Foto: Nindi/Sketsa
SKETSA - Senyum sumringah menyertai wajah wisudawan dan wisudawati yang memadati GOR 27 September pada perhelatan Wisuda Gelombang IV. Dalam agenda yang digelar pada Sabtu (17/12) lalu, tercatat sebanyak 1.543 mahasiswa telah dinyatakan menjadi alumni Unmul.
Ini merupakan kali pertama Abdunnur memberikan sambutannya sebagai Rektor baru Unmul kepada peserta wisuda dan keluarga yang mendampingi. Layaknya Wisuda Gelombang III, peserta wisuda kali ini juga didominasi oleh perempuan dengan persentase sebanyak 63 persen dan laki-laki sebanyak 37 persen.
Awak Sketsa pun tak ketinggalan untuk mewawancarai wisudawan yang hadir. Kepada Sketsa, Nor Cholis Majid, wisudawan dari FT 2016 ini membagikan kisahnya untuk meraih gelar sarjana. Dirinya terpaksa harus melewatkan wisuda gelombang kedua dan ketiga sebab terkendala dengan Penomoran Ijazah Nasional (PIN) yang terlambat dikeluarkan oleh fakultasnya.
“Bahkan teman-teman saya itu satu tahun baru bisa wisuda. Dari dia PDD (pendadaran) baru dia bisa wisuda. Kebetulan saya kemarin enggak terlalu lama sih, beberapa bulan aja, walaupun terlewat dua gelombang,” kisah wisudawan yang berasal dari Berau ini.
Lebih lanjut, Cholis turut mengungkap rencana yang telah ia canangkan setelah menyelesaikan studi S1-nya. Bahkan, dirinya mengaku sudah bekerja di Balai Buruh Penggerak Provinsi Kalimantan Timur seusai menyelesaikan sidang pendadaran.
Sementara itu, Dwi Aura, wisudawati asal FISIP turut membagikan rencana yang ia angankan. Dengan keramahannya, Dwi mengungkap bahwa dirinya ingin melanjutkan studi S2 demi mengejar profesi impiannya sebagai Psikolog.
Dirinya tak mengeluhkan kendala apa pun selama rangkaian kegiatan berlangsung. Baginya, agenda wisuda kali ini sudah sesuai dengan ekspektasinya.
“Acaranya teratur dan juga enggak terlalu pengap. Sudah lumayan banyak AC-nya,” ungkap Dwi.
Tak hanya wisudawan saja, awak Sketsa turut menemui para kerabat wisudawan yang menghadiri rangkaian acara tersebut. Tentunya mereka tak ingin ketinggalan untuk menyaksikan salah satu momen sakral itu.
Kepada Sketsa, Mei Eni Rahayu, ibu dari wisudawan yang berasal dari Balikpapan ini mengaku tak mengalami kendala apa pun ketika bertolak ke Samarinda. Wanita yang berusia 54 tahun itu tak sendiri. Ia turut serta memboyong ketiga anaknya menyaksikan prosesi wisuda putranya, Rio yang berasal dari Prodi Pariwisata.
Mei turut membagikan kisah anak keduanya itu selama menggarap skripsi. Meskipun waktu Rio untuk merampungkan tugas akhirnya terbilang cukup lama, Mei sebagai seorang ibu tentunya tak henti memberikan dukungan serta memantau putranya agar bisa segera menuntaskan studinya.
“Karena anak-anak kalau saya perhatikan itu nyantai (mengerjakan skripsinya). Enggak cepat ini cepat itu. Kita enggak tahu anaknya di kosan lagi ngapain, ngurus skripsi apa enggak. Kan kemarin pandemi juga (bimbingannya) lewat e-mail kan. Sudah saya bilangin, jangan kirim lewat e-mail. Ketemu dosen itu lebih baik walaupun diomeli untuk revisi,” tutur Mei.
Ketika disinggung soal rencana Rio ke depan setelah menyelesaikan studinya, Mei mengaku mendukung apapun keputusan yang akan diambil oleh putranya itu. Terlebih jika ingin melanjutkan studi S2 meskipun Rio sendiri belum merencanakan hal itu.
