Berita Kampus

Ke Mana Larinya Semua Hasil Penelitian di Unmul?

Ketua LP2M Susilo. (Sumber: unmul.ac.id)

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


SKETSA – Dalam dua tahun terakhir – 2016 dan 2017, jumlah penelitian ilmiah di Unmul tampak meningkat pesat. Indikator tersebut terlihat dari selalu masuknya Unmul dalam 50 besar institusi dengan jurnal ilmiah terbanyak se-Indonesia yang terindeks Scopus. Sebuah kondisi yang belum pernah terjadi sejak 55 tahun lalu Unmul berdiri, dan baru di era Rektor Masjaya prestasi itu bisa diraih.

“Kita (Unmul) masuk di peringkat ke 32 adalah hal produktifitas pembuatan jurnal internasional. Peningkatan itu cenderung naik karena kami terus memberi stimulan kepada para penulis buku, para penulis jurnal, hingga prodi,” ungkap Rektor Masjaya dalam satu momen saat ditemui Sketsa pada (27/4) tahun 2017 lalu.

Di balik gemilangnya prestasi Unmul, banyak mahasiswa Unmul tidak mengetahui ke mana hasil penelitian itu diarsipkan. Lalu apa pengaruh jumlah penelitian tersebut bagi Unmul sebagai universitas pertama di Kalimantan yang kini menyandang akreditasi A ini? Ketua LP2M Susilo saat ditemui Sketsa pada (15/1) lalu menyampaikan transparansi perihal ke mana larinya semua hasil penelitian di Unmul.

“Kalau penelitian di Unmul mengikuti apa yang diarahkan oleh Kemenristekdikti (Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi),” jawabnya.

Semua hasil penelitian di Unmul muaranya akan menjadi produk yang akan dijual ke perusahaan. Dan untuk mencapai titik itu, para dosen harus terlebih dahulu melakukan penelitian, kemudian penelitiannya masuk ke jurnal atau artikel, lalu jadi buku atau masuk hak paten.

“Sehingga kalau sudah paten, bisa masuk di produksi massal,” tambahnya.

Guna mendorong peningkatan jumlah penelitian, apalagi sampai menghasilkan produk, LP2M menyiasatinya dengan berbagai inovasi. Salah satunya ialah memberikan award bagi dosen yang giat melakukan penelitian di lingkungan sivitas akademik Unmul.

(Selengkapnya: https://sketsaunmul.co/berita-kampus/research-award-langkah-lp2m-mendorong-peningkatan-penelitian-di-unmul/baca)

Susilo lalu mengatakan, jika akhirnya hasil penelitian dipakai oleh masyarakat, itu akan lebih baik lagi. Ia lalu memberi contoh penelitian yang bisa dipakai masyarakat. 

Untuk kategori ilmu sosial, jika konsep suatu penelitian dipakai oleh pemerintah daerah (Pemda) dan disahkan DPRD, maka itu sudah masuk produk. Sedang dalam kategori ilmu eksakta, misalnya produk obat yang dibuat dan telah paten, maka bisa dijual dan juga di produksi massal. Itu ujung dari suatu penelitian. Namun diakui Susilo, Unmul masih belum maksimal dalam hal itu.

“Di Unmul masih belum banyak (penelitian yang jadi produk), tapi arahnya akan ke sana semua nanti,” akunya. (dan/nhh/els)



Kolom Komentar

Share this article