Berbagai Fitur AIS Belum Maksimal, WR Akademik: Masih Terus Kami Kerjakan
Berbagai kendala dalam perpindahan dari SIA ke AIS
Sumber Gambar: Selma/Sketsa
SKETSA — Situs Sistem Informasi Akademik (SIA Unmul) telah resmi berganti menjadi Academic Integrated System (AIS) sejak awal semester ganjil 2023/2024 lalu. Sebelumnya, perubahan antarmuka laman tersebut sempat mendapat respons positif dari sejumlah mahasiswa.
(Baca: Website SIA Digantikan AIS, Mahasiswa: Tampilan Lebih Fresh dan Mudah)
Meski begitu, perubahan situs tersebut tak terlepas dari sejumlah hambatan seperti laman penyusunan Kartu Rencana Studi (KRS) yang terkendala hingga masalah keamanan. Ketika ingin melakukan pengisian KRS, Satuan Kredit Semester (SKS) yang dapat diambil masih belum sesuai dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) mahasiswa.
Menanggapi hal tersebut, Sketsa mencoba mewawancarai Wakil Rektor Bidang Akademik Unmul, Lambang Subagiyo pada Rabu (16/8) lalu. Mengenai kendala pengisian KRS, Lambang menerangkan kendala semacam ini terjadi dikarenakan operator fakultas belum memasukkan mata kuliah yang relevan.
“Kalau misalkan mata kuliah baru diambil 20 orang kok sudah penuh, (pengaduannya) bukan ke kita, tapi bilangnya ke operator. Nanti operator bilang itu dari Kaprodi,” terang Lambang.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa mata kuliah yang tertera di KRS diinput oleh operator yang menyesuaikan dengan aturan dari Kaprodi. Ketika terdapat kendala terkait fitur dan tata cara kerja sistem, mahasiswa dapat menyampaikan kendala tersebut ke operator.
“Kalau (situs AIS) memang gangguan, silakan hubungi akademik,” terang Lambang.
Menyoal fitur-fitur AIS yang terlihat kurang lengkap, Lambang membeberkan bahwa saat ini belum ada akses untuk membuka fitur tambahan, seperti arsip prestasi, kelembagaan, dan sertifikat, sehingga akses yang diberikan hanya terbatas pada KRS. Sementara itu, pihak AIS masih berupaya untuk memperbaiki kendala error yang tertera di bagian KTM dan foto.
Mengingat situs SIA yang sempat mengalami kebocoran data beberapa waktu lalu, Lambang menjanjikan bahwa keamanan AIS akan jauh lebih terjamin.
“Ya, kita punya proteksi (untuk AIS), sudah pasti,” tegasnya.
Tak ketinggalan, Sketsa turut mewawancarai Enny Fathurachmi, Salah seorang Dosen FISIP Unmul pada Rabu (16/8) lalu untuk meminta tanggapannya mengenai peluncuran AIS. Enny menilai belum ada perubahan signifikan mengenai perpindahan SIA ke AIS, terlebih mekanisme kerja yang tak jauh berbeda.
“Sebetulnya untuk kebutuhan-kebutuhan hal yang sama itu belum terlalu urgent, karena perbedaannya hanya di tampilannya saja,” komentar Enny.
Enny pun membenarkan bahwa tampilan AIS terlihat lebih baik daripada situs sebelumnya. Saat ini, dirinya masih mencoba beradaptasi dan belajar untuk memahami cara kerja dari AIS.
“Jadi lebih eye catching. Menarik,” nilai Enny.
Enny mengungkap bahwa ia belum mencoba mengeksplorasi lebih jauh mengenai fitur-fitur yang tersedia di AIS, sebab dirinya hanya menggunakan laman tersebut untuk memvalidasi KRS terlebih dahulu. Ia menilai, proses validasi KRS di AIS cukup mudah dikarenakan mekanisme yang tidak berbeda dari SIA.
“Tidak perlu buku panduan khusus dari apa yang muncul, kita bisa interpretasikan dan kita coba klik lalu buka sendiri. Ternyata, ya, mudah (mekanismenya),” tutupnya.
Tanggapan lainnya datang dari Muhammad Yufli Yasfi, mahasiswa Ilmu Komunikasi 2022. Berbeda dengan Enny, Yasfi menilai bahwa peluncuran situs AIS cukup menyulitkan, utamanya ketika tahap penyusunan KRS hingga registrasi bagi mahasiswa baru.
“Transisi SIA ke AIS ini kurang pas, ya. Karena, pas-pasan dengan pengisian KRS dan proses registrasi, terutama bagi mahasiswa baru,” ujar Yasfi.
Meski tampilan AIS terlihat lebih praktis, ia menyayangkan tidak adanya sosialisasi mengenai penggunaan laman baru tersebut.
“Kan AIS itu fiturnya masih belum lengkap, masih belum ada semua, dan aksesnya pun masih belum bisa diakses gitu, seperti kaya section KTM ataupun section Kartu Hasil Studi (KHS),” pungkasnya. (fza/xel/ary/dre)