Tiga Program MBKM Kembali Dibuka, Simak Persyaratan dan Perbedaannya

Tiga Program MBKM Kembali Dibuka, Simak Persyaratan dan Perbedaannya

Sumber Gambar: Instagram @pmm.unmul

SKETSA — Dalam rangka implementasi Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), tiga program kembali dibuka pada penghujung 2023. Di antaranya ialah Kampus Mengajar, Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB), serta Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM). 

Kampus Mengajar merupakan program yang memberikan kesempatan mahasiswa untuk belajar di luar kampus dengan menjadi mitra guru untuk berinovasi dalam pembelajaran, pengembangan strategi, dan model pembelajaran yang kreatif, inovatif, dan menyenangkan.

Program Kampus Mengajar dibuka untuk seluruh mahasiswa aktif di Indonesia di perguruan tinggi yang berada di bawah naungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbudristek). Persyaratannya adalah memiliki IPK minimal 3,00 serta belum pernah menjadi peserta sebelumnya. Program ini dibuka untuk mahasiswa semester 4 ke atas. 

MSIB merupakan program yang terbagi menjadi dua, yakni program magang dan program studi independen. Program magang melibatkan langsung mahasiswa dalam aktivitas internal institusi tempat magang, sementara studi independen merupakan program di mana mahasiswa bisa mempelajari kompetensi yang spesifik, praktis, dan dibutuhkan di masa depan dengan diskusi langsung bersama para pakar untuk memahami penerapannya dan mempraktekkannya dalam sebuah proyek riil. 

Pendaftaran MSIB sudah dibuka sejak 1 November hingga 15 Desember 2023. Proses seleksi akan dilangsungkan pada Januari 2024, disusul pelaksanaan program pada Februari hingga Juni 2024. 

Sementara, PMM merupakan program yang memberikan kesempatan mahasiswa untuk belajar di kampus lain di Indonesia. Program PMM sendiri sudah memasuki batch 4, pendaftarannya sudah dibuka sejak Oktober 2023 lalu dan seleksi akan dilangsungkan pada Desember 2023 mendatang. 

Terdapat lebih banyak universitas penerima pada program PMM batch 4, termasuk universitas bergengsi di Indonesia yang sebelumnya tidak masuk dalam daftar penerima saat PMM batch 3. Syarat IPK pun yang sebelumnya minimal 2,75 menjadi minimal 2,8 dari skala 4. 

Saat ini, program PMM batch 3 tengah dilangsungkan hingga Maret 2024 mendatang. Beberapa mahasiswa Unmul turut menjadi peserta dalam program PMM batch 3 ini, salah satunya adalah Fahirah Uda’a, mahasiswa Sastra Inggris 2021 yang tengah menjalankan program PMM di Universitas Negeri Jakarta. 

Fahirah turut membagikan pengalamannya selama menjalani program PMM batch 3 di Universitas Negeri Jakarta. 

“Selain belajar, saya juga mengikuti yang namanya Modul Nusantara. Ini adalah kegiatan di mana kita mengeksplorasi kota tujuan kita. Untuk saya sendiri, saya mengeksplor Jakarta baik dari segi history, budaya, dan lain-lain,” ungkap Fahirah kepada Sketsa pada Kamis (16/11).

Kegiatan Modul Nusantara yang menjadi salah satu kegiatan dalam program PMM sendiri bernilai 4 SKS yang bisa dikonversikan dalam kegiatan KKN, mengikuti kebijakan Unmul. 

Di sisi lain, program MSIB batch 5 saat ini tengah berjalan, terhitung sejak Februari hingga Desember mendatang. Salah satu mahasiswa Unmul, Excel Magenta Huzaeni, mahasiswa Agroteknologi 2020 mengatakan bahwa untuk sampai di tahap magang, mahasiswa akan melalui berbagai macam tes dengan mengikuti peraturan perusahaan yang dituju.

“Dari lolos tes berkas, nanti lanjut lagi tes akademik, tes psikotes, ada interview. Beda-beda setiap perusahaan, ada yang tes kesehatan, macam-macam. Fasilitasnya juga beda-beda setiap perusahaan,” terang Excel lewat telepon Whatsapp, Kamis (16/11).

Magang di PT. Kaltim Methanol Industri, Excel mendapat banyak pengalaman baru mengenai dunia kerja, serta mendapat teman-teman baru dari berbagai kampus ternama seperti ITB, Unnes, dan UGM.

“Pasti dapat ilmu baru karena kita di sini dapat banyak tugas, pekerjaan, menambah ilmu, menambah pengalaman, juga wawasan mengenai dunia kerja,” jelas Excel.

Beralih ke Annisa Nur Aini, mahasiswi Unmul Pendidikan Bahasa Inggris 2021 sebagai salah satu peserta program Kampus Mengajar batch 5 pun merasa bahwa dengan mengikuti program Kampus Mengajar, menjadi salah satu pengalaman terbaik miliknya.

Mengikuti program Kampus mengajar dari Februari hingga Juni, setelah pembekalan selama satu bulan, Annisa ditugaskan di SDN 021 Samarinda Ulu. Ia fokus kepada program kerja (Proker) dengan jam mengajar yang fleksibel, hanya menggantikan guru kelas yang tidak dapat hadir.

“Jadi, Kampus Mengajar itu lebih ke membuat program kerja,  kalau mengajarnya itu fleksibel (mengajar di kelas). Kalau misal ada guru yang minta digantikan,” ungkap Annisa saat ditemui langsung oleh awak Sketsa, Sabtu (18/11).

Menghadapi murid dari berbagai latar belakang membuat Annisa lebih paham mengenai karakteristik untuk menentukan pembelajaran yang baik. Terlebih di jurusan pendidikan yang ia tempuh, dirinya merasa perlu mengerti karakteristik setiap murid.

“Karena, kan, kami di FKIP selain diminta pengalaman mengajar, kami juga harus ngerti, nih, karakteristik muridnya bagaimana,” papar Annisa. (ner/mlt/ems)