Berita Kampus

Mengintegrasikan Visi Misi Unmul dalam Proyek Pengembangan Kurikulum

Sudarman, salah satu Tim Pengembang Kurikulum Unmul paparkan materi dalam workshop pengembangan kurikulum berbasis Pola Ilmiah Pokok (PIP). (Foto: Indar Ayu)

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


SKETSA – Fakultas Ilmu Budaya (FIB) pada Senin (2/10) lalu menggelar workshop pengembangan kurikulum berbasis Pola Ilmiah Pokok (PIP). Acara digelar di hotel Aston Samarinda yang tak jauh dari kampus Flores tersebut. Dalam workshop ini FIB turut bekerja sama dengan Islamic Development Bank (IDB).  

Kerja sama keduanya terkait dengan proyek pengembangan kurikulum. Capaian kurikulum yang dimaksud di antaranya berbasis target PIP, Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI), dan SNPTI. Workshop dihadiri oleh staf dan dosen FIB, serta sejumlah dosen yang berasal dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 

Tim Pengembang Kurikulum Unmul yang terdiri dari Sudarman, Nanang Rijono, dan Surya Sili hadir memaparkan materi. Bahwasannya sejak dulu Unmul memiliki Pola Ilmiah Pokok (PIP) namun penggunaan namanya tidak selalu konsisten. Sempat pemakaian nama yang digunakan adalah kajian hutan hujan tropis dan lingkungan, selanjutnya lebih populer dengan istilah kajian tropis (tropical study). Dan kini ditetapkan lagi perubahan menjadi hutan tropis basah dan lingkungannya.

Idealnya sebuah kurikulum memiliki mata kuliah yang bercirikan universitas, fakultas, dan prodi. Mata kuliah yang bercirikan universitas seperti Ilmu Alamiah Dasar (IAD) atau juga dikenal dengan Ilmu Kealaman Dasar (IKD). Tambahan lainnya seperti mata kuliah Agama, Pancasila dan Kewarganegaraan.

“Kita kan lagi menggunakan kurikulum baru. Sebenarnya ada yang proses, ada yang sudah menerapkan, dan ada yang belum kurikulum KKNI. Selama kita lagi mengadakan perubahan nah berusahalah kita memasukkan muatan itu,” ujar ketua panitia workshop sekaligus Wakil Dekan 1 FIB, Satyawati Surya. 

Satya mengatakan semester ganjil FIB sudah menerapkan KKNI.  “Karena ini baru semester awal muatan yang akan kita bicarakan nanti akan diterapkan di semester berikutnya,” ungkapnya.

Sementara Alfian Rokmansyah, ketua prodi Etnomusikologi, menilai positif workshop ini. Menurutnya, dosen yang sebelumnya belum pernah mengikuti pekerti jadi bisa lebih paham tentang kiat menyusun kurikulum. Sebab biasanya, kata dia, yang menyusun kurikulum hanya beberapa dosen tertentu saja.

Namun, Alfian juga melihat persoalan bahwa saat ini visi misi Unmul belum masuk hingga ke prodi-prodi. Hal ini akhirnya membuat banyak prodi masih terkesan berjalan sendiri-sendiri.

“Dan dengan adanya proyek IDB ini diharapkan visi misi Unmul dengan PIP tentang hutan tropis basah itu bisa diintegrasikan ke dalam kurikulum,” pungkasnya. (dor/wal)



Kolom Komentar

Share this article