SKETSA- Presiden dan Wakil Presiden Badan Eksekutif Mahasiwa Keluarga Mahasiswa Universitas Mulawarman (BEM KM Unmul) 2016 hari ini menggenapkan masa 100 hari kerja. Presiden dan Wakil Presiden, Muhammad Teguh Satria dan Dimas Ronggo Gumilar dengan kabinet Eksekutor Perbaikan Indonesia.
Beberapa tantangan didapat pasangan tersebut ketika debat kandidat digelar Oktober tahun lalu. Salah satunya komitmen 100 hari kerja berkoordinasi masalah komunikasi dengan BEM fakultas di seluruh Unmul.
“Akan dibuat nota kesepahaman dan dideklarasikan saat open house BEM KM nanti, secepatnya. Seperti yang kita tahu, iklim BEM tiap fakultas itu berbeda, dipilihlah pendekatan informal,” jelasnya. Tercatat, 5 pernyataan sikap, 6 advokasi, 3 aksi, 10 diskusi kontemporer dan publik, 6 hearing, 2 propaganda, dan 2 desa binaan.
“Dari 310 pendaftar, ada 199 yang terpilih. Rancangan program kerja (proker) ada 79 yang akan efektif berjalan di sisa kepengurusan,” imbuh Teguh. Hal ini dihimpun berdasarkan empat sektor dalam masa 100 hari kerja, yakni, kaderisasi, gerakan, jaringan, dan pengkaryaan. Walau diakui Teguh, masih minim dalam hal pengkaryaan.
BEM KM pun menjadi koordinator wilayah (korwil) serta Korwil Forum Perempuan Kaltim-Kalsel. Selain itu, ditunjuk pula sebagai Korwil Kalimantan Forum Nasional Sosial Masyarakat 2016 pada Musyawarah Nasional BEM Seluruh Indonesia (Munas BEM SI) Januari lalu.
Teguh menerapkan pola 3-4-3 untuk kabinetnya. Meniru formasi sepak bola. Sebab, ia menerapkan pola pikir bahwa bergerak di BEM bukanlah beban, melainkan permainan. Pada akhir pertandingan, apakah menang, imbang,atau bahkan kalah, ditentukan pemain-pemainnya.
“Ada 9 menteri dengan 3 kepala biro, total ada 16 pengurus,” kata mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) itu. Setelah formasi dan strategi diatur, tinggal improvisasi di lapangan. Jalur permainan dijelaskan, cara eksekusi kembali pada masing-masing pemain. “Diharapkan semoga tidak ada yang cedera atau dapat kartu merah. Bisa pincang jadinya dan memengaruhi hasil permainan.”
Beberapa proker di antaranya Borneo Sains Camp yang merangkul himpunan mahasiwa daerah sehingga tidak hanya mengawal isu-isu di Samarinda saja. Kemudian, Mulawarman Festival, Unmul Menyapa atau bedah kampus, dan Pena Eksperia lewat diskusi keliling setiap pekan ke seluruh fakultas.
DijelaskanTeguh, mahasiswa cenderung jenuh dengan terobosan dan janji-janji baru. Menguatkan dan meneruskan apa yang sudah ada, menerapkan manfaatnya agar dapat dirasakan semua lini. Singkatnya, mengeksekusi dan memperbaiki.
“Diluar itu, program jaringan advokasi juga terus berjalan. Sebab, Kementerian Advokasi merupakan salah satu striker atau penyerang dalam permainan. Striker lainnya yaitu Kementerian Sosial Politik dan Kementerian Sosial Masyarakat. Menentukan menang atau tidaknya periode kali ini,” tutup Teguh. (rdm/e3)