Patahkan Statement Miring, Dakwah dan Prestasi Teriring

Patahkan Statement Miring, Dakwah dan Prestasi Teriring

SKETSA – Pada awal masa dakwah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam (SAW), kala itu mestilah sembunyi-sembunyi. Rasulullah SAW menyeru kerabat, tetangga beserta para sahabatnya untuk bersama memeluk agama Islam. Setelah 3 tahun dakwah secara sembunyi-sembunyi, turunlah wahyu Allah SWT (Al-Hijr: 94), agar Rasul memulai dakwahnya secara terang-terangan.

Kini lembaga-lembaga dakwah sudah mulai tersebar, tak hanya di lingkungan masyarakat melainkan di lingkungan kampus. Seperti salah satu lembaga dakwah Universitas Mulawarman yang lebih dikenal dengan Pusat Studi Islam Mahasiswa (Pusdima) Unmul.

Pusdima dibentuk berbekal dari keresahan beberapa mahasiswa terdahulu. Sepak terjang awal Pusdima dimulai dari kajian-kajian Islamiyah dan lingkaran-lingkaran kecil mahasiswa. Pada mulanya, Pusdima terbagi menjadi dua periode, periode pertama tahun 1980 sampai 1984. Periode pertama ini dikenal sebagai periode perjuangan dan perkenalan Pusdima. Pada masa itu, Pusdima masih belum disahkan.

Periode kedua, yakni tahun 1984. Di periode kedua inilah Pusdima mulai diakui keberadaannya dan juga telah disahkan universitas. Bahkan, Pusdima menjadi central atau pusat studi Islam di luar kampus Unmul, seperti kampus Widyagama dan PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia).

Namun, ketika itu Pusdima belum membentuk lembaga dakwah di tiap fakultas. Demi memudahkan jalan dakwah, maka dibentuklah lembaga dakwah kampus di setiap fakultasnya. Lembaga dakwah di masing-masing fakultas memiliki sebutan berbeda-beda. Ada dua sebutan, yang pertama Lembaga Dakwah Fakultas (LDF), kedua adalah Lembaga Dakwah Kampus (LDK). Keduanya sama, hanya beda sebutan. Kalau LDF memilih nama lembaga sendiri, seperti LDF Al-Mizan di Fakultas Hukum, atau LDF An-Nuur di FEB, serta banyak lainnya. Sedang LDK, cukup, menambahkan nama fakultas setelahnya.

 

Dakwah Kampus dan Patahkan Statement Miring

Ialah LDK Fisip (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik), yang terdengar tak asing lagi ditelinga mahasiswa Unmul. LDK Fisip ini diketuai oleh Rezhi Ade Indra, mahasiswa Ilmu Komunikasi, ia menceritakan awal terbentuknya tempat dakwah ini.

"“Karena kami ingin menyatukan umat. Walaupun di belakangnya ada nama Fisip, tapi LDK itu bisa digunakan kapan pun dan di mana pun kita berada. Jadi, LDK Fisip bukan hanya milik fakultas, tapi juga universitas,"” tukas mahasiswa angkatan 2014 itu.

Jika menilik dari sejarahnya, LDK Fisip telah didirikan sejak tahun 90-an. Bermuara dari bagian kerohanian BEM Fisip pada masa itu, yang awalnya bernama Musala Al-Ashr. Namun seiring berjalannya waktu, Musala Al-Ashr memutuskan diri untuk lepas, lantas resmi menjadi lembaga pada 2002, tepatnya 25 Mei atas inisiasi Ustaz Ichwanul To’at.

Tujuannya membentuk kader-kader tangguh, memiliki pola pikir dan hati Qur’ani serta menuju masyarakat kampus madani. Maka, melalui dakwah Islam diharapkan dapat menyebar secara efektif ke tengah-tengah dunia perkuliahan, sehingga tertanam pula pemikiran Islam di dalam dunia perkuliahan. Akhirnya, pada 2003 kepengurusan Ustaz Zannur Al Faisal, ditetapkanlah nama lembaga 'LDK Fisip'.

Sedangkan Al-Ashr pada 2005 menjadi nama musala, yang berdiri di atas berdampingan dengan kampus Fisip. Berbicara mengenai pergerakan lembaga dakwah ini, LDK Fisip merupakan salah satu dari sekian banyak lembaga yang dalam pembentukannya penuh dengan pengorbanan.

