Sumber Gambar: Sari/Sketsa
Unmul merupakan salah satu universitas terbesar yang terletak di Kota Samarinda dan universitas tertua di Kalimantan Timur. Unmul juga dikenal dengan kampus Tropical Studies. Sebagai universitas terbesar di Kalimantan Timur tentunya membutuhkan seorang pemimpin untuk kemajuan dan kejayaannya.
Pada tanggal 11 Agustus 2022 telah dilangsungkan pemilihan rektor baru yang diikuti oleh 3 kandidat calon rektor. Dari hasil pemilihan rektor tersebut terpilih Abdunnur sebagai rektor baru Unmul periode 2022-2026 menggantikan Masjaya.
Sebagai pemimpin baru tentunya banyak harapan yang didambakan oleh seluruh civitas academica. Oleh karena itu, berbicara masalah rektor tidak hanya persoalan jabatan semata, tetapi di balik itu semua ada tanggung jawab moral yang harus diperhatikan. Hal ini dapat dilihat dari sejumlah kasus dan masalah yang belum terselesaikan. Maka beberapa pekerjaan rumah (PR) untuk rektor baru Unmul sebagai berikut:
Pertama, pembangunan gedung mangkrak yang harus segera diselesaikan. Hal ini kita sadari bahwa terdapat beberapa gedung mangkrak yang tidak kunjung diperhatikan dan tidak dilanjutkan pembangunannya. Sehingga hal tersebut menimbulkan pembatasan terhadap hak mahasiswa untuk memperoleh fasilitas pendidikan yang memadai di kampus.
Sebagai contoh, terdapat tiga gedung mangkrak yang terdapat di Fakultas Hukum. Sementara ini hanya memiliki dua gedung yang dijadikan ruang kelas, tetapi juga harus dibagi dengan ruangan dosen, perpustakaan, dan aula.
Hal ini tidak hanya di Fakultas Hukum saja akan tetapi juga terdapat beberapa fakultas yang ada di Unmul. Hal ini menyebabkan kualitas mahasiswa untuk memperoleh kenyamanan dalam belajar.
Kedua, biaya kuliah yang meningkat. Sempat ditemukan adanya kenaikan UKT pada mahasiswa angkatan 2021 dibandingkan dengan angkatan 2020 dan terus ditetapkan pada mahasiswa baru angkatan tahun 2022. Hal yang lebih ironis, uang pembangunan di beberapa fakultas terbilang sangat mahal untuk mahasiswa jalur mandiri.
Tentu sangat disayangkan bahwa biaya pendidikan seharusnya terjangkau untuk seluruh masyarakat khususnya untuk menengah ke bawah. Namun, pada kenyataannya biaya kuliah yang mahal membuat beberapa mahasiswa yang kurang mampu kesulitan untuk membayar dan bahkan lebih parahnya ada yang tidak bisa membayar karena faktor ekonomi keluarga.
Hal ini kemudian yang harus diperhatikan oleh rektor baru agar ke depannya tersedia biaya pendidikan yang terjangkau khusus bagi masyarakat yang kurang mampu. Itu dimaksudkan agar masyarakat bisa mendapatkan akses pelayanan pendidikan di kampus tropical studies ini.
Ketiga, peningkatan sarana dan prasarana untuk mendukung kegiatan mahasiswa, tak kalah penting untuk diperhatikan agar kualitas dan kuantitas prasarana kampus terus ditingkatkan, guna mahasiswa dapat mengembangkan dirinya secara maksimal dengan dukungan tersebut.
Keempat, belakangan banyak terjadi kasus kekerasan seksual yang terjadi di lingkungan Unmul, sehingga perlu penanganan kekerasan seksual baik secara normatif maupun psikologis, agar tercipta ruang aman di lingkungan kampus. Tak sampai di situ, diperlukan ketegasan sanksi untuk setiap pelaku yang terbukti melakukan kekerasan seksual, tujuan ini untuk menghadirkan efek jera dan pelajaran untuk pelaku kekerasan seksual lainnya.
Dari uraian yang di atas, masih banyak yang harus di benahi oleh rektor baru Unmul periode tahun 2022-2026, termasuk perlunya pelibatan dan transparansi kebijakan kampus terhadap seluruh civitas academica Unmul.
Rektor baru, Abdunnur, juga memiliki tanggung jawab yang besar untuk memajukan sumber daya manusia dan membuka ruang seluas-luasnya untuk kebebasan ekspresi akademik. Hal ini juga perlu diperhatikan agar Unmul dapat hadir untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia demi kemajuan masyarakat, bangsa, dan negara agar mampu bersaing dalam era digitalisasi saat ini.
Sebagai penutup, besar harapan untuk rektor baru membawa Unmul semakin jaya dan maju untuk bersaing dalam skala nasional maupun internasional. Harapan lainnya adalah, tulisan ini dapat tersampaikan kepada rektor baru Unmul sebagai bahan aspirasi dari mahasiswa.
Tak luput dan menjadi catatan penting, mahasiswa bukanlah musuh birokrasi. Namun, mahasiswa tentu menyatakan “lawan” pada setiap tindakan dan kebijakan yang merugikan hak masyarakat maupun mahasiswa secara kolektif.
Opini oleh Dede Wahyudi mahasiswa Fakultas Hukum, Universitas Mulawarman.