SKETSA - 58 tahun silam, tepatnya pada 17 April 1960 di Surabaya, lahir sebuah organisasi kemahasiswaan dengan membawa bendera keagamaan, bernama Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).
Dikutip dari laman pmii.or.id, lahirnya PMII kala itu berawal dari keinginan kuat kaum muda dan mahasiswa Nahdlatul Ulama (NU) untuk mendirikan sebuah organisasi kemahasiswaan yang menaungi mereka secara nasional. Kendati sudah ada beberapa organisasi yang berafiliasi, rupanya dianggap belum mampu membendung hasrat tersebut.
Terjadinya perpecahan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan NU juga jadi salah satu faktor pendorong terbentuknya PMII. Kemudian, sepakat mengusung ideologi ahlussunnah waljama'ah atau senantiasa tegak di atas Islam berdasarkan Al-Quran dan hadis. Tujuannya ialah membentuk pribadi muslim Indonesia yang bertakwa kepada Allah Swt, berbudi luhur, cakap, dan bertanggung jawab serta setia memperjuangkan cita-cita kemerdekaan bangsa.
Tak hanya sebagai wadah memperjuangkan aspirasi kaum muda, PMII belakangan juga dimaksudkan sebagai alat memperkuat partai politik NU, yang mana anggota PMII diarahkan sebagai kader muda. Tak terima, PMII pada 1973 akhirnya mendeklarasikan diri untuk independen terhadap NU. Selang setahun kemudian, NU pun memutuskan untuk melepaskan diri dari identitas partai politik dan tidak lagi ikut-ikut politik hingga sekarang.
Sebagaimana organisasi nasional yang melekatkan Indonesia di belakang namanya, PMII juga sama. Ada kaki-kaki PMII baik regional daerah maupun perguruan tinggi.
Ditemui Sketsa pada 16/4, Agus, Ketua Cabang PMII Kota Samarinda menyebutkan, cabang PMII bermacam-macam. Jika di tingkat pusat namanya Pengurus Besar (PB-PMII), di tingkat provinsi Pengurus Koordinator Cabang (PKC-PMII), di tingkat kota Pengurus Cabang (PC-PMII), di tingkat perguruan tinggi disebut komisariat, dan di tingkat fakultas disebut rayon.
"Di Unmul sendiri ada 10 rayon. Ada FHUT, Faperta, FISIP, FMIPA, FKIP, FKTI, FIB, FEB, FH, dan FT. Kalau saya sendiri dulu awalnya dari rayon Kehutanan, kemudian menjadi Ketua Komisariat PMII Unmul dari tahun 2015,’’ terang Agus.
Di usianya yang menginjak lebih dari setengah abad, PMII telah memiliki sedikitnya tiga ratus cabang di berbagai daerah.
"Di Samarinda dan Unmul alhamdulillah ada peningkatan. Dulu hanya ada beberapa rayon saja, tapi hari ini sudah ada 10. Ini bukti bahwa PMII tidak redup dari organisasi lainnya. PMII termasuk organisasi terbesar,’’ tuturnya.
Eksistensi dan Kontribusi PMII
"Soal kasus penistaan agama, kami tetap tidak akan melewati NU sebagai yang menaungi. Makanya perlu ada beberapa pertimbangan dan juga pernyataan sikap," kata Agus.
Lebih lanjut ia mengatakan, PMII, sebagai organisasi yang berlandaskan Islam, termasuk organisasi yang akan bersikap keras atas kasus-kasus berbau agama, sebut saja kasus penistaan agama yang dilakukan Gubernur Jakarta Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) hingga puisi kontroversial milik Sukmawati Soekarnoputri.
"Kita pun harus mengamati betul-betul apakah memang orang itu menistakan agama atau tidak. Kita jangan terlalu cepat merespons tanpa kita diskusikan. Jika benar menistakan maka, akan betul-betul kita perjuangkan," tegasnya.
Dalam keseharian, PMII Kota Samarinda dan Komisariat Unmul kerap menggelar diskusi maupun agenda yang fokusannya penguatan ilmu keislaman dan moralitas.
Hal ini dilakukan sebagai wujud kontribusi PMII dalam memajukan kaum muda Islam lewat pendidikan karakter yang sarat nuansa keagamaan.
Tak berhenti sampai di situ, PMII pun acap kali menyoroti kinerja pemerintah.
"Kemarin yang betul-betul diperjuangkan oleh jajaran pusat sampai daerah juga adalah persoalan UU MD 3 yang memang kita ketahui akan mempersulit lagi ruang gerak mahasiswa. Maka dari itu PMII juga menyuarakan aspirasi itu," bebernya.
Asa untuk PMII
Dalam menyambut hari jadi PMII ke-58, Komisariat PMII Unmul dan kampus lain di Samarinda berencana mengadakan harlah di Masjid Al-Fatihah Unmul pada 21 April mendatang. Acara juga sekaligus dirangkaikan dengan Gerakan Unmul Mengaji.
"Saya berharap, PMII tetap berkibar. Sebab, tantangan PMII ke depan akan semakin berat. Kita memperjuangkan dan mengawal NKRI dari gerakan-gerakan yang ingin mengganti ideologi negara ini dengan ideologi yang lain,’’ tandasnya. (nnd/asr/yun/eno/aul/aml)