yang terbaru lomba peringatan HUT ke-73 Indonesia, 17 Agustus di Auditorium Unmul.

Diskusi online tersebut dilaksanakan untuk memberikan pemahaman kepada maba mengenai dunia perkuliahan dan perjalanan sebagai mahasiswa nantinya. Sedangkan PKKMB dimaksudkan untuk KAMMI memberi sambutan sekaligus semangat kepada maba.

Grup diskusi online inilah, kata Febri, yang kemudian menjadi cikal bakal kedekatan antara maba dengan para kader KAMMI hingga bertemu di PKKMB. Sebelumnya, KAMMI telah menyebar selebaran.

"Kita buat sebaran aja kok. Yang mau gabung, alhamdullilah. Yang tidak, ya kita mencari-cari lagi, apa hal-hal yang dperlukan sebagai mahasiswa baru, untuk menunjang mereka di bangku kuliah ini. Dari hal itu, kita buat lagi agenda, kita sebar lagi," terang Febri.

Lebih lanjut, melalui rilis tersebut KAMMI Komsat Unmul menegaskan tidak ada satupun aturan yang mereka langgar ketika hadir di PKKMB, termasuk perkara foto maba bersama spanduk KAMMI.

"Sambut maba oleh KAMMI UNMUL selama PKKMB ini tidak ada kaitannya sedikipun dengan kepanitiaan acara. Penyambutan maba selama PKKMB 2018, KAMMI lakukan ketika acara telah resmi dibubarkan oleh panitia dan selama Maba perjalanan meninggalkan Gor 27 September."

"Foto bersama maba memakai spanduk yang telah KAMMI sediakan, atas dasar suka rela maba sendiri. Sehingga tidak ada unsur paksaan sedikitpun. Kegiatan sambut maba di momen PKKMB 2018 ini, tidak ada sedikitpun aturan yang dilanggar dan etika yang disalahi oleh KAMMI Komsat Unmul," isi rilis tersebut.

Sementara perihal selentingan mengenai privilese KAMMI di Unmul juga ditepis oleh Febri. "Hak istimewa, tidak ada," pungkasnya. (aml/wal)


Berita telah di update oleh Redaksi Sketsa pukul 23.18 Wita.



Kolom Komentar

Share this article