Sosok

Dimas Ronggo, Antara Kuliah, Kerja, dan Organisasi

Dimas Ronggo Gumilar Prabandaru, salah satu pendiri Lingkar Karya Pemuda Inspiratif Foundation (LKPI Foundation). (Foto: Istimewa)

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Sketsa - Suasana lenggang dan sepi terlihat di halaman parkir Perpustakaan Unmul. Ditemani cuaca yang mendung, sekitar pukul 17.30 Wita, seorang laki-laki berkulit sawo matang, berbadan tinggi tiba di parkiran perpustakaan. Di salah satu gazebo yang kosong, laki-laki yang saat itu mengenakan jaket hijau tua tersenyum ramah menyapa awak Sketsa

Dimas Ronggo Gumilar Prabandaru, akrab disapa Dimas Ronggo oleh kawan-kawannya. Karena dirasa banyak nama Dimas, sehingga penambahan Ronggo menjadikan panggilan yang beda di kalangan kawan-kawannya. Dimas memulai kisah hidupnya di Samarinda sebagai anak rantauan dari Nunukan, Kalimantan Utara. 

Saat itu ia menempuh pendidikan di bangku kelas 2 Sekolah Menengah Atas (SMA). Kenaikan kelas 3, ia pindah ke SMA Negeri 14 Samarinda. Dimas merupakan bungsu dari 3 bersaudara dan satu-satunya anak laki-laki. Memiliki selisih umur 13 dan 15 tahun dengan kedua kakaknya. 

Saat ini dirinya sedang menempuh studi S2 di Universitas Mulawarman, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik konsentrasi Kebijakan Publik. Dimas sendiri merupakan lulusan Sarjana Hukum di kampus yang sama tempatnya mengenyam studi S2. Tak selaras memang dengan jurusan yang saat ini sedang ditekuninya.

"Kenapa saya nggak lanjut di hukum? Karena mungkin kesempatan yang Allah berikan di Fisipol, dengan berbagai hal yang tak terduga," ujarnya.

Suatu hal yang tak disangka Dimas adalah saat mendapat beasiswa dari Kementrian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) untuk studi S2-nya. Selain itu, ada faktor lain yang mengharuskan laki-laki kelahiran Pati, Jawa Tengah ini untuk tetap melanjutkan pendidikan di Unmul. 

"Saya pilih untuk menggundurkan diri dari calon mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM)," tutur laki-laki yang memiliki senyum khas ini.

Pimpinan di tempat ia bekerja mengizinkan untuk lanjut studi dengan catatan pekerjaan di Samarinda tetap mobile. Dimas bekerja di Kementrian Pertahanan Provinsi Kalimantan Timur bidang Strategi Pertahanan. Tak hanya kuliah dan bekerja, ia juga aktif terlibat di beberapa organisasi. 

Rupanya keaktifannya dalam organisasi saat masih aktif menjadi mahasiswa Hukum terbawa hingga menjadi mahasiswa pascasarjana kini. Ia menguraikan satu per satu organisasi yang saat ini sedang diembannya. Dimulai dari Forum Alumni Parade Cinta Tanah Air tingkat Kaltim. Kemudian, Ikatan Alumni LDF Al-Mizan dan perkumpulan Ikatan Mahasiswa Jawa. Dari tiga organisasi tersebut Dimas mendapat amanah sebagai ketua umum. Tak cukup tiga organisasi, Dimas juga tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Pascasarjana (HMP) yang memang baru dibentuk. Pengurus HMP dilantik pada bulan Januari, dan lagi Dimas mendapat kepercayaan sebagai Ketua Bidang Kajian Strategis (Kastrat).

"Tapi ini kepala cenat-cenut juga mikirin ke sana kemari, liburan tapi tak terasa seperti liburan. Tapi rasanya enjoy aja, jangan buat amanah organisasi itu menjadi beban. Kalau jadi beban, selesai sudah," ucap Dimas lalu tertawa.

Hari semakin sore dan awan yang semula mendung mulai menurunkan airnya secara perlahan. Gerimis menuju senja menemani suasana sore itu. Beberapa kali di tengah wawancara Dimas melontarkan candaannya kepada awak Sketsa. Menciptakan suasana yang terasa begitu akrab seperti lama tak berjumpa.

"Saya memang orangnya kayak gini, jangan terlalu kaku lah. Cukup di kantor saya kaku," ungkapnya.

