FKIP Percepat Kelulusan Mahasiswanya Melalui PLP
Tri Wahyuningsih, Ketua UPT PPL FKIP.
Sumber: Dok. Pribadi
SKETSA – Tak lama lagi, Unmul akan melepas mahasiswanya untuk melaksanakan program Kuliah Kerja Nyata (KKN). Menilik dari program KKN 44 tahun lalu, tentu banyak yang harus dievaluasi agar KKN tahun ini dapat berjalan lebih baik. Begitu juga dengan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) yang tahun lalu menerapkan sistem penggabungan KKN dan PPL.
(Baca: https://sketsaunmul.co/berita-kampus/wd-i-fkip-benarkan-wacana-penggabungan-kkn-dan-ppl/baca)
Lalu, bagaimana dengan pelaksanaannya di tahun ini?
Tri Wahyuningsih, Ketua UPT PPL FKIP mengatakan penggabungan KKN dan PPL akan kembali dilaksanakan di tahun ini. Hal tersebut untuk mempersingkat waktu studi mahasiswa FKIP. Sehingga mempercepat kelulusan mahasiswanya. Menurutnya KKN PPL gabungan tahun lalu sukses dan berjalan sesuai jadwal dari pihak UPT.
Tri juga mengatakan bahwa pihaknya sudah melakukan sosialisasi selama 2 hari. Ia mengaku awalnya mahasiswa kebingungan dengan tugas selama KKN dan PPL nanti. Namun, setelah dilakukan sosialisasi tersebut melalui masing-masing ketua kelas, BEM FKIP dan juga pembekalan, mahasiswa FKIP sudah mulai paham mengenai tugas yang harus dikerjakan selama KKN dan PPL nanti.
“Saya kira efektifnya setelah sosialisasi. Awalnya karena baru, polanya baru jadi agak ribetlah. Tapi setelah sosialisasi, dimantapkan lagi lewat pembekalan, sehingga pelaksanaan tidak ada masalah.”
Untuk tahun ini, sebutan yang digunakan bukan lagi KKN dan PPL, melainkan PLP, akronim dari Pengenalan Lapangan Persekolahan. Sistem PLP ada dua, yakni PLP 1 ialah observasi, dan PLP 2 yakni praktik pembelajaran. Sehingga dapat disimpulkan, selama masa PLP nanti mahasiswa hanya fokus berkegiatan di sekolah, tidak lagi di kelurahan.
“Selama ini kan PPL hanya dinilai terkait dengan praktik pembelajaran, tapi pembimbingan dan ekstrakulikuler itu belum masuk penilaian. Sehingga untuk KKN-nya sekarang kegiatannya itu di antaranya ektrakulikuler, pembentukan perpustakaan, pembinaan karakter, kegiatan yang melibatkan murid serta orang tua dan lain sebagainya,” jelas Tri.
Sejauh ini UPT PPL FKIP sudah membuka proses pendaftaran, terhitung sejak April lalu. Menurutnya semua mahasiswa FKIP sudah melakukan proses pendaftaran dan melengkapi berkas-berkas persyaratan. Hanya saja belum diketahui berapa jumlah mahasiswa yang dipastikan ikut PLP karena mahasiswa harus menyerahkan nilai mata kuliah microteaching. Di mana nilai tersebut baru akan keluar Juni mendatang.
Tri mengaku jika tidak ada kendala selama KKN dan PPL digabung, baik dari mahasiswa, dosen pembimbing lapangan (DPL), transportasi, dana, laporan dan lainnya. Hanya saja ada beberapa pihak kelurahan yang belum memahami sistem baru ini. “Kendalanya sih kalau digabungkan KKN PPL itu di kelurahan dan sekolah. Kelurahan itu biasanya belum paham. Mereka pikir kita (mahasiswa) harus di kelurahan terus. Kalau seperti itu kita (pihak UPT PPL) akan ke kelurahannya untuk jelaskan, tapi sebenernya pihak sekolah dan kelurahan itu sudah kami beri buku pedoman,” ungkapnya.
Tri optimis PLP tahun ini berjalan lancar. Ia berharap kompetensi mahasiswa selama proses tersebut meningkat. Tidak hanya kompetensi mengajar, namun juga di bidang-bidang lainnya seperti pembinaan ekstrakurikuler.
“Karena semua guru tidak hanya mampu mengajar di dalam kelas. Tapi mampu bekerja sama dengan orang tua, mampu membimbing, mampu mengembangkan minat dan bakatnya serta dalam pembinaan karakter,” harapnya.
Tidak jauh berbeda dengan harapan Tri, Muhammad Yazid Amrievana, mahasiswa FKIP Bahasa Inggris 2015 mengaku KKN dan PPL yang digabung tahun lalu cukup sukses. Hanya saja diakuinya masih banyak sistem yang perlu dievaluasi dan diperbaharui. Menurutnya ketika PPL dan KKN digabung, masing-masing memiliki tugas dan program yang sama pentingnya. Jika dua hal tersebut menjadi satu, dikhawatirkan akan ada yang bertabrakan.
KKN dan PPL yang digabung diakui cukup memberatkan. Karena mahasiswa harus membagi tugas PPL di sekolah dan KKN di kelurahan. Ditambah mahasiswa juga harus membuat dua laporan akhir, yakni laporan kelompok KKN dan laporan PPL individu. Namun, menurutnya penggabungan KKN dan PPL cukup bagus, karena mempersingkat waktu. “Kalau saya suka yang cepat sih (PPL KKN digabung) tapi sistemnya diperbarui. (Kemarin) kami juga tidak tahu tapi kami sambut antusias saja karena, lebih cepat,” tutupnya. (sii/ycp/els/adl)