Berita Kampus

STAR Unmul: Situs Presensi Daring Luncuran Terbaru

STAR Unmul merupakan salah satu layanan yang diberikan Kampus untuk kemudahan belajar mengajar mahasiswa dan dosen.

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Sumber Gambar:Ai Nasyrah/Sketsa

SKETSA - Mengawali perkuliahan semester genap tahun ajaran 2023/2024 ini, Unmul sempat luncurkan situs Sistem Aplikasi Belajar atau STAR Unmul. Presensi ini digunakan sebagai penanda kehadiran di kelas lewat situs daring. Cukup dengan mengambil gambar diri secara langsung melalui laman yang ada, mahasiswa akan dianggap mengikuti perkuliahan.

STAR Unmul merupakan sebuah akses yang dirancang untuk mendukung proses akademik dan kegiatan belajar mengajar. Selain presensi, situs tersebut juga menyediakan fitur yang dapat digunakan oleh dosen untuk mengunggah materi, memberikan tugas, serta menjadi media untuk pengumpulan tugas. Aplikasi tersebut masih dalam tahap penyesuaian sehingga belum menjadi kewajiban bagi setiap fakultas untuk menggunakannya.

FIB merupakan salah satu fakultas yang sudah menggunakan STAR Unmul sejak minggu pertama kuliah. Salah satu mahasiswanya, Yasmin Friendnanda dari Sastra Indonesia angkatan 2022 mengungkapkan bahwa beberapa dosen sudah memperkenalkan sistem ini di dalam kelasnya.

“Sejak dimulainya presensi dengan aplikasi ini, aku sudah banyak mengalami kesulitan. Nggak cuma aku, tapi hampir semua teman di kelas juga merasakan hal yang sama, mulai dari device yang nggak terdeteksi, lokasi yang nggak terdeteksi, sampai mengalami error saat mengambil foto untuk presensi,” ungkap Yasmin saat diwawancarai Sketsa melalui pesan WhatsApp, Rabu (7/2) lalu.

Yasmin mengaku khawatir apabila ia tidak tercatat mengisi presensi akibat terkendala saat melakukan pengisian kehadiran di STAR. Menurutnya, akan lebih mudah untuk tetap menggunakan presensi manual seperti biasa bila aplikasi presensi online tersebut justru malah menyulitkan mahasiswa.

Di sisi lain, Sri Murlianti selaku Dosen FISIP mengaku lebih mudah menggunakan aplikasi STAR karena fitur yang tersedia lebih sedikit, sehingga tidak sulit untuk memahami cara penggunaannya.

“Dibanding aplikasi LMS lain seperti MOLS, fitur di STAR ini jauh lebih sederhana,” ujar Sri.

Meskipun aplikasi STAR lebih mudah digunakan, Sri menganggap MOLS (Mulawarman Online Learning System) lebih membantu karena fitur di dalamnya lebih banyak, sehingga dosen dan mahasiswa dapat lebih mudah berinteraksi meski dalam kondisi jarak jauh.

“MOLS lebih membantu, absen dan penilaian lewat situ, terhubung dengan Zoom kampus, bisa terhubung dengan link Google Meet juga,” ungkap Sri kepada awak Sketsa lewat aplikasi Zoom, Selasa (13/2) lalu.

Sri berharap, aplikasi presensi daring saat ini dapat dikembangkan menjadi lebih baik dengan beragam fitur yang memudahkan dosen dalam melakukan kegiatan belajar mengajar.

“Jadi ketika ada dosen yang sedang penelitian atau pengabdian masyarakat, jadi bisa kuliah lewat Zoom dan kuliah bisa terekam dan tersimpan langsung.” tutupnya.

Adapun di kesempatan lain, Lambang Subagiyo selaku Wakil Rektor Bidang Akademik menjelaskan bahwa situs baru tersebut bertujuan agar membantu pendataan menjadi lebih efisien. 

“STAR ini nanti akan kompatibel atau relevan dengan AIS (Academic Integrated System), jadi kita tidak perlu dua kali mendata. Karena dulu harus di data manual, kalau ini ngga,” jelas Lambang ketika diwawancarai secara langsung pada Rabu (7/2) lalu.

Lambang juga mengatakan bahwa pihaknya sudah merencanakan pembuatan sistem yang lebih fleksibel dari tahun lalu saat menemukan kekurangan pada penggunaan MOLS. Aplikasi STAR juga dibuat berbeda dengan AIS karena keduanya memiliki fungsi fitur masing-masing.

“Aplikasi pembelajaran digunakan untuk pembelajaran, sementara AIS itu sistem informasi akademik,” tegas Lambang.

Adapun peluncuran aplikasi presensi daring ini dilakukan dengan berbagai pertimbangan, mulai dari untuk memperbesar kapasitas, lebih modern dan sudah terintegrasi, serta memperhatikan akuntabilitasnya sehingga lokasi mahasiswa dapat diketahui pada saat melakukan presensi.

“Kalau tidak menggunakan STAR maka akan merepotkan operator. Jadi absen yang dulu itu harus masuk ke PDDikti. Kalau absennya manual, akan sulit diinput karena jumlah mahasiswa yang banyak.”

Lambang juga menuturkan, adanya kendala terkait penggunaan STAR yang tidak dapat mengisi kehadiran disebabkan oleh mahasiswa yang belum melakukan pengisian Kartu Rencana Studi (KRS). Penyebab lainnya lagi ialah masalah sinkronisasi yang belum dilakukan antara STAR dengan AIS. (mlt/ner/zrt/ali).



Kolom Komentar

Share this article