Teknologi

CePAD, Rapid Test Antigen Karya Anak Bangsa

Rapid test berbasis antigen pertama yang diciptakan oleh Universitas Padjajaran (Unpad) yang bernama CePAD

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Sumber Gambar : Jabar-iNews.id

SKETSA – Patut dibanggakan, kini Indonesia telah memiliki tes cepat atau rapid test berbasis antigen pertama yang diciptakan oleh Universitas Padjajaran (Unpad) bernama CePAD. Tersiar pula kabar bahwa alat kesehatan karya anak bangsa ini dibanderol dengan harga yang cukup terjangkau dibanding produk rapid test lainnya.

Dilansir dari kompas.com, Diana Sari selaku Direktur Inovasi dan Korporasi membenarkan bahwa alat tes ini hanya dipatok seharga Rp120 ribu. Ia juga menyampaikan bahwa tingkat akurasi dan sensitivitas CePAD adalah 91,5 persen, melebihi dari ambang rekomendasi minimal yang ditetapkan oleh World Health Organization (WHO) yakni 80 persen.

Sejak 10 Januari 2021 kemarin, kapasitas produksi alat tersebut telah menembus sebanyak 500 per bulan dan telah disebar luaskan ke seluruh daerah Provinsi Jawa Barat termasuk fasilitas kesehatan dan Labkesda.

Masih mengutip Kompas, masyarakat tidak perlu lagi khawatir mengenai keamanan alat tes ini. Lantaran produk rapid test antigen CePAD sudah mendapat rekomendasi dari Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinis Indonesia dan telah memiliki izin edar sejak 4 November 2020 silam.

Rapid antigen berbeda dengan Polyester Chain Reaction (PCR). Perbedaan terletak dari apa yang dideteksi. Dikutip dari detik.com, PCR mendeteksi material genetik virus, sedangkan rapid test antigen mendeteksi protein virus. Namun keduanya sama-sama mendeteksi keberadaan virus, sehingga pemeriksaan dilakukan di bagian nasofaring.

Rapid test antigen memiliki beberapa perbedaan dengan rapid test antibodi serta tes PCR. Perbedaan tersebut yang pertama dapat dilihat dari jenis sampel digunakan yaitu pemeriksaan rapid test antigen dan tes PCR dilakukan menggunakan sampel lendir yang diambil dari dalam hidung ataupun tenggorokan, dengan metode usap (swab). Sedangkan, cara kerja rapid test antigen dinilai lebih akurat dibandingkan rapid test antibodi karena dapat mengidentifikasi virus dalam sekresi hidung dan tenggorokan. Identifikasi dilakukan dengan mencari protein dari virus corona.

Selain dapat mendeteksi virus Corona, alat tes CePAD ini juga diklaim dapat mendeteksi mutasi virus selagi bukan protein virus yang bermutasi. Sehingga, mutasi virus dari Inggris atau negara lain masih bisa terdeteksi dengan alat ini.

Dilansir dari unpad.ac.id dalam konferensi pers yang dilaksanakan secara online pada 28 Desember 2020 lalu, Prof. Bambang Brodjonegoro selaku Menteri Riset dan Teknologi RI mengatakan bahwa CePAD adalah salah satu produk inovasi yang dikategorikan sebagai alat untuk melakukan pendeteksian cepat terhadap keberadaan Covid-19 pada manusia.

“Inovasi anak bangsa ini mempunyai peran sangat penting dalam penanganan Covid-19 terutama dalam pelaksanaan 4T (testing, tracing, tracking, dan treatment),” tutur Bambang.

Diharapkan, alat yang dikembangkan oleh dosen Unpad, Muhammad Yusuf dan tim dapat menengahi keterbatasan uji PCR sebagai standar emas dalam pendeteksian Covid-19. Karena hasil dari tes PCR memerlukan waktu yang cukup lama untuk keluar, sehingga produk CePAD diharapkan dapat mempersingkat masa tunggu tersebut.

Kemampuan CePAD dalam mendeteksi virus saat viral load-nya sedang tinggi, membuat alat hasil inovasi anak bangsa ini mampu mendeteksi orang yang rentan menularkan virus Corona ke orang lain. Sehingga Yusuf berharap alat ini mampu menekan penularan Covid-19.(rea/vyl/krz/fzn)



Kolom Komentar

Share this article