Resensi

AAC 2 Sebuah Kejatuhan Fahri yang Lain

Novel Ayat-ayat Cinta 2

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Judul                : Ayat-Ayat Cinta 2
 Pengarang      : Habiburrahman El Shirazy
 Penerbit          : Republika
 Tahun Terbit   : 2015
 Ketebalan Buku : 697  halaman

Hadirnya sekuel kedua dari novel fenomenal Ayat-Ayat Cinta menjadi angin segar bagi para pecinta karya Habiburrahman El Shirazy. Berjudul sama, Ayat-Ayat Cinta 2 (AAC 2) masih mengisahkan kisah cinta tokoh utama, Fahri Abdullah. Meski diterbitkan setelah 11 tahun dari novel pertamanya, AAC 2 tetap menjadi fenomenal dan mega best seller tingkat nasional. Terbukti dengan penjualan yang menembus 50 ribu ekslempar dan masuk cetakan 10 hanya dalam kurun waktu sebulan dari penerbitan pertama.

Dalam AAC 2, kehidupan Fahri dan Aisha berpindah ke Jerman. Masalah mulai muncul saat Aisha pergi ke Palestina untuk melakukan penelitian bersama teman reporternya, Alicia. Beberapa hari kemudian, Alicia ditemukan tewas di Israel dan Aisha hilang tanpa kabar. Fahri dirundung penyesalan begitu dalam karena tidak menemani Aisha ke Palestina.

Berbulan-bulan tanpa kabar, keluarga besar meyakini kalau Aisha sudah tiada. Tapi tidak demikian dengan Fahri. Untuk menutupi luka hatinya, Fahri pindah ke Edinburgh sebuah kota besar dan klasik di Skotlandia. Di sana Fahri tinggal di satu rumah bersama Paman Hulusi.

Keluarga besar Fahri memintanya untuk segera menikah lagi, sedangkan hatinya sendiri masih terikat dengan Aisha. Dan lagi, salah satu guru Talaqqi-nya dari Mesir, Syekh Usman menjodohkan Fahri dengan cucunya yang bernama Yasmin. Lalu di di sisi lain, Hulya, sepupu Aisha dari Turki juga menyatakan cintanya kepada Fahri.

Ditengah kegalauannya, Fahri harus mempersiapkan diri untuk mengikuti Oxford Debating Union, debat paling prestisius tingkat dunia. Lantas akankah Fahri mampu melewati semuanya? Kemanakah hati Fahri akan berlabuh? Akankah ia menemukan Aisha?

Semua terjawab dengan baik dalam novel AAC 2 yang kabarnya akan segera diangkat menjadi film layar lebar seperti novel pertama. Tapi yang pasti salah satu ciri khas dari karya-karya Habiburrahman El shirazy adalah pendiskripsian yang mendalam tentang suasana, tempat dan seluruh kegiatan dalam cerita. Sehingga pembaca seolah-olah adalah tokoh utama. Membaca AAC 2 membuat Anda seakan berada di Kota Edinburgh.

Kedua, karya-karya Habiburrahman El shirazy dinilai dapat membangun jiwa dan selalu kental dengan nuansa pendidikan. Begitu pula dengan AAC 2. Kesuksesan Fahri sebagai cendekiawan muda dan pengusaha sukses dapat menumbuhkan semangat masyarakat Indonesia untuk sukses di luar negeri. Karena, sebagaimana diketahui sebagian besar warga negara Indonesia di luar negeri hanya menuntut ilmu atau menjadi tenaga kerja. Kisah Fahri dalam AAC 2 menjadi anomali sekaligus motivasi.

Namun, jika dibandingkan, klimaks dari novel pertama terasa jauh lebih sulit dibandingkan AAC 2. Pembaca seperti dibuat geregetan dengan keputusan Fahri. Bahkan di beberapa tempat  cerita terkesan dipaksakan. Keputusan yang agaknya disayangkan untuk kelanjutan AAC.

Tapi jika yang Anda cari di novel ini adalah bukti tentang cinta sejati, keseriusan menuntut ilmu, keteguhan menjalankan ajaran agama, dan semangat meraih sukses dunia akhirat, Anda menemukan buku yang benar. (krv/wal)



Kolom Komentar

Share this article