Teknologi

Bahaya Mengintai Kala Metaverse Makin Berkembang

Hadirnya Metaverse selain menjadi sebuah peluang juga merupakan ancaman bagi kehidupan manusia.

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Sumber Gambar: Freepik

SKETSA - Lekat dengan teknologi,  Kehadiran Metaverse menjadi sebuah peluang sekaligus ancaman bagi kehidupan manusia. Kata Metaverse awalnya diperkenalkan oleh Neal Stephenson pada 1992, dalam novelnya yang berjudul Snow Crash. 

Istilah tersebut kembali diperkenalkan oleh Mark Zuckerberg sebagai visi digantinya nama perusahaan Facebook Inc. menjadi Meta Platfrom Inc. 28 Oktober 2021 lalu. Dikutip dari cnbcindonesia.com, gambaran sederhana Metaverse menurut Facebook ialah seperangkat ruang virtual, tempat seseorang dapat membuat dan menjelajah dengan pengguna internet lainnya yang tidak berada pada ruang fisik yang sama dengan orang tersebut.

Perkembangan Metaverse tidak hanya dilakukan oleh Meta, tapi juga mulai dikembangkan oleh perusahaan-perusahaan besar, seperti Apple, Microsoft, dan Google. Tahun 2021, CEO Meta Mark Zuckerberg mengatakan telah mengeluarkan dana cukup fantastis yang berakibat pengurangan laba perusahaan sebanyak USD10 miliar untuk kebutuhan pengembangan virtual reality (VR) dan augmented reality (AR). Menurut analisis Goldman Sachs yang dikutip dari laman ekonomi.bisnis.com, diperkirakan dana sebesar USD1,35 triliun akan diinvestasikan guna mengembangkan teknologi ini di tahun-tahun mendatang. 

Lalu kapan Metaverse  akan dimulai penggunaannya? Bill Gates, seorang pendiri Microsoft meramalkan dalam tiga tahun mendatang Metaverse akan banyak diminati. Bahkan Presiden Jokowi juga pernah menyinggung Metaverse dalam sebuah pidatonya. Dilansir dari kumparan.com, orang nomor satu di Indonesia itu menyebut bahwa 10 hingga 15 tahun mendatang kita bisa mengunjungi berbagai tempat, membangun bisnis bahkan membeli lahan secara virtual.

Itu artinya, jika ke depan kegiatan di dunia nyata akan banyak beralih ke dunia virtual tanpa persiapan, tentu akan membahayakan kehidupan manusia. Efeknya bisa lebih berbahaya dari media sosial.

Cyberbullying 

Sebuah kata yang sudah tidak asing lagi di telinga akibat maraknya aksi perundungan di media sosial seperti Instagram, Twitter, dan kawan-kawannya. Cyberbullying tidak hanya terjadi di media sosial yang sudah disebutkan, namun sangat amat mungkin akan terjadi pula di dunia Metaverse. 

Dr. David Reid, Profesor AI dan Spatial Computing di Liverpool Hope University yang dikutip dari techfor.id mengatakan, meski memercayai Metaverse berpotensi membawa beberapa hal menarik, namun berisiko memperdalam masalah yang ada, seperti privasi data dan cyberbullying. 

Timbulkan adiksi

Saat ini sebelum adanya Metaverse, banyak orang berlebihan dalam menggunakan aplikasi seperti Youtube, Instagram, dan Tiktok. Sehingga pola yang sama juga dapat terjadi pada Metaverse. Bahkan hal ini dapat menimbulkan adiksi atau kecenderungan terhadap teknologi dunia maya lebih parah. 

Kebebasan dalam dunia Metaverse untuk menjadi siapa saja akan menimbulkan adiksi baru bagi para pengguna internet. Dan diperparah banyaknya pengguna internet yang semakin meninggalkan dunia nyata.

Gangguan kesehatan mental

Metaverse sebagai dunia virtual, membuat para penggunanya bebas dalam mengekspresikan apa saja. Hal ini berdampak pada para pengguna yang tidak bisa mengimplementasikan hal yang sama di dunia nyata. 

Misalnya, disabilitas bisa menjadi normal di dunia Metaverse namun tidak dengan dunia nyata. Pengguna seperti ini berpotensi lebih besar mengalami masalah depresi, sebab menganggap dunia Metaverse lebih menarik dibandingkan dengan dunia nyata.

Keamanan data diri

Seperti yang sudah diketahui, segala hal yang berhubungan dengan internet akan membahayakan data diri. Contohnya, jika ingin membuat membuat akun Instagram harus menyerahkan beberapa data diri sebagai syarat pembuatan akun. Hal ini menjadi peluang bagi para hacker untuk menyalahgunakan data seseorang. 

Pelecehan seksual

Pelecehan seksual juga bisa terjadi di dunia Metaverse, lo! Dilansir dari cnnindonesia.com, seorang perempuan yang terlibat dalam uji coba beta Metaverse mengaku dirinya telah menjadi korban pelecehan seksual. Menurut pengakuan perempuan itu, avatar yang dikendalikan mendapatkan perlakuan seksual ketika menjalankan uji coba platform beta VR dari Meta, Horizon Worlds. Bukan hanya sekadar catcalling atau pelecehan secara verbal. Di dalam Metaverse, avatar bisa merasakan sentuhan yang dilakukan oleh avatar lainnya.

Bagaimana? Sudah siap berinteraksi secara virtual di Metaverse? (snk/nkh)



Kolom Komentar

Share this article