Puisi

Tepian Buah

Sebuah puisi dari Herman Mansa, Mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia, FIB 2014. (Sumber foto: inspirasicoffee.com)

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Tepian Buah selalu pada kerinduan
Berjalan kaki dan tertawa
Pada suatu sore melebihi sore
Anak-anak masuk ke rumah
Menceritakan hari pada mereka
Dan menangis ketika hati tersakiti oleh hal remeh temeh

Aku menyimpan rindu. Pada kopi dan diskusi berujung tawa, aku rindu pada siang terik yang menyengat. Aku rindu pada bayanganku sendiri. 

Ku bangun pada suatu pagi
Melihat-lihat kemudian ku tidur lagi. 
Kita sudah dewasa, tapi rumah itu masih melihat kita sebagai anak-anak yang menangis. 

Sarapan yang disiapkan ibu tidak kita habiskan, mulut mengecap alasan penolakan mencipta kenangan, berharap sebuah kebenaran. 

Kita kembali menjadi dewasa, masih menangis dan memanggil kenangan merangkai lamunan. 


Ditulis oleh Herman Mansa, Mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia, FIB 2014.



Kolom Komentar

Share this article