Sumber Gambar: Instagram @serikatpekerjakampus
Menjadi tenaga pengajar di masa sekarang, tidak menjamin seseorang terbebas dari tanggung jawab di luar pekerjaan utama. Seorang dosen misalnya, ternyata tetap dibebankan mengurus administrasi kampus yang tidak berbau pendidikan.
Tulisan ini dirangkai setelah penulis berdiskusi dengan seorang dosen Sastra Indonesia Dahri Dahlan sebagai perwakilan dari kaum dosen, penulis mengambil inti sari keresahan menjadi pengajar.
Bertanggung jawab atas ilmu yang diperoleh mahasiswa, seorang dosen memerlukan fokus lebih dalam pekerjaannya. Akan tetapi, kenyataan di lapangan, dosen terlibat kegiatan administrasi kampus yang seharusnya tidak dibebankan kepada pendidik.
Pencarian solusi terhadap helm yang hilang, misalnya. Dosen dilibatkan untuk rapat dan mencari jalan keluar agar tidak ada mahasiswa yang kehilangan barang di parkiran. Belum lagi beban memikirkan kenyamanan kampus agar mahasiswa betah berlama-lama.
Hal-hal semacam ini, rasanya perlu tim khusus yang bukan berasal dari dosen. Akankah dosen mumpuni menangani masalah ini? Katakanlah bagi dosen sastra, ilmu mengenai kesusastraan tidak dapat menangani masalah maling helm.
Maka penanganan masalah di luar dari pendidikan, memerlukan sumber daya yang lebih kredibel untuk mencari solusi, kemudian barulah dosen dilibatkan untuk diminta pandangannya, sehingga beban mengenai masalah keamanan semacam ini tidak serta merta berada di pundak dosen.
Belum lagi kewajiban melakukan penelitian dan menerbitkan jurnal serta pengabdian kepada masyarakat. Hal-hal semacam ini seharusnya dikedepankan karena lebih relevan dengan lingkup kajian seorang penatar.
Beban kerja dosen era kontemporer juga akan bertambah ketika kurikulum dari pemerintah selalu berganti tiap semester. Meskipun, tidak semua dosen keberatan, akan tetapi perlu adanya niat untuk berbenah dalam hal ini.
Seorang dosen bukan budak zaman jahiliyah yang dapat diperas tenaganya secara tega. Mengenai upah, penulis rasa pemerintah juga perlu menata kembali anggaran dan pembagian. Kendati begitu, Dahri merasa yang perlu dilakukan adalah mengurangi beban kerja daripada kenaikan gaji.
Terlepas daripada itu, pemerintah perlu memerhatikan kesejahteraan dosen sebagai tenaga pendidik agar dapat mewariskan ilmu yang segar kepada mahasiswa, sebab yang terdampak dari beban kerja tidak ngotak adalah mahasiswa itu sendiri.
Opini ditulis oleh Ai Nasyrah Nurdea, mahasiswi Program Studi Sastra Indonesia, FIB 2022