Sumber Gambar: Pinterest
SKETSA – Hari Ibu diperingati sebagai bentuk penghargaan terhadap peran dan pengorbanan ibu. Setiap tanggal 22 Desember, momen ini menjadi pengingat akan seluruh kasih sayang yang selama ini diberikan ibu untuk anak-anaknya.
Hari Ibu menjadi waktu yang tepat untuk merasakan kebersamaan bersama ibu. Namun, bagi anak rantau, kebersamaan tersebut tidak dapat dirasakan secara langsung karena terhalang jarak.
Hal ini turut dialami salah satu mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi FKIP 2021, Nuriyani yang merayakan Hari Ibu di perantauan. Karena keterbatasan jarak, Nuriyani merayakan Hari Ibu dengan panggilan video.
“Saya juga berencana memberikan hadiah melalui pengiriman paket, agar mama merasa tetap diperhatikan meskipun saya tidak ada di rumah,” ujarnya kepada Sketsa melalui pesan WhatsApp, Jumat (19/12) lalu.
Meski begitu, perasaan sedih dan rindu tetap hadir karena tidak dapat merayakan secara langsung. Hal itu lantas dijadikan motivasi untuk fokus menjalankan tanggung jawabnya di perantauan.
Di sisi lain, mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia FIB 2024, Lucky Arya Kusuma memiliki pandangan yang berbeda tentang Hari Ibu di perantauan.
Baginya, merantau tidak mengubah pandangan tentang peran ibu. Ia beranggapan perhatian ibu selalu hadir, baik di rumah maupun jauh dari rumah.
Lucky berpendapat kasih sayang seorang ibu selalu ada tanpa alasan. Selama ada waktu, ibu selalu memastikan kondisinya melalui panggilan (telepon).
Jarak tidak mengurangi perhatian yang diberikan ibu untuk anak-anaknya. Oleh karena itu, Lucky tetap menunjukkan rasa sayangnya kepada ibu.
“Saya mungkin belum bisa membalas perjuangan ibu untuk anak-anaknya, tetapi ibu selalu menjadi cinta pertama dalam hidup saya,” terang Lucky kepada Sketsa, Jumat (19/12). (kia/aya/mou)