Sumber Gambar: Dok. Pribadi
SKETSA – Menuju akhir tahun, Unmul kembali melaksanakan prosesi wisuda untuk keempat kalinya pada Sabtu (12/12) lalu. Mengusung konsep berbeda, acara berlangsung secara daring dan luring. Kombinasi dilakukan lantaran kondisi pandemi Covid-19 belum berakhir. Kegiatan yang terlaksana di Ruang Serbaguna Lantai 4 Rektorat Unmul ini tetap menerapkan protokol kesehatan.
Dilansir dari unmul.ac.id, terdapat total 986 orang wisudawan dan wisudawati dari program Diploma, Sarjana, Profesi dan Pascasarjana Unmul. Sebanyak 18 orang perwakilan terbaik dari setiap fakultas dan pascasarjana menghadiri wisuda secara luring.
Lulusan terbaik program sarjana diraih oleh Retno Hanani asal Program Studi Kesehatan Masyarakat dengan IPK 3.91. Kemudian, dari Program Pascasarjana terdapat Yayu Wahyuni asal Magister Pendidikan Bahasa Inggris dengan IPK 4.00. Terakhir, Rochadi Kristiningrum dari Program Doktor Ilmu Kehutanan dengan IPK 4.00.
Retno Hanani, salah satu lulusan terbaik asal Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) membagikan pengalamannya sebagai peserta wisuda luring. Ia menyebutkan, rangkaian acara berlangsung lancar dan tepat waktu. Meski tidak dapat dihadiri langsung oleh seluruh peserta, Retno mengatakan jika euforia kelulusan sangat terasa walau hanya bersama para perwakilan.
“Saat rektor dan jajarannya memasuki ruangan dan diiringi dengan instrumen, membuat hati saya bergetar dan berkata dalam hati ‘ini yang saya tunggu-tunggu selama masa perkuliahan’. Namun, sayangnya tidak dapat dihadiri dan disaksikan langsung oleh seluruh wisudawan dan wisudawati,” jelasnya kepada Sketsa, Senin (14/12).
Ia mengaku jika dirinya tak pernah berpikir akan menjadi perwakilan terbaik saat kelulusan tiba. Tetapi, Retno bersyukur mendapatkan kesempatan tersebut sehingga dapat hadir sebagai peserta luring dan diwisuda langsung oleh rektor Unmul.
“Sungguh pengalaman dan kesempatan yang luar biasa bagi saya. Terkendala oleh pandemi, namun saya masih tetap bisa merasakan wisuda secara langsung,” akunya.
Retno menambahkan, pada saat wisuda luring berlangsung tidak terdapat kendala berarti. “Hal ini pun tidak terlepas dari seluruh kerja keras panitia pelaksana yang telah merancang dan menyukseskan acara ini,” terangnya.
Cerita lainnya datang dari Ainun, mahasiswi asal Prodi Penjaskesrek yang mengikuti prosesi wisuda secara daring. Mahasiswi angkatan 2016 tersebut menuturkan jika ia tidak begitu merasakan suasana kelulusan yang sesungguhnya.
“Kenapa saya bisa bilang seperti itu? Karena masalah teknis atau sinyal dan baik MC pun tidak memberitahu kapan kita harus pindah tali toga,” kata Ainur, Senin (14/12).
Ketika ditanya mengenai kendala selama pelaksanaan wisuda, dirinya memaparkan jika beberapa kendala pada media telekonferensi yang digunakan hingga permasalahan internet.
“Ada (kendala) jaringan, kemudian teknis dalam Zoom-nya. Kemudian kuota internet. Padahal kan angkatan atas ada yang membayar uang wisuda. Setidaknya ada paket setiap calon wisuda,” ujarnya.
Mengenai target setelah kelulusan, baik Retno maupun Ainun menyampaikan jika mereka ingin segera bekerja dan melanjutkan pendidikan di jenjang berikutnya.
“Semoga ada yang menerima lamaran kerja saya di salah satu instantsi dan jika diberi kesempatan serta rezeki, semoga bisa melanjutkan pendidikan dan terus bisa mengembangkan ilmu,” harap Retno.
“Insyaallah, saya ingin menjadi PNS dan melanjutkan sekolah kembali,” tambah Ainun.
Sebagai penutup, Ainun juga berharap agar Unmul dapat berkembang lebih baik dan menyampaikan semangat kepada mahasiswa yang masih mengejar gelarnya di kampus.
“Satu harus kalian ingat, masih ada cita-cita dan impian yang berada di belakang punggung kalian untuk mencapai suatu kesuksesan! Optimis dan jangan lupa tersenyum,” tutupnya. (len/rst)