Diary untuk Ibu
Sebuah puisi berjudul "Diary untuk Ibu" ditulis oleh Rabi'atul Husna. Akuntansi 2015. (Sumber ilustrasi: thoughtcatalog.com)
Samarinda, 20 Mei 2017
Kos Putri Kejora
Ibu ananda lelah kuliah,
Ingin sekali kusampaikan kata itu kepadamu Ibu, namun setiap kali aku pulang, ku salami tanganmu yang semakin keriput dan kasar akibat kerja keras, ku cium pipi yang dimakan usia, dan kulihat seberkas sinar harapan saat kau memandangku. Maka semua kata itu luruh, menguap bersama debu.
Selalu ku ingat pesanmu, tekunlah belajar dan jadilah sarjana.
Maafkan ananda yang durhaka ini Bu…
Jika laptop yang Ibu beli dengan kreditan bank lebih sering dipakai nonton daripada menggali ilmu.
Jika buku-buku tebal yang Ibu beli dengan tetesan keringat lebih sering dijadikan alas laptop daripada dibuka untuk dibaca, aduhai Bu pas sekali bukunya jadi alas laptop sambil nonton di tempat tidur.
Jika uang yang Ibu kirimkan selalu terasa kurang, meski ditambah berkali-kali.
Jika masih sering pergi ke bioskop daripada perpustakaan dengan alasan refreshing, meski sebenarnya otak ini tidak sering-sering amat diajak mikir. Masih mulus Bu, kalaupun dijual masih bersegel, jarang dipakai.
Maafkan ananda yang lemah ini Bu…
Masih sering tidur larut malam hanya demi nonton atau baca novel sambil bela-belain minum bergelas-gelas kopi instan tak peduli paginya harus kuliah.
Masih sering ngeluh ketika kuliah pagi.
Malas bangun tidur dan sering terlambat kuliah.
Apalagi salat Subuh Bu, aduuuh aku bahkan mungkin lupa Subuh itu berapa rakaat. Padahal aku tahu, ada sepotong doa untuk kesuksesan raga ini yang kau dengungkan bersama adzan Subuh.
Maafkan ananda sering titip absen dengan alasan ‘ah, di dalam kelas juga nggak ngerti dosen ngomong apa, mending cari hal bermanfaat di luar’. Meski hal bermanfaat itu tidak jauh-jauh dari tidur di kos atau cari wifi di mana-mana. Bahkan ketika aku tahu, kau hapus kata libur dalam kerja kerasmu, mati-matian ngutang sana sini hanya untuk membeli satu kursi buat anakmu duduk di ruang kelas itu.
Maafkan ananda yang pembohong ini Bu…
Mengatakan bahwa semua baik-baik saja, padahal nilai C dan D tak pernah absen menghadiri KHS. Langka sekali nilai B muncul di sana Bu, apalagi A, jangan ditanya.
Maafkan karena ananda bersembunyi dibalik gelar mahasiswa, padahal tak lebih dari pengangguran kelas berat. Aku takut menghadapi semester atas Bu, makanya sengaja mengulur waktu. Mengulang mata kuliah dengan alasan memperbaiki nilai.
Maafkan ananda Bu..
Saat orang-orang sibuk dengan les bahasa Inggris, les komputer dan bimbingan belajar lainnya, anakmu ini lebih memilih khusyuk menangisi oppa-oppa ganteng dalam drama Korea.
Di saat yang lain sibuk organisasi, keluar masuk Singapura dan Malaysia ikut lomba-lomba atau tiap sebentar singgah ke pulau Jawa dan Sumatera ikut seminar, anakmu ini disuruh bikin puisi saja cuma bisa copas Bu…
Di saat yang lain cari kerja sambil kuliah, cari lowongan magang ananda malah sibuk cari tempat makan paling mewah tapi murah, biar bisa diupdate ke Instagram.
Apa kemampuan yang ku miliki selain pandai mengeluh?
Menyalahkan dosen jika nilaiku jelek, mengumpat jika nilaiku parah lalu mengatai dosen jika aku harus mengulang mata kuliah lagi. Dan ketika kau menelpon menanyakan kabar, tak ada kata yang bisa ku ucapkan selain kebohongan “semua baik-baik saja”.
Aku adalah pengeluh terhebat Bu..!
Dan sekarang saat teman-temanku sibuk mempersiapkan KKN, lagi-lagi aku mengeluh Bu. Banyak sekali kelas yang belum kujalani untuk bisa ikut KKN.
Tahun depan aja Bu KKN nya? Persyaratanku belum lengkap.
Bahkan dengan semua kesadaran akan kesalahanku, aku masih enggan berubah Bu. Aku terlalu nyaman dengan semua ini, aku senang berendam dalam semua dusta ini. Aku terlilit kepalsuan, pulas dalam dekapannya.
Di pekat malam ini, ditemani tetes hujan dan segelas kopi hitam. Bayanganmu hadir, bersama seribu mimpi yang kau letakan di bahuku, lewat tatap matamu. Jadi bu, saat engkau tak bosan-bosannya menanyakah kabar dan keadaan kuliahku Bu, izinkan aku bertanya. Durhakah aku Bu? Jika ku katakan aku lelah kuliah…!
Ditulis oleh Rabi'atul Husna, mahasiswi program studi Akuntansi FEB 2015.