Sumber Gambar: Website Pexels
Instagram merupakan aplikasi yang paling banyak digunakan oleh organisasi mahasiswa (Ormawa). Hampir semua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Himpunan Mahasiswa (Hima), beserta ormawa lainnya menunjukkan eksistensinya melalui media sosial tersebut.
Laman Instagram ormawa sendiri menjadi tempat untuk memberikan informasi bagi mahasiswa, khususnya BEM dan Hima. Di mana kedua ormawa tersebut diharapkan menjadi perpanjangan lidah dari pihak kampus, baik fakultas maupun program studi (Prodi) dalam penyebaran informasi.
Akun Instagram ormawa seharusnya juga menjadi wadah bagi mahasiswa dalam menyampaikan aspirasi kepada pihak kampus. Selain berperan dalam penyebaran informasi, kehadiran media sosial tersebut seharusnya juga menjadi media dalam membangun komunikasi dengan mahasiswa.
Namun, hal ini sangat berkebalikan dengan fakta yang ada. Kebanyakan akun Instagram ormawa sangat minim informasi, kebanyakan selebrasi, kosong isi, bahkan beberapa sempat seperti akun mati. Sebagian besar akun Instagram ormawa bahkan terlihat seperti kalender.
Padahal, akun Instagram ormawa memiliki potensi lebih dari itu. Lebih dari sekadar memberikan ucapan-ucapan hari besar dan ulang tahun anggota. Laman Instagram ormawa seharusnya bisa lebih informatif dan membantu mahasiswa, terutama di masa-masa penerimaan mahasiswa baru.
Berbagai macam konten yang dapat dibuat seperti cara membayar uang kuliah tunggal (UKT), cara yang benar saat menghubungi panitia Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB), tata cara menghubungi dosen, tips-tips saat pertama kali masuk kuliah, tata cara mengisi kartu rencana studi (KRS), jadwal akademik, tips akademik, informasi beasiswa, hingga informasi mengenai program-program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).
Selain itu, ormawa juga bisa memanfaatkan Instagram untuk mengawal isu-isu dan kebijakan-kebijakan yang dapat memengaruhi mahasiswa. Isu penambahan golongan UKT, penerapan iuran pengembangan institusi (IPI) secara merata di seluruh fakultas, hingga kebijakan PTN-BH.
Hal tersebut diperlukan untuk memberikan pemahaman kepada seluruh mahasiswa mengenai isu dan kebijakan di kampus agar mahasiswa dapat turut mengambil sikap. Bahkan jika ingin lebih informatif lagi, bisa memberikan konten-konten mengenai isu yang sedang ramai dibicarakan yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat.
Saran konten lain agar akun Instagram ormawa lebih aktif, variatif, dan informatif adalah membuat survei untuk mahasiswa dalam lingkup fakultas maupun prodi. Salah satu Contohnya, membuat survei mengenai bagaimana kinerja ormawa saat ini hingga memberikan masukan guna menciptakan komunikasi dua arah.
Tidak hanya itu, setiap ormawa juga bisa membuat konten-konten kreatif yang masih berhubungan dengan kehidupan kampus, apresiasi mahasiswa berprestasi, juga konten kreatif yang memuat keseruan dan hal-hal menarik selama acara atau kegiatan ormawa.
Hal tersebut dapat digunakan sebagai cara untuk menarik minat mahasiswa, melihat kondisi minat mahasiswa dalam berorganisasi yang cukup menurun saat ini.
Selain konten yang berisi dan informatif, admin akun Instagram juga seharusnya memiliki standar operasionalnya sendiri. Seperti bagaimana cara menjawab pesan mahasiswa yang bertanya, terlebih jika yang bertanya adalah mahasiswa baru.
Salah seorang mahasiswa menceritakan pengalamannya tidak dijawab dengan serius oleh admin Instagram salah satu ormawa di salah satu universitas, bahkan ada yang tidak menjawab sama sekali. Hal ini jelas menimbulkan pertanyaan mengenai fungsi sebenarnya dari akun Instagram ormawa. Bukankah seharusnya menjadi media informasi?
Melihat kondisi tersebut, transformasi bagi sebagian besar akun Instagram ormawa dari sekadar formalitas menjadi fungsionalitas sangat diperlukan. Mahasiswa memerlukan sajian yang informatif dari akun Instagram ormawa, bukan hanya unggahan hari besar.
Sudah seharusnya Instagram menjadi media bagi ormawa menunjukkan eksistensi yang sebenarnya, menjadi suatu lembaga yang dibutuhkan oleh mahasiswa. Akun Instagram ormawa memiliki potensi untuk menjadi lebih fungsionalitas.
Akun-akun tersebut bukan sekadar formalitas, ‘kan?
Opini ini ditulis oleh Widya Amanda, mahasiswi Program Studi Sastra Indonesia FIB Unmul 2022