Sumber Gambar: Widya/Sketsa
SKETSA - Suku Dayak Ga'ai memiliki berbagai tradisi yang masih dilestarikan hingga saat ini. Salah satunya adalah nyanyian rakyat yang disebut Jieq. Terakhir kali, Jieq dilantunkan saat Festival Adat Bekudung Betiung di Kampung Tumbit Dayak, Kecamatan Sambaliung, Kabupaten Berau pada Juni silam.
Jieq merupakan bentuk tradisi lisan masyarakat Dayak Ga'ai yang dinyanyikan beriringan dengan tarian. Tarian dilakukan dengan cara berkeliling sambil menghentakkan kaki mengikuti tempo nyanyian yang dilantunkan. Tarian tersebut disebut juga dengan Tarian Jieq.
"Nyanyian itu namanya Jieq, dinyanyikan sambil hentak kaki berkeliling," ujar Saprudin Ithur, salah seorang penulis tradisi lisan di Kabupaten Berau, saat disambangi ke kediamannya pada Sabtu (29/6) lalu.
Nyanyian dan tarian Jieq ini biasanya dilakukan di dalam Rumah Adat Suntah, rumah adat suku Dayak Ga'ai. Nyanyian dipimpin oleh satu orang yang merupakan sesepuh suku Dayak Ga’ai. Di belakangnya, masyarakat berbaris untuk mengikuti lantunan sambil menghentakkan kaki berkeliling membentuk sebuah lingkaran.
Menurut cerita orang tua pada zaman dahulu, masyarakat yang berkeliling menghentakkan kaki sambil melantunkan Jieq biasanya bergantian maju ke tengah lingkaran untuk menari.
"Ceritanya yang maju ke tengah biasanya tetua adat," jelas Saprudin.
Namun sekarang, seluruh masyarakat dapat berbaur dalam tarian tersebut. Menghentakkan kaki mengikuti lantunan nyanyian Jieq dan bergantian masuk ke tengah lingkaran.
Masyarakat menyebut, syair yang dilantunkan dalam Jieq merupakan syair kuno. Biasanya, hanya para tetua adat yang memahami syair tersebut.
“Itu pakai syair kuno, zaman sekarang memang jarang ada yang paham artinya,” tutur Saprudin.
Masyarakat lokal Tumbit Dayak suku Dayak Ga’ai juga menyebut, syair yang digunakan menggunakan bahasa Dayak Ga’ai halus.
"Itu syair pakai bahasa Ga'ai halus," ujar Herman, salah seorang masyarakat lokal Dayak Ga'ai saat diwawancarai di sela-sela Festival Adat Bekudung Betiung tersebut pada Rabu (26/6) lalu.
Herman mengungkap, nyanyian Jieq memang sering dilantunkan saat mengadakan acara adat hingga saat panen.
"Karena saat panen juga kami ada acara adatnya," lanjutnya.
Bagi Herman, nyanyian Jieq ini dilantunkan untuk mengingat tradisi dan mengingat cerita-cerita dari orang tua pada zaman dahulu. Mengingat nyanyian ini juga diturunkan secara lisan dari pendahulu masyarakat Dayak Ga'ai.
Herman mengaku, tradisi Jieq ini masih coba diwariskan ke anak muda suku Dayak Ga'ai. (ner/ali)