Berita Kampus

Menilik Proses Adaptasi KKN 47 yang Dilaksanakan Semi Luring

Pandemi menjajaki tahun kedua, dengan banyak adaptasi, Kuliah Kerja Nyata (KKN) 47 tahun ini dilaksanakan daring dan luring dengan catatan tetap menaati protokol kesehatan.

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Sumber Gambar: Instagram Unmul

SKETSA - Dengan banyak adaptasi, Kuliah Kerja Nyata (KKN) 47 tahun ini dilaksanakan daring dan luring dengan catatan tetap menaati protokol kesehatan. Setelah menghadapi keterlambatan pembagian Dosen Pembimbing Lapangan (DPL), tepatnya (24/6) lalu mahasiswa KKN 47 mendapat kepastian dan dapat mencanangkan program kerja dengan berkoordinasi bersama DPL.

KKN kali ini fokus pada luaran program kerja yang terukur, seperti contoh buku yang didaftarkan ISBN, Hak Cipta, atau merek dagang. Di tengah ketidakpastian angka Covid-19, mahasiswa wajib menyesuaikan dengan kondisi utamanya dalam memutuskan kegiatan daring dan luringnya.

Meski begitu, cerita datang dari KKN UMKM. Tiap kelompok mulai melakukan persiapan setelah menjalani minggu pertama KKN. Pada Senin (28/6), Sketsa melakukan wawancara kepada Agustina Sarah, mahasiswi Ilmu Komunikasi 2018 sebagai salah satu anggota kelompok KKN UMKM crochet atau rajut. Persiapan kelompok mereka dimulai dari survei lokasi usaha dan barang dagang seperti konektor hijab, strap mask, gantungan kunci, dan barang lainnya yang dijual. Tak hanya itu, mereka juga melakukan wawancara terkait dengan kendala yang dialami selama membangun usaha tersebut.

Sarah, sapaan akrabnya. Ia menceritakan kendala yang dialami kelompoknya, seperti wilayah UMKM yang jauh dari tempat tinggal, serta aturan-aturan yang masih dianggap abu-abu dan dianggap cenderung seperti KKN desa. Meski demikian, koordinasi antara mahasiswa dengan Pendamping Lapangan (PL) diakuinya terjalin dengan baik.

Saat ini kelompoknya sedang merancang program kerja dan memprioritaskan peningkatan kualitas UMKM sebagai program kerja kelompok. Melalui KKN UMKM ini, ia dan anggota lainnya berharap dapat mengembangkan usaha menengah yang ada di tengah masyarakat melalui implementasi strategi pemasaran digital.

“Iya, ini kami sebenarnya sudah juga mulai menuju action karena sebagian sudah mulai dilakukan begitu. Kalau dari strategi membantu UMKM-nya kami membantu dalam digitalisasi pemasarannya. Mulai dari memanfaatkan penggunaan media sosial, serta bagaimana cara membuat caption nih. Karena pemilik UMKM kebetulan agak kesulitan dalam membuat caption, membantu dalam pembuatan logo sampai packaging-nya,” papar Sarah.

Kemudian pada program KKN IKN yang fokus ke dalam pemberdayaan desa dalam rangka implementasi Desa Tangguh Penyanggah Ibu Kota Negara. Persiapan juga mulai dilakukan oleh kelompok Maya Rohani yang merupakan mahasiswi Pembangunan Sosial 2018, salah satu anggota dari Kelompok IKN 17 yang melakukan KKN di Desa Tengin Baru, Sepaku. Saat diwawancara Sketsa, Selasa (29/6), diketahui persiapan di minggu pertama kelompoknya dimulai dengan mempersiapkan program kerja dan melakukan diskusi dengan pihak terkait di desa. Mereka juga telah mempersiapkan posko dan tugas-tugas dari KKN seperti struktur keanggotaan dan penyusunan jadwal untuk kunjungan ke pihak-pihak terkait di desa.

Maya menjelaskan bahwa sejauh ini kelompok KKN mereka seringkali terkendala akibat adanya anggota yang berpartisipasi secara daring, karena hal itu akan menyulitkan kelompok dalam penyusunan rancangan kegiatan di lapangan. Selain itu, kendala yang dihadapi adalah kurangnya partisipasi masyarakat hingga menghambat perancangan program kerja. Meskipun demikian, koordinasi antara PL dengan kelompok KKN terjalin dengan baik terlihat dari bagaimana PL mendukung setiap hal yang dikerjakan oleh kelompok.

Dijelaskan pula bahwa yang menjadi prioritas kelompok mereka adalah output setelah dilaksanakannya KKN, seperti manfaat jangka panjang bagi masyarakat sekitar karena kelompok IKN 17 sangat mengutamakan kolaborasi dari masyarakat. Kelompok mereka juga memiliki program kerja unggulan seperti budidaya perikanan dan pojok literasi.

“Ada desa Tangguh budi daya perikanan itu untuk tema besar proker unggulan, dan ada pojok literasi. Untuk pojok literasi, luarannya berupa buku dan yang mintain itu dari anak-anak desa setempat, kayak anak-anak SD itu dia membuat cerita atau menulis cita-cita atau harapan kedepannya. Nanti, setelah itu hasilnya dibukukan. Kalau untuk desa Tangguh budidaya perikanan itu, kita luaran berupa tempat pariwisata dan juga berupa meningkatkan produk dari ikan lele, sebagai abon. Jadi luaranya itu produk tersebut,” pungkasnya. (nop/vyl/rst/fzn)



Kolom Komentar

Share this article