Merangkul Malam Minggu bersama Diskusi Pers Mahasiswa

Merangkul Malam Minggu bersama Diskusi Pers Mahasiswa

Sumber: istimewa

SKETSA - Idealisme pers mahasiswa seringkali menjadi tumpang tindih antara kepercayaan dan realita yang terjadi di lapangan. Sabtu (20/7) peserta Kenal Sastrawi III menyambangi Kedai Kopi J di Jalan Delima, Tampan. Kedai tersebut unik, karena berada di dalam perumahan dan berada di samping sebuah rumah. Terdapat meja dan kursi kayu yang nyaman untuk menikmati diskusi pada malam itu.

Kali ini peserta berangkat menggunakan transportasi online, sebab bus yang digunakan sedang diistirahatkan. Sambil memesan minuman dan penganan yang disediakan, diskusi dibuka oleh Ketua Umum Bahana Mahasiswa Rizky Ramadhan.

Istimewanya, peserta berkesempatan untuk berdiskusi bersama narasumber terpilih. Sebut saja Fahri Salam dari Tirto.id, Suryadi dari alumni Bahana, Basilius Triharyanto seorang wartawan lepas, Made Ali dari Jaringan Kerja Penyelamat Hutan Riau, dan Hasan Basri dari Dewan Pertimbangan AJI Indonesia. Tidak lupa beberapa delegasi dari lembaga pers lain seperti Aklamasi dari Universitas Islam Riau dan LPM Gagasan UIN Suska Riau.

Topik yang diangkat berkisar tentang kasus pemberedelan pers mahasiswa dan idealisme yang melekat pada mereka. Diskusi dipantik dengan kasus Suara USU yang mengalami pembredelan oleh rektorat dengan dipecatnya 18 pengurus Suara USU yang mempertahankan sebuah cerpen yang mengandung LGBT, dimana cerpen tersebut dianggap provokatif.

Menanggapi isu ini, Arief Budiman dari Aklamasi menceritakan bagaimana perjuangan mereka menghadapi pembatasan yang dilakukan oleh birokrat dan sesama unit kegiatan mahasiswa lainnya. Menyambung pernyataan Arief, Rega Alsusar yang juga dari Aklamasi, mengaku pernah disandera salah satu UKM yang ingin melakukan hak jawab kepada Aklamasi. Hal ini memang bencana bagi mereka pada hari itu, namun mereka tidak gentar dalam menghadapi hal ini.

Diskusi berlanjut mengenai pers mahasiswa dan idealismenya saat ini. Dibuka oleh Fahri Salam, ia memaparkan bagaimana terbelenggunya pers mahasiswa sekarang dan peraturan yang menuntut mereka untuk terdaftar dengan daftar syarat yang rumit. Menurutnya, pers mahasiswa butuh perlindungan hukum yang baik untuk menghindari pembredelan yang merugikan mereka.

"Persma harus bersatu untuk mengusahakan lembaga pers mereka supaya menjadi lembaga kampus yang diakui, masuk dalam perlindungan pers, dan mendapatkan legitimasi," ujarnya.

Kemudian diskusi berlanjut hingga selesai pada pukul 23:34 waktu setempat. Para peserta, narasumber dan delegasi berfoto bersama dan kembali ke kediaman masing-masing.

Ditulis oleh Christnina Maharani, Delegasi LPM Sketsa Unmul.