Berita Kampus

Berbincang dengan Tenaga Kesehatan Terkait Vaksin Covid-19

Distribusi dan proses vaksinasi Covid-19 di Indonesia telah dimulai

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Sumber Gambar : Syalma

SKETSA – Distribusi dan proses vaksinasi Covid-19 di Indonesia telah dimulai sejak Rabu (13/1) lalu, dengan Presiden Joko Widodo sebagai orang yang pertama kali divaksin. Saat ini, proses vaksinasi diprioritaskan untuk tenaga kesehatan (nakes) yang bekerja sebagai garda terdepan dalam penanganan Covid-19 yang kian meningkat. Sketsa berkesempatan untuk mewawancarai nakes yang berada pada Tim Pengawas 112 atau Samarinda Siaga 112 pada Rabu (27/1). dr. Dian Margi Utami, Pengawas Laboratorium Kesehatan (Labkes) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Samarinda, memberikan tanggapannya seputar vaksin dan proses vaksinasi Covid-19.

Ia menyampaikan, proses vaksinasi pada tahap pertama memang difokuskan kepada nakes baik dokter, bidan hingga perawat dengan tujuan pencegahan penularan. Meskipun begitu, ada kriteria yang telah ditentukan sehingga tidak semua nakes akan divaksinasi. Misalnya, bagi nakes yang menjadi penyintas Covid-19 kemudian memiliki komordibitas yang berat, untuk sementara waktu tidak menerima vaksinasi.

“Karena orang yang sudah pernah terpapar Covid-19 dan sembuh, secara alami antibodinya sudah terbentuk dengan sendirinya. Karena vaksin ini adalah antibodi juga, dikhawatirkan akan memicu bentrokan antara antibodi alami dalam tubuh dan antibodi baru yang menyebabkan penyakit autoimun,” jelas Dian.

Mengenai pertanyaan masyarakat terkait efektivitas vaksin dalam mencegah Covid-19, ia mengatakan jika hal ini masih belum bisa diprediksi. Sebab kenyataannya, hingga saat ini jumlah kasus terus meningkat. Menurut grafik yang mereka miliki, kasus positif Covid-19 tidak mengalami penurunan sehingga efektif atau tidaknya vaksin tak dapat diukur untuk saat ini.

Efek samping setelah vaksinasi juga menjadi topik yang hangat diperbincangkan masyarakat. Dian mengaku, sejauh ini ia dan teman-teman nakes tidak merasakan efek samping yang berarti selain lemas dan sedikit pusing. “Ada juga yang demam ringan. Itu variatif dan tidak semua nakes merasakan itu.”

Vaksinasi dinilai lebih optimal jika dilakukan sebanyak dua kali. Terkait hal ini, Dian menjelaskan jika vaksin bertugas untuk membuat antibodi atau pertahanan dalam sistem tubuh. Apabila hanya disuntikkan sebanyak sekali, dikhawatirkan jumlah virus yang masuk ke dalam tubuh untuk menjadi antibodi hanya sedikit.

Adapun untuk vaksinasi tahap pertama, ia menyebut jika mereka terus melakukan observasi terkait kemungkinan munculnya gejala Covid-19 atau reaksi alergi terhadap vaksin. Setelah seseorang divaksin, ia tidak boleh meninggalkan tempatnya divaksin selama setengah jam untuk menghindari adanya kemungkinan-kemungkinan alergi sembari melakukan pengecekan tekanan darah. Namun, ada kasus di mana nakes yang telah divaksinasi mengalami gejala Covid-19 sebelum kemudian dikonfirmasi positif.

“Sebenarnya, ia sudah merasakan gejala itu semingu sebelumnya. Ia sudah merasakan gejala demam tapi tidak langsung di PCR pada saat itu. Kemudian pada tes swab antigen, ia dinyatakan negatif meski memiliki gejala (demam). Pada Selasa, ia mendapatkan vaksinasi namun di hari Kamis atau Jumatnya dia swab PCR dan hasilnya positif.”

“Mungkin dia sudah positif sebab standarnya (pemeriksaan) hanya berdasar pada PCR dan antigen yang hanya efektif di hari pertama. Jadi bukan vaksin yang menyebabkan dia positif, tetapi sebenarnya sudah positif dari awal dan tidak diperiksa lebih lanjut,” lanjut Dian.

Ia juga menjelaskan, vaksinasi untuk masyarakat umum akan dilakukan pada bulan yang telah ditentukan dengan melibatkan pemerintah dan nakes untuk mendata serta melakukan prosesnya. Untuk Samarinda sendiri, ia menyebut jika saat ini target nakes sedang diselesaikan terlebih dahulu. Prioritas usia yang akan mendapatkan vaksinasi adalah usia 18-59 tahun, di mana mereka banyak melakukan aktivitas di luar atau bekerja.

“Mereka adalah sumber penularan, jadi mereka divaksin agar tidak menularkan antara satu sama lain. Juga secara tidak langsung, vaksinasi ini melindungi lansia dari penularan Covid-19,” katanya.

Setelah vaksinasi tahap pertama di Samarinda terlaksana pada Kamis (14/1), maka tahap kedua dilaksanakan pada Kamis (28/1). Namun, untuk nakes di beberapa daerah seperti Palaran dan lainnya, kemungkinan pada tahap kedua ini akan selesai secara serentak di akhir Februari.

Selain itu, ia turut menanggapi perihal penolakan vaksin yang kini ramai diserukan beberapa pihak masyarakat bahkan anggota pemerintahan serta dokter. “Karena yang menganggap itu hoaks tidak hanya satu sampai dua orang. Banyak orang yang anti vaksin, bahkan ada anggota DPR dan dokter yang terang-terangan menolak. Saya pun juga sempat berpikir, ‘Ih, iya, ya. Kita ikut tim yang nanti-nanti aja lah, biar kita lihat efeknya ini apa.’ Tapi, kemudian saya melihat di sekitar kita banyak sekali orang yang harus kita lindungi. Ada orang tua, anak-anak, suami dan teman-teman,” akunya.

Dian menegaskan, sudah sepatutnya masyarakat mengawal vaksinasi ini. Tentunya percaya dengan pemerintah atas distribusi dan prosesnya di lapangan, lalu menggali informasi yang lebih dalam mengenai vaksin dengan sumber terpercaya. (len/lyn/ahn/bey/piu/rst)



Kolom Komentar

Share this article