Puisi

Surat dari Rantau

Sebuah puisi yang ditulis oleh Panji Asuhan, mahasiswa angkatan 2012 Fakultas Ilmu Budaya Unmul. (Sumber Ilustrasi: http://hamdiakhsan.blogspot.co.id/2011/06/203-2011-surat-anak-rantau.html?m=1)

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Mak,
Aku di sini menjadi anak rantau, demi membanggakan Mamak yang jauh di pulau

Mak,
Hari ini aku ikut berdemo, Mak. Padahal aku ingat ucapan Mamak tempo lalu
“Jangan kau ikutan berdemo, Nak. Aku sekolahkan kau biar kau kembali ke pangkuanku, memperbaiki apa yang Mamak inginkan. Kau sudah besar, mana yang baik mana buruk kau tahu”

Tapi, Mak. Aku kali ini melanggar, Mak
Nasib kota ini berbahaya, Mak. Eh, maksudku negara ini
Coba Mak pikir, cabai sudah naik
Gula
Rokok
Bensin
Semua ikut naik, Mak
Bahkan, rasa rinduku ikut naik pula, rindu akan Mamak di sana

Mak, hari ini aku ikut berdemo Mak
Banyak sekali yang memusuhi kami, Mak. Memusuhi semut-semut kecil
Belum kami sampai di sana, Mak, kami sudah dihadang
Dihadang sama adik-adik polisi ganteng dan cantik, mau sekali aku merayunya Mak Merayu adik polisi yang cantik, yang memakai kerudung itu
Ah, tapi Mak, wajahnya penuh debu, seperti pantat ayam yang tak pernah dibersihkan
Jijik sekali aku

“Maju selangkah, kami tembak”
Alamak! Ancamannya ngeri sekali Mak
Seperti Mamak yang mengancamku waktu aku menggauli guling dan bantalku dengan liur yang mengalir di sela mulutku, basah tak terhingga
Aku mau ditembak Mak! Mau ditembak!
Kalau aku tertembak, Mak harus ikhlas ya. Setidaknya aku membanggakan Mamak walau tak terlalu bangga

“DOR”

Sialan! Aku ditembak Mak. Kami ditembak
Perih Mak, perih
Aduh, Mak, tolong
Aku mati, Mak
Kami, Mak. Rakyat  kecil
Tertindas

Gugur

Mak….


Ditulis oleh Panji Asuhan, mahasiswa program studi Sastra Indonesia 2012, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Mulawarman



Kolom Komentar

Share this article