SKETSA – Malam itu Wildan Wahyu Nugroho seperti orang salah masuk toko baju. Pemuda yang mudah ditebak asal suku dari wajah dan cara bicaranya itu tampil mengenakan pakaian bermotif batik sarung khas Kota Tepian. Persis pakaian yang juga dikenakan Presiden BEM KM Unmul Norman Iswahyudi saat Closing Ceremony Munas BEM SI 2017.
Tak hanya pakaian yang jadi sorotan, sambutannya yang menggebu-gebu khas aktivis mahasiswa pun menebar sinyal positif kepada ratusan pasang telinga yang mendengarkan. Tua muda, semua ikut bergelora. Bersama menyanyi lagu perjuangan, mengepalkan tangan.
Kepada Sketsa usai acara, pemuda asli Kebumen, Jawa Tengah itu mengaku tidak pernah sama sekali menyangka akan menerima amanah seperti ini. Tetapi, ia adalah pemuda yang punya prinsip. Tegas dia menyatakan siap memimpin gerak BEM SI setahun ke depan.
“Kita jangan jadi orang yang mengincar amanah, tapi ketika amanah itu datang maka kita harus siap. Aliansi ini bukan organisasi, maka tugas dari Koordinator Pusat (Korpus) hanyalah sebatas mengoordinir saja suara dari masing-masing Koordinator Wilayah (Korwil), Koordinator Isu (Korsu), dan sebagainya. Maka, gerakan BEM SI adalah gerakan dari bawah,” tuturnya.
Bicara tentang aliansi BEM SI, tentu saja bicara rekam jejak manusia-manusia di dalamnya perihal pengalaman organisasi. Utamanya seorang Korpus, tentu tidak asal tunjuk. Wildan tak segan-segan menyatakan dirinya setia mengabdi di BEM bahkan sejak pertama kali menginjakkan kaki di kampusnya tanpa mengikuti organisasi lain baik internal maupun eksternal. Saat ini, ia menjabat Presiden BEM Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) setelah sebelumnya bersabar mengabdi sebagai staf hingga pelaksana tugas (Plt) Presiden BEM UNS. Di sana, Wildan mengambil jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian, angkatan 2013.
Selama perbincangan dengan Sketsa, yang menarik adalah fakta bahwa Wildan lahir bertepatan dengan peringatan ke-67 Hari Sumpah Pemuda tahun 1995. Pemuda berkulit hitam manis itu lahir dari pasangan Wahyu Aminoto dan Salam Mutofina manakala pemuda pemudi negeri ini mengikrarkan tiga butir sumpahnya.
Dia pun gamblang mengurai cerita di balik naiknya ia menjabat Korpus. “Teman-teman melihat kami dari UNS cukup baik dalam mengawal isu pendidikan saat menjadi Korsu. Teman-teman melihat kami punya effort lah di situ. Saya juga kaget tiba-tiba dicalonkan, saya tidak mempersiapkan apa-apa sama sekali. Akhirnya, banyak yang setuju, satu frekuensi gitu. Saya ini orangnya enggak bisa marah, saya cenderung cuek sih,” ungkapnya.
Tentu tiadalah arti seorang Korpus tanpa gagasan. Wildan berencana membuat narasi kebersamaan seiring BEM SI ini berjalan. Itu ditujukannya untuk seluruh mahasiswa di segala penjuru Indonesia. Baginya, keanggotaan aliansi BEM SI ini tidak hanya tertutup pada gabungan BEM yang ada saat ini saja. Dia membuka selebar-lebarnya pintu untuk universitas yang hendak masuk dan bergabung. “Kami tidak ingin membatasi. Silakan menghubungi Korwil dan mengikuti prosedur yang ada,” pungkasnya. (aml/wal)