Berita Kampus

Maba Banyak Ajukan Keberatan, Dani: Bahkan Ada yang Nangis

UKT tidak hanya menjadi beban bagi mahasiswa lama, nasib sama dengan para maba. (Sumber foto: fkm.unej.ac.id)

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


SKETSA - Setelah sempat melalui proses yang cukup panas, uang kuliah tunggal (UKT) tidak hanya menjadi beban bagi mahasiswa lama. Ribuan calon mahasiswa baru (maba) yang telah diseleksi berdasarkan tiga jalur (SNMPTN, SBMPTN, SMMPTN), beberapa turut merasakan keberatan dengan jumlah UKT yang dikenakan. Bukan layaknya biaya pendaftaran yang hanya sekali bayar di awal masuk, tapi UKT jadi syarat mutlak menempuh perkuliahan.

Dua dari tiga jalur masuk perkuliahan, SNMPTN dan SBMPTN, telah lakukan proses validasi UKT. Prosesnya meliputi, pengajuan  berkas oleh mahasiswa, kemudian pengujian kebenaran oleh validator. Hasil validasi menjadi penentu nominal UKT tiap mahasiswa. Beberapa maba di tahap tersebut merasa tak puas dengan hasilnya. Mereka memilih untuk melakukan validasi ulang, seperti di Fakultas Pertanian (Faperta) Unmul.

Dani Lisianti, Staf Kementerian Kajian Strategis (Kastrat) BEM Faperta, menyatakan fakultasnya menerima banyak keluhan dari maba. Beberapa dari mereka tidak bisa menerima jumlah UKT yang dibebankan. Bahkan, terdapat perbedaan jumlah yang signifikan antara sebelum dengan setelah melalui proses validasi.

Dani menjelaskan itu terjadi karena kesalahpahaman. Mulanya, maba yang belum melakukan validasi diketahui masuk golongan I, besaran UKT Rp 500.000. Namun, ketika dilakukan validasi jumlah UKT berubah drastis menjadi golongan III, sebesar Rp 2.500,000.

Kejadian ini tak terjadi pada satu atau dua orang, banyak calon maba dari Faperta turut merasakan hal sama. Terlebih, ketidakmampuan ekonomi jadi alasan utama para maba menolak jumlah UKT tersebut.

“Mereka bahkan ada yang nangis, karena takut tidak bisa kuliah,” ujar Dani melalui sambungan telepon kepada awak Sketsa (19/7).

Beberapa maba, ada pula yang tidak memiliki surat kelengkapan pajak bumi dan bangunan, motor, bahkan listrik. Karena jangkauan listrik yang terbatas di daerah-daerah pedalaman.

Menurut Dani pun bukan tanpa alasan tindakan mengubah jumlah UKT dari validator. Sebabnya, ada kuota yang membatasi, yakni pada UKT golongan 1 dan 2. Jika kuota telah penuh, validator pun mengalihkan ke golongan di atasnya.

Selain itu, terdapat kebijakan bahwa UKT golongan 1 dan 2 diatur Wakil Dekan (WD) II, Bidang Keuangan dan Sumber Daya Manusia. Rupanya kebijakan tersebut belum diketahui pihak validator, sehingga sempat timbulkan kesalahpahaman.

Tujuan kebijakan itu, untuk meminimalisir kesalahan dalam pelaksanaan subsidi silang. Dengan tetap mengumpulkan berkas ke validator, lalu diserahkan ke pihak Wakil Dekan II. Meski begitu, tidak semua maba yang mengajukan validasi ulang, diterima begitu saja oleh Wakil Dekan II.

“Dari Wakil Dekan II benar-benar diseleksi mana yang seharusnya dapat dan tidak (validasi ulang),” ungkap mahasiswi angkatan 2016 ini.

Sementara itu, Hanief Suryo selaku Wakil Ketua BEM Faperta menambahkan, bahwa sejauh ini pihaknya telah mengawal maba yang mengajukan validasi ulang UKT.

"Jumlahnya kami tidak tahu pasti, kami langsung naik ke WD II. Tapi untuk SMMPTN sejauh ini kurang lebih 10 orang yang kami dampingi," pungkasnya.

Terkait tenggat waktu pengurusan UKT, Hanief menyatakan birokrat Faperta mengeluarkan edaran memberi batas waktu sampai (18/8) lalu. Meski fakultas lain berakhir hingga (25/8) nanti. Namun memang sejak validasi SNMPTN dan SBMPTN pihak fakultas yang berikan ketentuan waktu.

Tidak jauh berbeda, Fakultas Ilmu Budaya (FIB) pun telah menerima beberapa pengajuan validasi ulang UKT dari mabanya. Ahmad Juanda, Menteri Advokasi Kesejahteraan Mahasiswa (Adkesma) BEM FIB menyatakan beberapa maba ada yang merasa keberatan. Oleh sebab itu, proses validasi sempat ditahan untuk didiskusikan bersama WD II.

“Hasil akhir ada yang diturunkan ke golongan 1, ada juga ke golongan 2,” jelasnya.

Maba FIB dalam jalur SNMPTN dan SBMPTN yang meminta validasi ulang, rata-rata datang bersama wali dan membicarakannya dengan WD II. Sedangkan untuk jalur SMMPTN, diakui Juan beberapa datang meminta bantuan ke BEM FIB.

“Dari BEM FIB pastikan dulu untuk daerah Samarinda, kita survei tempat tinggalnya,” katanya (16/8).

"Udah jalan kok ini (survei). Kami sekarang fokus kawal UKT maba," akhirnya. (adl/jdj)



Kolom Komentar

Share this article