Berita Kampus

Aksi Bela Rakyat 121 di Mata Masyarakat

Melihat massa Aksi Bela Rakyat 121 dari sudut pandang masyarakat. (Foto: Wahid Tawaqal)

SKETSA – Aksi Bela Rakyat 121 dapat dikatakan cukup luar biasa, mengingat telah lama tak ada aksi menegangkan seperti itu. Seperti yang telah diberitakan Sketsa sebelumnya, aksi tersebut tak berjalan mulus. Berbagai halang rintang dilalui massa aksi demi menyuarakan tuntuntannya di Kantor DPRD Provinsi Kaltim. 

Mulai dari dihadang sebanyak dua kali, tembakan gas air mata, hingga pemukulan serta penahanan peserta aksi yang dilakukan aparat Kepolisian. Lantas seperti apa, masyarakat menilai aksi 121 tersebut?

Usai gas air mata, Sketsa mewawancarai beberapa pedagang yang ada di sektitar wilayah aksi, tepatnya di Jalan Meranti. Tidak semua pedagang mau mengeluarkan pernyataan, beberapa justru mengelak. Mereka pun enggan menyebutkan namanya ketika diwawancara Sketsa.

Ada pedagang bakso keliling, mengaku bahwa aksi 121 tersebut memberinya keuntungan tambahan dari peserta yang beristirahat. Bahkan, baksonya diborong mahasiswa untuk makan peserta secara gratis. Setelah ditanya mengenai tuntutan, ia mengaku tak paham sama sekali apa yang dituntut oleh mahasiswa. Lain halnya dengan pedagang jilbab, walaupun sama-sama tidak tahu apa tuntutan aksi, ia justru mengecam aksi 121 ini. Menurutnya aksi ini merugikan,

“Saya harus sampai menutup toko saya, padahal seharusnya kan pembeli bisa datang kalau tidak ada demo," ucapnya.

Ia juga menambahkan bahwa ada peserta aksi yang mencoba berlindung di tokonya saat gas air mata ditembakkan polisi. “Saya usir mereka yang mau masuk toko saya, saya kan nggak suka patung-patung jilbab saya dijatuh-jatuhkan begitu," imbuhnya.

Ironis, mengingat aksi ini merupakan pembelaan kepada rakyat yang justru tidak tahu kalau sedang dibela. “Nggak tahu, saya nggak tahu menahu ini demo apa. Nggak ada pemberitahuan atau apa. Terganggu tentu, tapi mau bagaimana lagi," ujar pemilik bengkel yang terlihat kaget.  

Terlepas ketidaktahuan masyarakat tentang aksi yang dilakukan mahasiswa itu, akan ada aksi lanjutan demi suarakan tuntutan yang belum terpenuhi. Pemerintah diharap menyikapi hal tersebut dengan bijak, bukan tindakan represif. (*/jdj)



Kolom Komentar

Share this article