15 tahun berdiri, LDK Fisip telah menorehkan berbagai prestasi. Misalnya, pada 2016 silam dalam agenda nasional forum silaturahmi lembaga dakwah kampus Fisip di Universitas Padjadjaran, Bandung. Salah satu peserta terbaiknya berasal dari LDK Fisip, yakni Delita Mandasari. Selain itu, Ahmad Fauzi mahasiswa Sosiatri angkatan 2016, berhasil Juara Harapan 2 Kaligrafi MTQ 2017 se-kota Bontang. Serta, Najahatul Hananah dan Nur Hermiyati yang berhasil meraih Juara 3 lomba debat tingkat fakultas dalam Fisip Unity Festival 2017.

Rezhi, pun juga tercatat sebagai kader berprestasi. Pada April lalu pria kelahiran Tarakan itu, berhasil menapakkan kakinya ke Jepang, tepatnya di Tokyo dalam ajang Delegation For International Certification Indonesia-Japan Development Culture Exchange 2017.

Apapun asal jurusannya, diharapkan LDK Fisip dapat memicu kesadaran mahasiswa baik yang tergabung atau belum, untuk lebih berprestasi. Selain berpendar di bidang dakwah dan prestasi, LDK Fisip pun juga merambah ke bidang-bidang lain seperti pelatihan desain, pengasahan bakat-bakat, English Club, dan juga sekolah politik untuk kader-kadernya.

"Kami ingin mematahkan statement bahwa LDK itu hanya membahas agama dan agama saja. Ini loh LDK, bisa go international dan berprestasi di lomba-lomba lainnya," imbuh Rezhi.

Di sisi lain, fakultas yang akan melahirkan calon-calon pengacara dan jaksa, Fakultas Hukum memiliki lembaga dakwah bernama LDF Al-Mizan. Perkembangannya dakwahnya pun cukup pesat dari sebelumnya. Sebab, adanya peningkatan SDM dari tahun ke tahun. LDF Al-Mizan menjadi lembaga dakwah kampus yang mampu memberi virus-virus kebaikan, sehingga keberadaannya dapat diterima meski lingkungan di kampusnya dinilai keras.

Beralih ke kampus yang letaknya jauh dari Gunung Kelua, Fakultas Ilmu Budaya (FIB) dan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Banggeris yang juga memiliki lembaga dakwah kampus. Di FIB disebut dengan Keluarga Mahasiswa Muslim (KMM) Al-Farra. Awal terbentuknya KMM Al-Farra lahir dari inisatif mahasiswa angkatan 2010.

Sama seperti lembaga dakwah kampus lain, perjalanan awal KMM Al-Farra juga tak mulus. Pada awal terbentuk, KMM Al-Farra masih minim pengurus, terutama pada pria. Seiring berjalannya waktu, KMM AL-Farra semakin eksis di Kampus Balai Bahasa itu. Sedang, di Kampus Banggeris, lembaga dakwahnya bernama Lembaga Dakwah Kemahasiswaan (LDKM) Al-Hijrah. Berawal dari Forum Musyawarah Mahasiswa Muslim FKIP (FM3) terbentuklah tiga lembaga dakwah di FKIP. Lalu pada tahun 2001, LDKM Al-Hijrah resmi berdiri.

Merekrut anggota baru tidaklah mudah. Karena, banyak orang susah menerima dakwah, oleh karena itu masing-masing lembaga dakwah tentu memiliki cara tersendiri. Jika, LDKM Al-Hijrah menggaet anggota baru dengan menggencarkan publikasi di media sosial, buletin, mading dan taklim, KMM Al-Farra berdakwah lewat tulisan. Sebab, sebagian besar mahasiswa FIB suka membaca.

Sementara LDF Al-Mizan, memprioritaskan mahasiswa baru dengan kajian-kajian yang diadakan LDF AL-Mizan dan lewat Pendidikan Agama Islam (PAI) yang dikawal langsung oleh anggota-anggota LDF Al-Mizan.

Semakin ke sini, peran LDK/LDF di kampus disadari atau tidak oleh berbagai pihak, perannya penting demi mencerdaskan generasi muda yang berakhlak. Bahwa, Imam Syafii mengatakan, 'Sungguh pemuda itu distandarisasi dari kualitas ilmu dan ketakwaannya. Jika keduanya tidak melekat pada struktur kepribadiannya.Ia tidak layak disebut pemuda. Pemuda hari ini adalah pemimpin di masa depan.' (snh/fir/els/jdj)