Resensi

Kehangatan Cinta Keluarga Cemara

"Harta yang Paling Berharga adalah Keluarga". (Sumber poster: solotrust.com)

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Judul Film : Keluarga Cemara (2019)
Sutradara : Yandy Laurens
Produser : Anggia, Kharisma, Ginatri S. Noer
Penulis : Yandy Laurens, Ginatri S. Noer
Berdasarkan : "Keluarga Cemara" oleh Arswendo Atmowiloto
Produksi : Visinema Pictures
Pemain : Ringgo Agus Rahman, Nirina Zubir, Adhisty Zara, Widuri Sasono, Aryo Wahab, Asri Welas, Maudy Koesnaedi, Gading Marten

SKETSA - Keluarga Cemara adalah film Indonesia yang merupakan adaptasi dari cerita bersambung yang dimuat di Majalah Hai yang kemudian menjadi novel berseri karya Arswendo Atmowiloto kemudian diangkat ke layar kaca dengan judul yang sama pada tahun 90-an. 

Film ini dirilis di bioskop pada tanggal 3 Januari 2019 lalu, setelah ditayangkan dalam Jogja-NETPAC Asian Film Festival pada tanggal 29 November dan pada 1 Desember 2018 dengan didahului press screening di Jakarta pada tanggal 13 November 2018. Dengan durasi 110 menit, dan di produksi oleh Visinema Pictures dan Ideosoirce Film Fund.

Film Keluarga Cemara menceritakan tentang sebuah keluarga inti yang di dalamnya terdapat Abah (Ringgo), Emak (Nirina Zubir), Euis (Zara JKT48) dan Ara (Widuri Sasono). Awal mulanya keluarga ini merupakan keluarga berada yang tinggal di permukiman elit serta serba berkecukupan. Namun, suatu hari terjadi musibah yang menimpa di mana mereka harus menghadapi kenyataan bahwa harta benda mereka ludes akibat ditipu salah satu anggota keluarga besar mereka. 

Dengan rumah dan seluruh harta benda disita, satu-satunya yang tersisa adalah rumah warisan milik Abah di daerah Bogor. Banyak penyesuaian-penyesuaian yang harus dilakukan, terutama bagi Euis, karena banyak perbedaan yang sangat mencolok antara kehidupannya di Jakarta dulu dan yang dijalaninnya saat ini. 

Emak dan Abah digambarkan menjadi sosok yang sangat tabah dan saling menyemangati, Ara si bungsu yang selalu ceria mampu membuat suasana adem dan terlihat baik-baik saja. Selama di lingkungan baru ini, banyak hal yang terjadi. Abah harus pontang-panting mencari kerja demi menghidupi keluarga, begitupun dengan Emak yang turut membantu Abah dengan berjualan Opak

Euis juga mengalami perkembagan dengan lingkungan barunya karena ia memiliki teman-teman baru yang baik dan mengerti keadaannya. Sampai pada suatu hari, Abah masih merasa bersalah dengan kondisi keluarganya dan berencana menjual rumah satu-satunya yang mereka tempati kini untuk kemudian kembali ke Jakarta. Namun, hal tersebut tidak jadi dilakukan karena Emak, Euis dan Ara sudah merasa nyaman dan bersyukur atas apa yang mereka miliki, dan mereka semua sadar bahwa harta yang paling berharga adalah keluarga.

Film Keluarga Cemara kembali mengingatkan kita akan pentingnya keluarga, betapa kita harus menghargai perjuangan orang tua demi membahagiakan anak-anaknya. Film ini membawa warna yang berbeda di perfilman Indonesia. Tidak heran film ini dapat menembus 1 juta penonton hanya dalam kurun waktu 10 hari.

Penataan film yang apik dan smooth di tiap scene-nya serta mampu membangkitkan suasana emosional penonton patut diacungi jempol. Keseluruhan karakter yang ada dalam film Keluarga Cemara ini patut diperhitungkan, terutama bagi pendatang-pendatang baru seperti Zara JKT48 sebagai Euis dan Widuri Sasono sebagai Cemara.

Ringgo yang kental akan imej komediannya juga sangat berhasil dalam memerankan karakter Abah yang penyabar dan juga tegas. Nirina Zubir dengan kemampuan akting yang tidak perlu diragukan lagi juga berhasil memerankan Emak yang penyabar dan penyayang.

Selain itu pemeran-pemeran pendukung lain pun menampilkan totalitas mereka seperti Asri Welas sebagai Loan Woman dan Abdurrahman Arif sebagai Kang Romli yang memberikan suasana-suasana jenaka. Film ini bisa menjadi salah satu rekomendasi film untuk ditonton bersama keluarga maupun teman-teman dan orang tersayang karena di dalamnya banyak nilai-nilai kehidupan yang patut direnungi dan makna-makna tentang keluarga yang harus kita sadari dan syukuri.

Tidak banyak kekurangan dalam film ini, hanya ada beberapa scene yang dirasa agak mengganggu, yaitu ketika adegan di mana Abah harus memakai jaket  gojek dan bersama teman-teman gojeknya. Terlihat sekali advertising untuk Gojek. Mungkin seharusnya bisa dibuat lebih smooth lagi untuk promosinya.

Kemudian dari karakter pemain Euis, Zara masih agak kaku dalam beberapa scene, namun dimaklumi karena notabenenya dia juga merupakan pendatang baru. Selain itu keseluruhan film ini penuh dengan totalitas dari seluruh karakter pemain dan kru serta sangat patut untuk diapresiasi dan recommended untuk disaksikan. (hzk/els)



Kolom Komentar

Share this article