Berita Kampus

Masker Scuba Dilarang, Ini Alternatifnya

Alternatif masker scuba

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Sumber Gambar: detik.com

SKETSA - Kesadaran akan pentingnya menjalankan protokol kesehatan sudah mulai meningkat. Seperti menjaga jarak, mencuci tangan, hingga menggunakan masker sudah banyak dilakukan oleh masyarakat Indonesia.

Masker scuba merupakan salah satu jenis masker yang cukup banyak digunakan. Namun akhir-akhir ini penggunaan masker scuba mulai dilarang. Pasalnya, masker scuba diklaim kurang efektif digunakan karena kainnya yang tipis dan juga hanya satu lapis.

Hal tersebut dibenarkan oleh salah satu dosen Fakultas Kedokteran (FK) Unmul, dr. Swandari Paramita. Menurutnya, karena scuba memiliki bahan yang tipis dan hanya satu lapis sehingga cukup berisiko jika digunakan. “Tujuan kita pakai masker kan mencegah Covid-19, ya kalau cuma satu lapis kan serem-serem juga kita make,” ungkapnya kepada Sketsa, Rabu (30/9).

Disebutkan dr. Swandari, masker kain yang bagus dan sesuai dengan standar nasional Indonesia, yakni masker yang terdiri atas dua lapis kain yang dijahit. Dia juga mengakui jika harga masker kain di pasaran memang lebih mahal. Meski begitu, yang terpenting menurutnya adalah menjaga kesehatan masing-masing.

Selain itu, untuk menutup harga kain sesuai standart yang terbilang cukup mahal, ada alternatif lain yang lebih direkomendasikan. Terutama bagi daerah yang telah berstatus sebagai zona merah yaitu dengan menggunakan masker bedah.

Penggunaan masker bedah lebih direkomendasikan dibanding masker kain. Ditambah lagi keberadaan masker bedah saat ini sudah relatif lebih mudah didapatkan dibanding awal-awal pandemi Covid-19, harganya pun relatif lebih murah.

“Kalau kita di zona merah kayak Samarinda, Kukar, Balikpapan, pake masker bedah aja deh, toh tidak susah mencarinya sekarang,” tuturnya.

Dia berharap masyarakat dapat patuh terhadap protokol kesehatan yang ditetapkan pemerintah. “Pakai masker itu saja tidak cukup, harus juga dibantu mencuci tangan, jaga jarak, sama menghindari keramaian. Untuk masker scuba pelan-pelan kita naikkan menjadi masker kain,” imbunya.

Nyaman dan Stylish

Berbagai alasan menyebabkan masih banyak yang menggunakan masker scuba, selain karena nyaman dipakai, masker scuba dirasa lebih keren dan stylish. Harganya pun lebih hemat dibanding masker bedah, masker scuba juga dapat dicuci dan digunakan berulang.

“Kalau masker scuba kan 2 kali pakai lalu cuci bersih bisa dipakai kembali dan berbagai macam varian warna kain scuba,” ungkap Dimas (22/9).

Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unmul ini juga mengaku bahwa dia sering menggunakan masker scuba dan merasa kaget dengan adanya pelarangan tersebut. Namun, karena adanya larangan tersebut, Dimas mengaku akan berhenti menggunakan masker scuba.

“Ya saya kaget, tak percaya yang selama ini saya pakai masker scuba ternyata tidak efektif melawan virus corona. Saya akan beralih ke masker bedah yang lebih efektif.”

Berbeda dengan Dimas, Rachel justru mengaku tidak nyaman menggunakan masker scuba. “Ukuran telinganya ga pas, trus tuh kainnya engga enak aja buat mukaku brutusan, trus setauku scuba tuh kalo udah cuci udah ga bagus lagi,” sebutnya.

Alasannya memakai masker scuba  saat itu karena masker bedah sedang sulit-sulitnya didapatkan akibat penimbunan dan harga yang melambung tinggi. Dan saat itu yang paling banyak dijual adalah masker scuba, masker kain masih sangat jarang ditemukan di sekitar tempat tinggalnya," jelasnya.

Ketika mengetahui adanya larangan menggunakan masker scuba, Rachel merasa seharusnya masker scuba tidak dilarang. “Padahal masker lain di pasaran banyak yang satu lapis aja. Dan itu lebih tipis dibanding scuba, jadi yang perlu di sosialisasikan itu lapisan maskernya bukan bahan maskernya,” tuturnya (21/9).

Setelah tidak nyaman memakai masker scuba, Rachel beralih ke slayer yang sering dia gunakan karena lebih nyaman dan bisa diatur lapisannya. Rachel berharap untuk sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah lebih digiatkan lagi.

“Buat pengguna masker scuba yah gapapa beralih ke masker yang lebih dianjurkan aja jangan batu toh buat kepentingan bersama biar corona cepet hilang dan bisa bernapas tanpa masker lagi,” tutupnya. (sii/khn/wil)



Kolom Komentar

Share this article