Berita Kampus

WD I FKIP Benarkan Wacana Penggabungan KKN dan PPL

Wakil Dekan (WD) I Bidang Akademik FKIP, Lambang Subagiyo. (Foto: Anisa Nur Adnin dan Maharani)

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


SKETSA – Wacana penggabungan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan Program Pengalaman Lapangan (PPL) oleh FKIP Unmul kian santer dibicarakan mahasiswa FKIP. Bukan teknis yang paling sering dibahas, namun justru perihal benar atau tidaknya wacana penggabungan itu akan dilaksanakan pihak birokrat fakultas.

Simpang-siurnya informasi ini akhirnya diklarifikasi oleh Wakil Dekan (WD) I Bidang Akademik FKIP, Lambang Subagiyo. Dalam keterangannya kepada Sketsa, ia menyebut bahwa wacana penggabungan KKN dan PPL tersebut memang benar adanya dan akan segera direalisasikan.

Namun, sampai saat ini pihaknya masih dalam tahap merancang program tersebut sembari menunggu persetujuan dari beberapa pihak, yakni Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M), WD II, dan Dekan FKIP Muhammad Amir Masruhim. Selain itu, perkara anggaran yang juga masih dirumuskan, membuat sosialisasi pun belum dilakukan.

“Sementara kan alokasi (anggaran KKN) ke LP2M. Di LP2M itu kalau bisa kami tarik dan dilakukan (pemakaian anggarannya) di FKIP. Khusus FKIP saja, sesuai peminatnya. Kalau misal pendaftarnya 50, ya 50. Kalau 1000 ya kita kasih 1000. FKIP berkeinginan seperti itu dan sedang kami rintis,” katanya saat ditemui pada Kamis, (8/3) lalu.

Lambang optimis, persiapan akan rampung sebelum pelaksanaan KKN pada Juli mendatang. Dengan demikian, penggabungan tersebut kelak akan mempermudah mahasiswa. Ia menyebut, penggabungan tersebut merupakan salah satu inovasi yang coba dilaksanakan pada tahun 2018 ini. Dengan mengintegrasi KKN dan PPL, diharapkan akan mempercepat kelulusan bagi mahasiswa FKIP.

Penggabungan ini pun sifatnya hanya mempermudah saja. Mahasiswa FKIP hanya diberikan pilihan untuk ikut program KKN dari fakultas, atau jika mau, pun juga bisa memilih program KKN yang dilaksanakan LP2M.

“Efektifnya kan KKN di sekolah itu, PPL (juga) di sekolah itu. Jadi satu,” tambahnya.

Mengapa Wacana Penggabungan KKN dan PPL Muncul?

“Biar efektif. Kalau ikut sana (KKN-nya LP2M sekitar) 3 bulan, ikut sini (PPL-nya FKIP pun sekitar) 3 bulan. Toh di sekolah ketika PPL disuruh jaga parkir lagi, disuruh bina OSIS. Ini kan bukan PPL sudah plusnya di situ, plusnya yang kita arahkan ke KKN,” paparnya saat mengurai alasan di balik wacana penggabungan KKN dan PPL tersebut.

Lebih lanjut Lambang memaparkan, saat memilih suatu sekolah untuk jadi lokasi PPL, maka KKN cukup dilakukan di sekolah dan lingkungan sekitar situ saja. Nilai tambah lainnya, jika biasanya tiap kelompok harus menyediakan posko saat pelaksanaan KKN, maka dengan penggabungan itu tak lagi memerlukan pengadaan posko. Soal pembimbing kelompok KKN dan PPL nantinya akan dibedakan. 

“Untungnya banyak. Lebih cepat, lebih hemat,” tandasnya.

Wacana ini rupanya ditanggapi positif oleh mahasiswa FKIP, salah satunya Renny Sepriana, mahasiswi Prodi Pendidikan Biologi 2015. “Memang sih banyak positifnya. Lebih cepat, lebih hemat. Tapi kalau memang penggabungan, secepatnya diinformasikan agar mahasiswa yang mau daftar KKN enggak bingung,” tanggapnya. (adn/mrf/dan/aml)



Kolom Komentar

Share this article