Berita Kampus

Attitude, Serangan Balik, dan Pupus Harapan untuk Nilai E Pingkan

Ilustrasi Pingkan dan Kaprodi. (Sumber: Istimewa)

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


SKETSA - Menindaklanjuti perkara nilai E yang jatuh sepihak kepada salah satu mahasiswi Unmul, Pingkan, ketua prodi (kaprodi) dari prodi tempat Pingkan berkuliah akhirnya angkat bicara. Dalam berita yang diturunkan Sketsa sebelumnya, kaprodi, dideskripsikan Pingkan diskriminatif, tidak memberi izin dirinya mencari tugas, hanya marah-marah.

(Baca: https://www.sketsaunmul.co/berita-kampus/membaca-diskriminasi-seorang-kaprodi/baca)

Ditemui di ruangannya, Selasa, (13/2) kaprodi Susi, bukan nama sebenarnya, memberikan klarifikasi. “Dia (Pingkan) mengetahui nilainya itu sudah menjelang satu semester, padahal untuk komplain nilai itu tidak harus menjelang satu semester. Dia lalui, dia sadar baru dia komplain. Yang namanya komplain nilai itu tidak boleh dalam satu semester, tapi beberapa hari setelahnya,” terang Susi.

Susi balik menuding, perkara nilai E tersebut merupakan kelalaian Pingkan sendiri. Saat mengetahui alasan Pingkan baru komplain nilai setelah satu semester berlalu karena tidak tahu, Susi merasa sebagai mahasiswa seharusnya ia selalu memeriksa nilai setiap saat karena itu merupakan kepentingannya bukan lagi menggantungkan nasib kepada kaprodi yang juga punya banyak urusan lain.

Setelah ditelusuri, ternyata nilai Pingkan memang tidak ada waktu itu. Susi mengaku tidak paham apakah Pingkan berbohong atau jujur, sebab enam temannya yang lain bisa lulus sementara ia tidak.

“Karena dia ngotot ternyata enggak bisa, ya sudah enggak bisa. Akhirnya jalan keluarnya adalah mengulang. Rupanya dia sakit hati karena mengulang. Mahasiswa lain tidak ada tuh yang sakit hati ketika disuruh mengulang karena murni kesalahan tidak ada pada dosen, tidak ada pada akademik,” ujar Susi.

Ketika keputusan akhir bahwa harus mengulang mata kuliah tersebut, Pingkan, dikatakan Susi berteriak kepadanya dengan nada tidak sopan. Hal itu didengar pula oleh beberapa orang di ruang kaprodi. “Oh ya kalau memang enggak boleh ya sudah Bu, enggak papa,” ucap Susi meniru perkataan Pingkan. “Wajarkah dia mengatakan itu pada ibunya?” kata Susi lagi.

Perihal ketidaksopanan Pingkan saat berada di ruang Sistem Informasi Akademik (SIA) ternyata dibenarkan pula oleh beberapa pihak dari SIA, yang kemudian melapor ke meja Susi. Kejadian jatuhnya map dari tangan Pingkan dinilai Susi merupakan sikap membangkang.

“Dia melemparkan, menjatuhkan barang-barang dengan sengaja dan mengempaskan pintu SIA. Itu bukan satu orang yang bersaksi, empat orang bersaksi,” kata Susi sembari menyebutkan nama-nama saksi.

Diketahui Susi, Pingkan rupanya sudah punya catatan masalah soal nilai di semester sebelumnya dengan beberapa dosen. Orang tua Pingkan pun sudah bicara dengan Susi melalui telepon untuk mengonfirmasi sikap anaknya yang dinilai tidak memiliki etika. “Kami tidak pernah mempersulit anak-anak kami sendiri, tidak pernah. Tapi ketika berhubungan dengan etika, attitude, tanyakanlah kamu sebagai mahasiswa,” ucapnya.

Susi menganggap pihaknya tidak memiliki alasan apa pun untuk mempersulit urusan mahasiswa. Meski begitu, mahasiswa juga harus sadar menjaga sopan santunnya kepada staf akademik, dosen, dan orang yang lebih tua di kampus. “Tinggal mahasiswanya saja lagi tahu diri atau enggak,” tukasnya.

Saat ditanya perihal reputasinya di mata SIA yang berupaya ia jaga sampai membiarkan Pingkan dapat nilai E, Susi membantah. Ia merasa reputasi dan hubungannya dengan SIA selama ini selalu baik. Susi sudah menawarkan kepada Pingkan jika tidak suka dengan aturan di prodinya, maka silakan cari universitas lain. Hal itu juga telah Susi sampaikan ketika ditelepon orang tua Pingkan. Susi kembali menegaskan hal yang ia kecewa dari Pingkan ialah etika.

“Satu saja Pingkan itu, enggak ada attitude. Itu saja,” ujar Susi.

Kabar permasalahan Pingkan ini akan diadvokasi oleh Himpunan Mahasiswa (Hima), Susi justru merasa langkah tersebut akan semakin memperburuk citra Pingkan. “Tambah jelek loh nanti dia itu, kan sudah disuruh tuh mengulang, stop. Iya kan? Kalau misalnya mau dibawa ke Hima itu juga luar biasa loh. Mau bawa ke Hima mau diapain? Jalan tengahnya sudah jelas. Dia mengulang,” pungkasnya. (adn/wal/aml/adl)



Kolom Komentar

Share this article