Sumber Gambar: AI Image Generator
SKETSA — Beberapa waktu lalu, berembus kabar bahwa Prodi Ilmu Komunikasi (Ilkom) akan meniadakan ujian seminar Kuliah Kerja Lapangan (KKL). Sebelumnya, mahasiswa diwajibkan untuk melakukan ujian seminar ketika telah menuntaskan kegiatan di tempat yang mereka tuju. Namun, berdasarkan peraturan yang baru ditetapkan, kewajiban ujian seminar tersebut akan dihapus.
Hal tersebut sontak menimbulkan berbagai tanggapan dari mahasiswa. Merespons kabar hangat itu, awak Sketsa mencoba menghubungi Silviana Purwanti selaku Koordinator Prodi Ilkom Unmul. Ditemui secara langsung pada Selasa (11/6) lalu, Silviana membenarkan kabar terkait penghapusan ujian seminar KKL di prodi yang ia nakhodai itu.
“Jadi, ujian seminar itu tetap diadakan bagi yang mendaftar sebelum bulan Februari. Jadi, yang mendaftar pada saat Februari dan baru melaksanakan magangnya mulai Februari dan seterusnya sampai sekarang itu yang tidak ada ujiannya,” jelas Silviana.
Dirinya turut membeberkan alasan di balik penghapusan program tersebut. Terdapat beberapa poin penting yang ia garis bawahi. Setelah melakukan evaluasi beberapa tahun terakhir, ia dan pihaknya mendapati bahwa ujian seminar KKL dinilai tidak efektif.
Setelah melakukan observasi ke prodi lainnya yang menerapkan program serupa, Silviana mendapati bahwa beberapa prodi rupanya tidak mengadakan seminar, melainkan hanya mewajibkan mahasiswa membuat laporan apabila sudah menuntaskan tugasnya selama KKL.
Selain itu, keterbatasan waktu dan jumlah dosen turut menjadi alasan yang membuat Silviana memutuskan untuk meniadakan ujian seminar KKL.
“Keterbatasan dosen untuk membagi waktu antara mengajar, menguji skripsi yang harus lebih utama, dan KKL. Jadi, waktunya sangat habis di situ. Belum lagi kalau bimbingan yang antriannya luar biasa karena diakibatkan KKL ini. ‘Kan banyak sekali, ya. Itu juga salah duanya yang membuat saya membuat keputusan untuk tidak melangsungkan ujian KKL.”
Sebagai upaya efisiensi waktu, Silviana hanya mewajibkan mahasiswa untuk membuat laporan yang nantinya akan dinilai langsung oleh dosen pembimbing. Sebelum dinilai, mahasiswa akan mengonsultasikan terkait hasil kerja dan kendala selama KKL berlangsung. Pelaksanaan KKL ditujukan bagi mahasiswa yang sudah menuntaskan mata kuliah wajib agar mereka dapat berkonsentrasi dengan penuh tanpa adanya distraksi tugas perkuliahan.
Awak Sketsa pun sempat menyinggung soal konversi program MSIB ke program KKL. Hal tersebut tentunya menjadi pertanyaan bagi mahasiswa yang berminat untuk mengikuti program MSIB. Menanggapi pertanyaan tersebut, Silviana mengungkap bahwa program tersebut dapat dikonversi, namun, aturannya masih dapat berubah.
Meskipun demikian, ia berharap agar mahasiswa yang berminat mengikuti program magang dapat memulainya pada semester 5 atau 6 agar mendapatkan pengalaman bekerja selain berkuliah di kelas.
Silviana berharap dengan adanya penghapusan ujian seminar KKL dapat memudahkan mahasiswa dan dosen.
“Selesaikan laporan, tidak perlu bertele-tele, udah gitu aja. Dosen juga bisa lebih fleksibel untuk mengatur waktu ujian dan bimbingan juga mengajar dan pengabdian, kami ‘kan harus tridharma,” tutupnya.
Kabar mengenai penghapusan ujian seminar KKL tentunya sudah sampai di telinga mahasiswa. Menanggapi hal tersebut, Salma Nur Shadrina selaku mahasiswa Prodi Ilkom angkatan 2021 menilai bahwa adanya ujian seminar tersebut bisa menjadi wadah mahasiswa untuk bersiap dan berlatih sebelum memulai ujian atau seminar skripsi nantinya.
Namun, di satu sisi, pengadaan ujian seminar KKL ia rasa cukup membebani dosen dengan padatnya jadwal mereka.
“Jadi, kalau harus ditambah dengan bimbingan-bimbingan hanya untuk KKL rasanya juga kurang efektif. Ditambah lagi pasti dosen juga membimbing dan mengutamakan mahasiswanya yang sedang skripsi, jadi, jujur bingung setuju apa tidak karena ada dua sudut pandang yang bisa dilihat,” ujar Salma ketika diwawancarai Sketsa pada Rabu (12/6) lalu.
Sebagai salah satu mahasiswa Prodi Ilkom yang sudah pernah menjalani ujian seminar KKL, Salma merasa bahwa adanya ujian tersebut cukup efektif, karena dapat menjadi wadah bagi mahasiswa untuk menyajikan suatu masalah yang kemudian dapat dikaitkan dengan suatu teori.
Salma turut menyayangkan keputusan pihak prodi dalam peniadaan ujian seminar KKL. Harapnya, program KKL akan tetap diwajibkan agar mahasiswa mendapat pengalaman bekerja selain mendapatkan teori di ruang kelas ketika berkuliah. (dre/wsd/lap/mar)