Berita Kampus

Masih Banyak Fitur yang Galat, Sejauh Mana Digitalisasi Berjalan di Unmul?

Mahasiswa keluhkan gangguan teknis digitalisasi Unmul

Sumber Gambar: Dokumen Pribadi

SKETSA - Sistem informasi di perguruan tinggi berperan penting dalam memudahkan mahasiswa mengakses kebutuhan akademik. Meski demikian, kendala akses masih kerap terjadi sehingga berdampak pada kelancaran aktivitas perkuliahan. Entah fiturnya yang masih belum bisa dibuka maupun situsnya yang kerap galat alias error.

Di Unmul sendiri, Academic Integrated System (AIS) dan Sistem Aplikasi Belajar (STAR) mendukung berbagai fitur seperti presensi, Kartu Rencana Studi (KRS), transkrip, hingga penginputan materi. Dosen menggunakan STAR untuk membuka presensi digital yang mencatat waktu dan lokasi mahasiswa. Meski menawarkan kemudahan, beberapa mahasiswa masih mengeluhkan gangguan teknis saat menggunakan sistem ini.

Salah satu mahasiswa FIB, Muhammad Refinaldi membagikan pengalamannya saat presensi menggunakan STAR. Ia menyoroti bagaimana kamera dalam sistem tersebut tidak muncul ketika dibuka sampai pada materi perkuliahan yang tidak dapat dilihat walau dosen sudah menginputnya. 

Ia yang kerap dipanggil Refi tersebut juga menyambung ceritanya tentang bagaimana para dosen terkadang masih kesulitan dalam mengakses sistem informasi tersebut apalagi jika dosen tersebut masih tergolong baru.

“Mungkin paling (orang) yang baru pertama kali pakai STAR agak kebingungan (dengan) bagaimana cara buka kelasnya, fiturnya itu kan agak rumit lah, jadi gak keliatan yang mana presensi, yang presensi mahasiswa, yang untuk izin misalkan,” jelasnya pada (5/9) kepada awak Sketsa.

Refi juga menambahkan, bahwa masih ada beberapa dosen yang terkadang menanyakan presensi manual kepada mahasiswa, meskipun dosen tersebut juga menggunakan presensi digital. 

Tidak hanya itu, Refi juga menyoroti fitur penilaian dosen yang terus muncul di halaman depan ketika situs tersebut dibuka. Padahal mahasiswa telah memberikan penilaian.

Beralih ke AIS, rupanya tanggapan kurang memuaskan kembali hadir dari Refi, ia mengatakan bahwa AIS masih sering terkendala di beberapa fitur. 

“...mungkin 4 bulan yang lalu pas cek (AIS) masih ada beberapa (kendala teknis). Kalau tidak salah bagian hasil transkrip belum bisa (diakses), lalu aman aja sih (sisanya) untuk sementara,” tuturnya saat ditemui langsung di FIB.

Menilik beberapa kendala yang masih sering dialami, mahasiswa Sastra Indonesia angkatan 2022 tersebut merasa bahwa Unmul masih belum siap dengan digitalisasi. Mestinya, sistem tersebut segera diperbaiki secara bertahap. Ia juga menyarankan untuk membeli situs yang dibandrol dengan harga sedikit lebih mahal agar minim kendala.

Sejalan, mahasiswi FKM, Zahrah Nuraliyah juga membeberkan bahwa kedua sistem informasi Unmul tersebut masih sering mengalami error.

Ia turut mengungkapkan bahwa presensi susulan di STAR hanya dapat diakses selama 40 detik. Mahasiswa harus cepat saat presensi dibuka kembali, karena sistem akan otomatis menutup setelah lewat dari waktu tersebut.

“Jadi dosen gak bisa buka (STAR) terus ditinggal ke mana-mana itu gak bisa, jadi harus staynunggu kita absen semua baru selesai,” jelasnya.

Sementara Refi mengeluhkan akses materi di STAR, Zahrah tidak mengalami hal serupa sebab fakultasnya punya situs sendiri, yaitu Sikemas. Sistem ini menyediakan fitur-fitur yang memberikan akses perihal materi perkuliahan, persuratan, perizinan kelas, dan wisuda."

"Kalau Sikemas itu lebih ke akses informasi seputar (Prodi) Kesmas aja dan lain lain. Kalau (melihat) nilai tetap liatnya di AIS," ujarnya saat diwawancarai langsung pada Minggu (8/9) lalu.

Di AIS sendiri, Zahrah menyoroti transkrip nilai yang tidak dapat diakses. Selain itu, ia juga mengeluhkan sistem yang sering down jika diakses oleh banyak orang, khususnya pada saat mahasiswa melakukan pemilihan KRS. 

Namun, dengan banyaknya kendala yang ia rasakan, Zahrah optimis bahwa Unmul dapat beradaptasi dengan adanya digitalisasi. Ia mengatakan, bahwa Unmul hanya perlu untuk terus melakukan monitoring dan perbaikan agar sistem informasi Unmul menjadi lebih baik.

Zahrah pun berpesan jika seluruh fakultas memiliki tim Teknologi Informasi (IT) layaknya di FKM. Sehingga tim tersebut dapat mendiskusikan akar permasalahan dan solusi terkait kendala-kendala dari sistem informasi yang dirasakan mahasiswa Unmul.

"Kalau ada tim IT tiap fakultas, kan lebih mudah dan lebih cepat perbaikannya kalau semisal di kita ada masalah terhadap sistem ini.”

Di samping itu, awak Sketsa terus mencoba menghubungi pihak rektorat terkait permasalahan sistem informasi ini. (mou/mlt/ner/mar)



Kolom Komentar

Share this article