Laki-laki yang menuju usia ke-24 ini meyakini satu hal. Bahwa di organisasi pasti ada kebaikan-kebaikan yang bisa diberikan dan juga kebermanfaatan. Baginya, organisasi bukan hanya sekadar aktif, tapi juga sebagai wadah kepedulian dengan lingkungan sekitar pula. Berangkat dari pemikirannya tersebut, Dimas bersama dengan salah satu sahabat terbaiknya membuat suatu komunitas sosial. Dinamai Lingkar Karya Pemuda Inspiratif Foundation (LKPI Foundation). Bergerak di bidang pembinaan dan pengembangan diri anak, khusus bagi SMA di seluruh Samarinda yang jauh dari perkotaan. Sesuai dengan visi LKPI yaitu mewujudkan kesetaraan dan peningkatan mutu pendidikan di sekolah yang jauh dari perkotaan.

Sasaran LKPI Foundation saat ini masih SMA Negeri 14 Samarinda. Yang memang merupakan almamater Dimas Ronggo saat masih berseragam putih abu-abu. Dengan membuka sistem volunteer, sekitar 8 hingga 10 relawan aktif yang berasal dari masyarakat umum bergabung dengan LKPI Foundation. Relawan-relawan ini membina murid yang berjumlah 176. Dari LKPI Foundation sendiri memang membatasi jumlah anggota. Karena asam garam saat berorganisasi yang mana banyak orang yang mendaftar tapi hanya sebagian kecil yang menggerakan organisasi. Pengalaman itu yang membuat Dimas menerapkan kebijakan pembatasan anggota di LKPI Foundation.

Beberapa penghargaan sudah pernah diraih SMA Negeri 14 Samarinda. Antara lain, juara 3 lomba Cerdas Cermat Empat Pilar seleksi Kabupaten Kota, juara 3 debat ilmiah se-Kaltim yang diadakan Bankaltim, dan juara 3 lomba debat ilmiah yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Pendidikan Kewarganegaraan (HMPKN). 

Tentunya ini merupakan sebuah kenangan luar biasa bagi Dimas dan kawan-kawan di LKPI Foundation. Bahwa hadirnya mereka tidak hanya menghadirkan fisik tapi menghadirkan kepedulian dan kebermanfaatan bagi orang lain. Saat ini LKPI Foundation masih fokus membina siswa-siswa di SMA Negeri 14 Samarinda. Tapi tak menutup kemungkinan ke depannya LKPI Foundation akan bekerja sama dengan SMA lainnya.

Mimpi terbesar LKPI Foundation adalah membangun sekolah yang tidak hanya fokus dalam proses pembelajaran saja. Tetapi juga memberikan pengembangan diri pada anak dan juga pasca adalah pembinaan. Karena misi terbesar LKPI adalah karakter building atau pembangunan karakter anak.

Saat ditanya bagaimana caranya memanajemen waktu, Dimas memberikan sedikit petuah. "Manajemen itu bukan persoalan bagaimana mengatur semau kita, tapi bagaimana kita hari ini bisa menempatkan segalanya," jawabnya.

Begitupun hal yang dilakukannya untuk berkumpul dengan sahabat dan kawannya. Dengan cara sering berkegiatan sosial, semisal santunan anak yatim dan buat agenda edukasi ke kampung di daerah pelosok Samarinda. Dan terkadang masih sempat untuk membuat agenda-agenda refreshing seperti camping atau ke pantai.

"Tergantung prioritas agenda. Kalau pas lagi luang ya pasti saya luangkan buat refresh bareng teman-teman di weekend."

Diakui laki-laki yang memiliki hobi basket ini, dalam handphone-nya terdapat empat puluh tiga grup WhatsApp dan dua puluh sembilan grup Line. Mulai dari grup berisi alumni SD, SMA, organisasi, sahabat-sahabat SMA yang akrab, sahabat dekat sewaktu S1, teman-teman S2, LKPI, FA PCTA dan sebagainya yang tak bisa disebutkan satu persatu oleh Dimas.

"But always make a spare time menghubungi orang tua. Wajib minimal dua kali per pekan telepon. Kalau sekadar sms atau WhatsApp seringnya sama Ibu dan kakak," ucapnya.

Seorang Dimas Ronggo memiliki enam mimpi dalam hidupnya. Kuliah cepat, organisasi hebat, ibadah taat, kerja dapat, nikah tepat, dan bahagia dunia akhirat. Dari enam mimpi tersebut masih tersisa dua mimpi yang belum terlaksana di hidupnya. Nikah tepat dan bahagia dunia akhirat.

"Kalau masalah nikah jangan ditanyalah, saya masih sendiri. Doakan saja," pungkas Dimas sambil diiringi tawa diantara gerimis senja sekaligus menutup perjumpaan sore itu ketika azan Magrib berkumandang. (nhh/erp/omi/els)



Kolom Komentar

Share this article