Opini

Mau Sampai Kapan Unmul Jadi Sarang Maling dan Begal?

(Ilustrasi: merdeka.com)

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Sebuah kampus tentu harus didukung dengan seluruh komponen yang ada di dalamnya. Mulai dari civitas academica, fasilitas, anggaran, dan tentu keamanan kampus. Kenyamanan dan jaminan keselamatan berada di kampus menjadi tolak ukur untuk menunjang kegiatan akademik dan non akademik di kampus. Kita ketahui bersama, Unmul mempunyai 5 wilayah teritorial untuk mengakomodir 37 ribu mahasiswa dalam menimba ilmu di kampus.

Banyaknya jumlah mahasiswa berbanding lurus dengan jumlah masalah yang selalu berbaris rapi datang silih berganti. Terutama masalah keamanan kampus. Masalah ini setiap hari menjadi kegelisahan mahasiswa Unmul dalam melakukan aktivitas di lingkungan kampus. Betapa tidak, setiap hari diwarnai dengan rasa ketakutan yang membuat diri ini semakin was-was. Selama 4 tahun terakhir, masalah keamanan kampus berlarut-larut belum tuntas juga, bahkan pihak kampus tidak serius menangani masalah keamanan ini.

Keamanan kampus memang masalah yang belum mampu diselesaikan. Angka kriminalitas dan pengangguran yang kian tinggi menyebabkan kasus kehilangan helm, tindak kejahatan dan kriminalitas terjadi di kampus. Banyaknya jumlah civitas academica yang banyak menjadi santapan empuk para pelaku kejahatan dan maling. Setiap hari, informasi kehilangan selalu saja menghiasi medsos mahasiswa. Tak heran, kasus kehilangan sudah menjadi kejadian rutin di kampus ini. Setiap hari mahasiswa dan civitas academica kehilangan barang berharganya mulai dari helm, laptop, motor, dompet dan barang berharga lainnya. Kasus kehilangan ini mahasiswa tinggal “menunggu giliran saja” untuk merasakan keganasan dari maling yang ada di Unmul. Jika dihitung materil, kasus kehilangan barang ini kerugiannya mencapai ratusan juta.

Sungguh berbahaya dan mengkhawatirkan kondisi keamanan di kampus Unmul ini, yang kini menjadi lahan basah dan santapan empuk para pelaku kriminal. Terakhir, kita digegerkan adanya begal di kampus ini. Pada Jumat, 23 Februari 2018 kejadian memprihatinkan menimpa 2 mahasiswi FPIK Unmul yang sedang melakukan perjalanan di sekitar kawasan Universitas Mulawarman.

Pelaku begal mencoba merampas tas dan handphone milik mahasiswi tersebut sehingga terjatuh dan dilarikan kerumah sakit. Kondisi ini menyadarkan kita bahwa kampus tidak aman bagi civitas academica. Dan kampus terkesan pasrah dan tidak ada langkah yang agresif untuk menyelesaikan masalah keamanan minimal mengurangi kasus kehilangan dan kriminal di Unmul.

Jelas, ini tidak bisa dibiarkan saja. Kejadian ini mengingatkan kita di tahun 2015 pernah mempunyai catatan kelam dalam kasus tindak kejahatan. Tak tanggung-tanggung, kasus pembacokan 2 mahasiswa Fakultas Farmasi pada bulan April 2015 dan 1 mahasiswa Fakultas Kehutanan pada 28 Desember 2015 menjadi catatan penting bahwa Kampus Mulawarman sudah tak aman lagi.

Mau sampai kapan keamanan kampus seperti ini? Sudah cukup derita yang dialami oleh mahasiswa dibegal, dibacok maupun kehilangan barang pribadinya. Dan ini bisa menjadi tekanan bagi psikis mahasiswa Unmul.

Selama 4 tahun terakhir, cukup miris dengan kondisi Unmul yang belum memiliki sistem keamanan kampus yang jelas bahkan Unmul belum punya Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku untuk sistem keamanan satu atap dari universitas sampai fakultas-fakultas dan tidak sinergis 37 ribu mahasiswa Unmul masih belum berada dalam jaminan keamanan yang kampus yang tak penuh.

Sistem keamanan yang tak jelas merupakan faktor terjadinya kasus kejahatan di Unmul. Akses jalan umum yang begitu terbuka dan banyak jalan yang bias dimasuki secara leluasa. Ditambah lagi penerangan di malam hari yang tak kunjung terang, kurangnya tenaga personil satpam di setiap fakultas, sehingga para pelaku kejahatan dan kriminal sangat leluasa melakukan aksinya.

Angin segar memang terjadi di bulan Maret 2016, saat Unmul menerapkan portal masuk dengan pola menggunakan tiket masuk. Tetapi, hanya seminggu saja bertahan dan ketidaksanggupan satuan petugas (satgas) untuk menerapkan secara preventif dengan mempersempit ruang gerak dan meminimalisir masuknya para pelaku kejahatan sehingga terobosan baru itu pun terhenti.

Jelas, tindakan kriminalitas yang terjadi di Unmul menjadi sorotan dan pekerjaan rumah bagi pimpinan kampus. Seharusnya pihak kampus harus memprioritaskan permasalahan keamanan ini, sebab sudah banyak korban di kalangan mahasiswa. Diperparah lagi, portal belum berfungsi sesuai rencana diawal, pos keamanan fakultas pun tidak optimal, tidak adanya kantong parkir massal, SDM satgas keamanan sangat minim, dan diperparah lagi patroli tidak masif dilakukan. Dengan deretan kekurangan tersebut, jelas memperpanjang nafas Unmul sebagai kampus sarang maling dan sarang begal.

Keamanan merupakan salah satu hal yang terpenting dalam sebuah kampus. Karena indikator kenyamanan dan pelayanan kampus terletak pada sektor keamanan kampus. Jika keamanannya sudah salah kaprah, maka akan banyak lagi korban yang berjatuhan. Hari ini konsep keamanan kampus sudah kehilangan arah, mengabaikan hal detail seperti ini akan berujung pada stigma negatif di masyarakat.

Kampus sebagai tempat menuntut ilmu yang seharusnya memiliki suasana yang aman dan kondusif. Sekarang, kampus menjadi tempat bagi para civitas academica yang merasa was-was dan enggan untuk berlama-lama berada di kampus. Hal ini tentu saja merupakan suatu kondisi yang harus diubah dengan fokus menyelesaikan upaya perbaikan sistem keamanan kampus.

Mulailah gelisah, ungkapkanlah dengan kemarahan. Permasalahan keamanan harus tuntas tahun ini, jangan lagi ada korban yang berjatuhan lagi. Sudah cukup mahasiswa mengalami kerugian dengan hilangnya barang. Sudah jelas, hari ini kampus telah gagal mentransformasikan kegelisahan mahasiswa dengan kebijakan maupun perbaikan keamanan kampus. Celakanya, Unmul sudah akreditasi A, dan permasalahan keamanan kampus terus menghantui perkembangan kampus ini.

Dengan kondisi sekarang, patut dipertanyakan komitmen birokrat kampus menyelesaikan masalah yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Mau sampai kapan Unmul jadi sarangnya maling dan pelaku begal?



Ditulis oleh Freijae Rakasiwi, Gubernur BEM FEB Unmul 



Kolom Komentar

Share this article