SKETSA - “Saya tidak pernah memikirkan apa yang harus dilakukan ke depan. Saya percaya sepenuhnya pada takdir,” ungkap dosen muda Fakultas Ilmu Budaya (FIB), Dahri Dahlan. Anggapannya tersebut memang ditanggapi sebelah mata oleh sebagaian temannya. Namun menurutnya, apapun yang ditanam hari ini, akan mendapatkan hasil di kemudian hari.
Tidak seperti pemuda umumnya, Dahri bercerita bahwa saat ia duduk di bangku kelas dua SMP. Ia bercita-cita sebagai tukang perahu. Karena pada saat itu pekerjaan tersebut di kampungnya merupakan sebuah profesi yang menarik. Begitupun ketika duduk di bangku SMA, ia tidak memusingkan tentang kelanjutan pendidikannya.
“Pada kelas 3 SMA tepatnya semester terakhir, saya baru kepikiran untuk mengambil jurusan Sastra,” ucapnya kepada Sketsa saat ditemui Selasa (25/10) lalu.
Pria berusia 32 tahun itu pun menjelaskan alasannya mencintai sastra, yaitu karena sastra membahas tentang kemanusiaan yang jadi permasalahan di dunia ini. Ia menuturkan bahwa tidak ada sesuatu yang dapat mengubah dunia kecuali kebudayaan, yang berasal dari pikiran manusia.
Tak hanya sekedar kata-kata, sebuah aksi nyata pun dilakukannya. Perpustakaan Rakyat Sepekan merupakan salah satu bentuk pengabdiannya pada masyarakat. Hatinya tergerak ketika kembali ke kampung halamannya di Pambusuang, Balanipa, Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Salah satu alasannya juga karena kampus yang berada di daerahnya itu meluluskan mahasiswanya dalam jangka waktu dua tahun sekali. Ironisnya lagi tidak ada fasilitas perpustakaan di sana.
“Kita pinjam buku dari Kabupaten Polewali Mandar, Mamuju, dan Majene. Ada ribuan buku, kita gelar selama sepekan dan kemarin telah tahun ketiga,” ucapnya.
Perpustakaan ini digelar seperti book fair, masyarakat boleh membaca dan meminjam, namun perpustakaan ini hanya sepekan. Kendaraan yang ingin lewat di jalur kampung ditahan demi keberlangsungan Perpustakaan Rakyat Sepekan. Dengan menggunakan tenda dan tanpa memungut biaya apa pun, perpustakaan ini disambut hangat oleh masyarakat. Belakangan pemerintah pun mulai melirik perpustakaan rakyat yang digagas Dahri.
Dahri yang baru setahun lebih menetap di Samarinda ini menjabat sebagai pengurus dalam Dewan Kesenian Kalimantan Timur. Ia juga bersama dosen-dosen FIB lainnya, menggagas sebuah kegiatan di FIB. Kegiatan tersebut seperti diskusi, jadi setiap mahasiswa FIB yang karyanya diterbitkan di surat kabar akan dilakukan diskusi dan pembedahan karya sastra bersama. (adl/els/e2)