Menilik Kritik Pola Asuh Tiger Parenting dalam Film Turning Red

Menilik Kritik Pola Asuh Tiger Parenting dalam Film Turning Red

Sumber Gambar: Twitter @Pixarturningred

SKETSA — Orang tua selalu benar. Begitulah pola asuh yang dipahami dalam tiger parenting. Dikutip dari halodoc.com, anak-anak yang diasuh dengan pola tiger parenting cenderung rendah diri dan rentan alami depresi sebab posisinya yang dituntut memenuhi ekspektasi orang tua. Pola asuh ini kian diperburuk dengan minimnya ruang bagi anak untuk bernegosiasi dan menyuarakan pendapatnya. 

Fenomena ini yang kemudian dituangkan ke dalam film Turning Red. Setelah sebelumnya sukses dengan film Inside Out dan Soul, Disney Pixar kembali mantap mengulas tema serupa dalam film Turning Red. Film ini dirilis pada 2022 dan disutradarai oleh Domee Shi yang sebelumnya turut menyutradarai film pendek Pixar lainnya seperti BAO. 

Film Ini bercerita tentang seorang anak keturunan Cina berumur 13 tahun yang bernama Mei Lee (pengisi suara Rosaline Chang).  Ia tinggal bersama sang ibu, Ming Lee (pengisi suara Sandra Oh)  yang memiliki sifat posesif dan sangat mengekang Mei. 

Ming melakukannya bukan tanpa alasan. Sebagai seorang ibu, ia ingin putrinya menjadi sosok penurut dan mengikuti semua peraturan dengan baik. Hal tersebut tercermin dalam caranya mendidik yang mewajibkan putrinya pandai matematika, mengikuti les musik, hingga aturan untuk tidak bergaul bersama orang yang dinilai aneh. 

Di sisi lain, ayah Mei, Jin Lee (pengisi suara Orion lee) digambarkan sebagai sosok yang sangat mendukung semua keputusan istrinya. Bersama-sama, mereka mengurus sebuah kuil leluhur milik keluarga Lee. Sampai pada suatu hari, Mei tiba-tiba terbangun dalam kondisi yang telah dikutuk menjadi panda merah. 

Untuk kembali normal, dirinya perlu memastikan emosinya stabil terlebih dahulu, yang biasa ia dapatkan ketika bersama teman-temannya. Sayangnya, Ming (ibu Mei) tak terlalu suka dengan keberadaan teman-temannya yang dianggap menghalangi sang buah hati mencapai mimpinya. Puncak kisah Mei terus berlanjut hingga suatu kejadian tak terduga menimpa teman dan keluarganya. Kejadian tersebut menempatkan Mei dan Ming pada situasi canggung nan rumit.

Film ini tak hanya berfokus mengkritik pola asuh tiger parenting, namun juga sekaligus menyorot masa pubertas yang direpresentasikan secara apik dalam sosok panda merah. Misalnya Mei Lee yang kerap alami banyak pergolakan, turut dirasakan anak-anak lain saat mereka menuju masa remaja.

Sayangnya, film Pixar satu ini kurang mendapat perhatian dari penonton. Situs Box Office Mojo mencatat, Turning Red hanya mampu meraup keuntungan 20,1 miliar USD di seluruh dunia dari biaya produksi yang mencapai 175 miliar USD. Diketahui, kontroversi akibat penggambaran budaya yang tidak sesuai dengan dunia nyata turut mewarnai diskusi di berbagai komunitas.

Meski begitu, budaya tradisional Tiongkok dalam film ini pun berhasil jadi nilai tambah sebab sebab penyajiannya yang berakulturasi dengan budaya modern secara proporsional. Walaupun terkesan memiliki topik cerita yang berat, dominasi tone film berwarna cerah sukses menjadikan film ini memiliki visualisasi yang ringan.

Bagaimana? Apakah kamu tertarik untuk menonton Turning Red? Film yang satu ini bisa kamu saksikan secara legal lewat aplikasi Disney+ Hotstar, ya! (ahn/ems)