SKETSA - Pada Sabtu (9/12), Unmul kembali menggugurkan kewajibannya sebagai institusi pendidikan, meluluskan mahasiswa. Suasana pagi yang cerah menyambut mereka yang rapi dibalut pakaian khas wisuda dengan toga di kepala. Keluarga, kerabat, dan sahabat turut merayakan momen kelulusan dengan berduyun-duyun menuju GOR 27 September dengan air muka gembira.
Mendekati pukul 9 pagi, GOR 27 makin sesak. Ada 1.184 mahasiswa duduk menanti untuk prosesi pemindahan tali toga, dan ada ribuan orang tua duduk menanti prosesi yang akhirnya tiba hari itu.
Kendati demikian, rupanya keluhan tetap dirasakan. Orasi ilmiah yang terlalu lama dan tidak dipahami hadirin, hingga gedung yang panas, membuat suasana wisuda tidak kondusif.
Seperti halnya yang dirasakan Erison Sinaga, orang tua dari Martua Tri Januar Sinaga prodi Statistika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA).
Erison datang jauh-jauh dari Tanah Grogot ke Samarinda khusus untuk menghadiri wisuda anak pertamanya itu. Sayangnya, ia merasa acara tahunan tersebut banyak kurangnya. Mulai dari susunan acara hingga fasilitas penunjang.
"Terlalu lama, kita kan bosan. Kita orang tua enggak ngerti orasi tadi. Maunya orasinya dibuat yang umum-umum aja lah, dipersingkat yang penting intinya masuk. Akhirnya makan waktu kami juga padahal kami sudah lapar. Fasilitas kurang memadai juga, kan kami gerah,” keluhnya.
Erison berpesan agar ke depan, acara wisuda dievaluasi, terutama dalam penyampaian orasi yang dinilainya terlalu lama. Mengingat hal yang terpenting adalah informasi yang disampaikan dapat diterima dengan baik.
Rupanya keluhan tak hanya datang dari orang tua mahasiswa yang mengaku tak paham isi orasi ilmiah. Senada dengan Erison, Ufi Septi, mahasiswi asal Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) pun meresahkan hal yang sama.
"Acaranya bagus aja, cuma orasinya tadi terlalu lama. Di dalam kan panas. Saran, lebih diperbanyak lagi sarana dan prasarananya. Sambutan juga kalau bisa jangan terlalu lama, banyak yang enggak betah kalau panas,” kata lulusan prodi Pendidikan Matematika ini.
Ditemui usai acara, Rektor Masjaya mengatakan Orasi Ilmiah yang diadakan tiap wisuda merupakan bentuk motivasi dan membangun relasi Unmul dengan universitas lain demi sinergisitas dunia pendidikan tinggi.
“Ini menjadi motivasi kepada Unmul untuk berkembang dan juga sebagai bentuk membangun akses kerja sama kita,” ucapnya.
Menanggapi keluhan soal minimnya fasilitas, Masjaya mengatakan apa yang dimiliki Unmul saat ini harusnya disyukuri. Ia menyayangkan masih adanya keluhan padahal menurutnya pemenuhan fasilitas sudah diupayakan dan untuk meningkatkan dibutuhkan dana yang tidak sedikit.
"Di mana kekurangannya? Nanti uang kuliah dinaikkan mahasiswa marah sama saya. Kalau untuk kegerahan ya mau gimana, ini kita juga sudah sewa semua," sesal Masjaya.
Dibanding Universitas Padjajaran (Unpad), Unmul, kata Masjaya jauh lebih beruntung. Pasalnya, dalam perbincangannya dengan Rektor Unpad Tri Hanggono Achmad, Unpad bahkan tidak memiliki GOR. Alhasil, pelaksanaan wisuda hanya dilangsungkan di sebuah gedung yang berkapasitas maksimal 500 orang sehingga acara terpaksa berlangsung selama 2 sampai 4 hari.
Wisuda Gelombang IV ini memang menghadirkan Rektor Unpad Bandung Tri Hanggono Achmad. Ia memapar orasi bertema "Strategi Menggali Keunggulan Lokal dalam Meningkatkan Daya Saing Bangsa untuk Pembangunan Berkelanjutan melalui Pendidikan Transformatif".
Tak cukup sampai di situ, ia turut menyampaikan bagaimana peranan semua pihak demi terciptanya sebuah pembangunan dan kemajuan perguruan tinggi.
"Untuk mewujudkan gagasan pendidikan perguruan tinggi yang transformatif, strategi yang dapat ditempuh antara lain meningkatkan kemitraan antara pelaku akademik, bisnis, masyarakat, pemerintah dan media yang saling berbagi penggunaan,” paparnya.
Seremoni wisuda dimulai dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Hymne Unmul, dilanjutkan pembacaan daftar nama lulusan terbaik tingkat universitas oleh Wakil Dekan I Mustofa Agung Sardjono.
Ada beberapa nama, di antaranya Nurhasanah dari program Diploma Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Vera Rahmawati dari program Sarjana Fakultas Pertanian (Faperta), dan Endah Wulandari program Pascasarjana Magister Manajemen Pendidikan.
Sementara itu, pembacaan janji lulusan dipandu oleh Vera Rahmayanti dari Faperta dan sambutan wisudawan disampaikan oleh Celine Oktavia Putri dari Fakulas Teknik.
FKIP menjadi fakultas dengan jumlah wisudawan terbanyak di gelombang IV ini, yakni sebanyak 293 jenjang studi S1. Sedangkan, Fakultas Ilmu Budaya (FIB) menjadi fakultas dengan jumlah paling sedikit, yakni 4 dari jenjang studi S1.
Meski banyak kekurangan, Masjaya tetap berharap kepada wisudawan yang lulus dari universitas terakreditasi A mampu berkontribusi akif lagi positif di lingkungannya masing-masing.
"Pencapaian akreditasi ini jangan hanya berhenti di institusi. Dengan kesadarannya juga harus mampu berkontribusi dengan mendalami ilmu yang telah dipelajari dan menerapkannya,” tandasnya. (wil/ann/adl/aml)