Teknologi

Mengenal GeNose, Alat Deteksi Covid-19 Buatan UGM

Kabar bahagia datang dari Prof. Kuwat Triyana, ketua tim pengembang Gadjah Mada Electronic Nose (GeNose) pada Kamis (24/12) lalu

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Sumber Gambar : mipa.ugm.ac.id

SKETSA – Kabar bahagia datang dari Prof. Kuwat Triyana, ketua tim pengembang Gadjah Mada Electronic Nose (GeNose) pada Kamis (24/12) lalu. Ia menyampaikan, alat pendeteksi Covid-19 yang diberi nama GeNose C19 secara resmi telah mengantongi izin edar dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

Dilansir dari kompas.com, alat pendeteksi Covid-19 melalui embusan napas ciptaan tim peneliti Universitas Gadjah Mada (UGM) ini siap didistribusikan ke seluruh Indonesia pada pertengahan Februari 2021 dengan kapasitas produksi lebih dari 5.000 unit.

Bambang Brodjonegoro, Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi (Menristek/BRIN) mengatakan bahwa saat ini GeNose C19 telah digunakan di sejumlah rumah sakit (RS). Beberapa di antaranya adalah RS Bhayangkara Yogyakarta, RS Karyadi Semarang, RS Moewardi Solo dan RS Sebelas Maret (UNS) Jawa Tengah.

GeNose C19 adalah alat pendeteksi Covid-19 yang dapat mendeteksi hanya dengan embusan napas. Alat ini bekerja mendeteksi Volatile Organic Compound (VOC) yang terbentuk karena adanya infeksi Covid-19 yang keluar bersama embusan napas ke dalam kantong khusus. Selanjutnya, diidentifikasi melalui sensor-sensor yang kemudian datanya akan diolah dengan bantuan kecerdasan artifisial (Artificial Intelligence).

Kuwat Triyana mengungkap, bahwa orang yang terinfeksi Covid-19 memiliki karakteristik menghembuskan lebih banyak senyawa ethyl butanoate dibandingkan orang dengan kondisi sehat. Hal ini yang jadi pembedanya, bukan munculnya senyawa baru. Senyawa yang sudah ada itu kemudian akan memperlihatkan tinggi atau rendahnya senyawa yang diembuskan oleh seseorang.

Pada 28 Desember lalu, Bambang Brodjonegoro juga membeberkan bahwa GeNose tidak hanya mendeteksi adanya keberadaan virus Corona di dalam tubuh. Alat ini juga berbeda dengan rapid test antibodi yang mendeteksi respons imun tubuh lewat sampel darah, tetapi justru mendeteksi partikel atau senyawa secara spesifik.

“Jadi yang dideteksi di sini bukan virusnya, bukan virus Covid-19. Tapi, yang dideteksi di sini adalah partikel atau senyawa yang memang secara spesifik akan berbeda jika terjadi atau dikeluarkan oleh orang yang mengidap Covid-19,” tutur Bambang dalam konferensi pers di kanal YouTube Kemenristek.

Cara kerja GeNose

GeNose C19 bekerja mendeteksi VOC yang terbentuk lantaran adanya infeksi Covid-19 yang keluar bersama napas melalui embusan napas ke dalam tabung khusus. Sensor-sensor dalam tabung itu lalu bekerja mendeteksi VOC. Kemudian, data yang diperoleh akan diolah dengan bantuan kecerdasan buatan. Dalam waktu kurang dari dua menit, GeNose bisa mendeteksi apakah seseorang positif atau negatif Covid-19.

Teknologi ini juga memiliki aplikasi yang terhubung dengan sistem cloud computing untuk mendapatkan hasil diagnosis secara real time. GeNose juga mampu bekerja secara paralel melalui proses diagnosis yang tersentral di dalam, sehingga validitas data dapat terjaga untuk semua alat yang terkoneksi.

Tingkat akurasi

Dilansir dari detik.com, Dian K Nurputra yang merupakan Tim GeNose UGM menerangkan bahwa tingkat akurasi GeNose mencapai 97 persen. Ada dua penelitian yang laksanakan, yaitu uji validasi dan uji klinis yang dilakukan di RS Bhayangkara dan RS Lapangan Khusus Covid-19 Bambanglipuro, Yogyakarta. Dalam uji validasinya, ada sekitar 600 sampel napas, dan 382 napas di antaranya disebutkan berpola positif terpapar Covid-19.

“Uji validasi sebelumnya dilakukan untuk memetakan bagaimana pola yang jelas (Covid-19), dan bagaimana pola ke orang-orang yang sakit tapi non-Covid-19,” jelas Dian.

Harga Unit dan Biaya Tes

Satu unit GeNose diperkirakan seharga Rp40 juta. Alat tersebut mampu melakukan sekitar 120 kali pemeriksaan per hari, dengan estimasi per pemeriksaan tiga menit selama enam jam.

Kuwat juga mengatakan biaya tes deteksi Covid-19 menggunakan GeNose C19 cukup murah, yakni sekitar Rp15 ribu sampai Rp25 ribu rupiah. Selain itu, pengambilan sampel tes berupa embusan napas juga dinilai lebih nyaman. Ketimbang menggunakan metode usap atau swab.

Penilaian masyarakat terhadap alat pendeteksi Covid-19 yang mahal inilah yang menjadikan adanya GeNose C19 hasil karya anak bangsa ini sangat disambut dengan antusias. Di samping itu, metode usap atau swab dinilai tidak nyaman karena memerlukan sampel darah dan sampel lendir yang diambil dari dalam hidung atau tenggorokan. Juga dengan metode yang rumit serta membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan GeNose C19.

Adanya alat pendeteksi ini memunculkan harapan baru bagi masyarakat karena dinilai dapat meningkatkan performa dan efisiensinya dalam mendeteksi Covid-19. Dibandingkan dengan sebelumnya, dalam penanganan Covid-19 hingga saat ini tidak ada tanda-tanda penurunan yang signifikan.

Dilansir dari covid19.go.id, terhitung pada tanggal 11 Januari 2021 terdapat sebanyak 836.718 orang positif Covid-19 di Indonesia dan akan terus meningkat seiring berjalannya waktu bila tidak segera diatasi dengan penanganan yang efektif. (ems/cal/lyn/fzn)



Kolom Komentar

Share this article