“Iya, monggo, enggak apa-apa belum ada kerja kalau mau lanjut S2. Itu istilahnya gini, semua rejeki itu sudah ada yang ngatur. Ibaratnya kalau seandainya enggak punya apa-apa, kita usaha, pasti ada jalannya. Biar anak-anak semangat juga. Kasihan, anaknya sudah punya kemauan tapi enggak dituruti.”
Beralih ke Mala, orang tua wisudawan yang juga berasal dari Balikpapan. Layaknya Mei, Mala mengaku bahwa tak ada kendala yang ia alami selama menempuh perjalanan menuju Samarinda. Wanita berusia 47 tahun ini merupakan ibu dari Novia Nur Pratama, wisudawati prodi Teknik Sipil.
Dengan sumringah, ia mengungkap bahwa putrinya itu telah bekerja di perusahaan swasta yang sesuai dengan jurusan yang diambil semasa kuliah. Ketika disinggung mengenai rencana untuk melanjutkan studi S2, Mala lebih menyarankan Novia untuk fokus pada pekerjaannya saja, mengingat masih ada adiknya yang akan masuk kuliah di tahun depan.
Perjalanan putrinya untuk menempuh pendidikan di Unmul tak selamanya berjalan mulus. Ungkapnya, Novia kerap mengeluh lantaran padatnya tugas yang menghampiri. Bahkan, putrinya itu pernah terpikirkan untuk berhenti melanjutkan studinya.
“Saya bilang, dicoba dulu karena ini pilihan kamu sendiri, tapi terserah juga karena kamu yang mau jalanin. Kalau mau lanjut, lanjut. Alhamdulillah lanjut sampai sekarang.”
Tak hanya orang tua saja yang hadir pada Wisuda Gelombang III kala itu. Di tengah padatnya wisudawan dan orang tua yang mendampingi, Ahmad Puja Arya Wijaya turut menghadiri prosesi wisuda sang kakak, Muhammad Khafiz Dalmansyah Putra, wisudawan asal FH. Kedua orang tuanya tidak bisa masuk ke dalam ruangan karena terlambat.
Uniknya, Khafiz bahkan baru memberitahu keluarganya jika ia akan diwisuda semalam sebelum acara dihelat. Tak ayal Puja bersama orang tuanya yang tinggal di Tenggarong segera bertolak ke Samarinda untuk menyaksikan prosesi wisuda Khafiz.
“Naik mobil bareng keluarga semua. Baru hari ini berangkatnya, dadakan banget. Karena sebelumnya enggak ada dikasih tahu mau wisuda hari ini. Tiba-tiba dadakan, kagetlah karena dia ngontrak di Samarinda, enggak ada ngomong pada saat skripsian. Tiba-tiba ngomong, ‘aku wisuda hari ini’. Jadi kejutan gitu. Baru tadi malam dia kasih tahu,” kisah Puja.
Berbeda dengan Mei dan Mala, Puja mengaku dirinya sempat alami kendala dalam perjalanan menuju Samarinda. Kendala tersebut akhirnya menyebabkan ia bersama keluarganya terlambat untuk sampai ke tempat acara.
“Kendalanya sih macet, karena di Samarinda terkenal macetnya. Apalagi di Ring Road, Antasari, banjir juga gitu. Dari Tenggarong Seberang tadi ditakutkan sih banjir, karena gerimis agak deras juga di sana, jadi pelan aja sih tadi jalannya. Jadi potong jalur, ya sudah ambil jalur alternatif lewat Ring Road, saking mau cepatnya kesini.”
Menyoal rencana sang kakak usai menyelesaikan studi S1, Puja menuturkan bahwa ia dan keluarga menyerahkan keputusan tersebut sepenuhnya kepada Khafiz.
“Kakak enggak kerja, dia mau fokus ke pendidikannya saja, tapi kalau dia mau lanjut kerja juga enggak apa-apa. Lebih bagus seperti itu, sih, kerja sambil kuliah, cuman kan dia lebih terforsir di waktu ya. Susahnya di waktu aja. Kalau dia bisa memanajemen waktu dengan baik, ya silakan. Kita dari pihak keluarga tetap memberi dukungan aja,” pungkasnya. (tha/amg/dre/ems)