Sumber Gambar: Pexels
Belajar seharusnya jadi proses untuk berkembang, bukan ajang untuk takut atau malu. Tapi kenyataannya, banyak dari kita yang masih takut salah ketika belajar. Bisa karena takut dimarahi guru, ditertawakan teman, atau dianggap tidak pintar.
Padahal dari kesalahan sebelumnya, kita bisa memahami sesuatu dengan lebih baik dan menemukan cara baru untuk mengatasi masalah yang sama di masa yang akan datang.
Contohnya ketika guru bertanya di kelas. Sebenarnya kita tahu jawabannya, tapi akhirnya diam saja karena takut salah. Banyak siswa mengalami hal itu, mereka lebih memilih diam supaya aman daripada bicara dan berisiko ditertawakan.
Akibatnya, suasana belajar jadi pasif dan kesempatan untuk berkembang hilang begitu saja. Padahal, jika ingin mencoba mengatakan apa yang kita pikirkan, sering kali guru justru bisa meluruskan pemahaman kita dengan lebih tepat.
Penulis juga pernah merasakannya. Saat pelajaran matematika di sekolah dulu, penulis sering kali tidak berani bertanya walau tidak paham, sebab takut dianggap “nggak nyambung” oleh teman-teman sekelas.
Namun ketika akhirnya penulis memberanikan diri untuk bertanya, ternyata banyak teman lain yang juga belum mengerti. Dari situ penulis menyadari, rasa takut salah itu bukan hanya penulis yang merasakan, tapi hampir setiap orang mempunyai perasaan itu.
Masalah ini sebenarnya bukan hanya soal keberanian siswa, tapi juga soal budaya belajar saat di sekolah. Kadang guru terlalu cepat menilai jawaban salah sebagai kegagalan, bukan sebagian dari proses belajar.
Padahal tugas guru seharusnya mendorong murid untuk berani mencoba, bukan untuk menambah rasa takut mereka ketika salah. Di sisi lain, teman-teman sebaya juga perlu belajar untuk tidak menertawakan kesalahan orang lain, karena setiap orang mempunyai cara dan kecepatan belajar yang berbeda-beda.
Selain faktor lingkungan, rasa takut salah juga bisa muncul dari diri kita sendiri. Kadang kita terlalu menuntut diri untuk selalu benar, atau khawatir dinilai buruk.
Kita membandingkan diri dengan teman yang terlihat cepat paham. Padahal, setiap orang punya jalannya masing-masing. Belajar bukanlah kompetisi, tapi perjalanan pribadi untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Kalau kita ingin belajar tanpa takut salah, kita harus mengubah pandangan kita. Salah itu wajar, bahkan penting.
Orang-orang sukses seperti ilmuwan, penemu, atau tokoh besar, semuanya berkali-kali pernah salah sebelum akhirnya berhasil. Thomas Alva Edison misalnya, gagal ribuan kali sebelum menemukan bola lampu.
Tapi ia mengatakan, setiap kegagalan itu membuatnya semakin dekat dengan keberhasilan. Dari situ kita bisa belajar bahwa kesalahan itu bukan akhir, melainkan langkah menuju pemahaman yang lebih baik.
Belajar tanpa takut salah akan menciptakan suasana kelas yang lebih aktif dan menyenangkan. Kita jadi lebih berani mencoba, lebih terbuka menerima pendapat, dan akhirnya lebih cepat berkembang.
Apalagi di dunia saat ini, kemampuan mencoba dan beradaptasi jauh lebih penting daripada sekadar sempurna di percobaan pertama.
Jadi mulai sekarang, jangan takut salah. Karena kalau kita tidak pernah melakukan kesalahan, artinya kita juga tidak sedang belajar apa-apa
Opini ini ditulis oleh Muhammad Faisal S, mahasiswa Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan FKIP Unmul 2025