dok. pribadi KSR Unmul
SKETSA - Sejak Sabtu (8/6) sejumlah titik di Samarinda diterjang banjir. Hampir seluruh akses jalan tidak bisa dilalui, akibatnya kegiatan masyarakat pun terhambat. Hujan deras yang mengguyur Samarinda ditambah pintu air Bendungan Benanga yang dibuka mengakibatkan banjir besar ini.
Kedalaman banjir di berbagai lokasi cukup bervariasi, ada yang mencapai pinggang bahkan leher orang dewasa. Berbagai pihak pun menyalurkan bantuan, salah satunya UKM Korps Sukarela (KSR) Unmul. Mereka melaksanakan tanggap bencana dengan membantu mahasiswa yang terdampak banjir untuk mengungsi.
Adapun yang disediakan berupa pos pengungsian, dapur umum, membuka donasi bahan makanan, obat-obatan, hingga bahan pangan serta membantu proses evakuasi korban banjir. Semua bantuan ini didukung dan bersumber dari civitas academica Unmul dan juga masyarakat sekitar.
"Di sini kami tidak sendiri juga, kami bersama-sama dengan Mapflofa Fahutan, beberapa teman BEM, dan mahasiswa kehutanan. Sama-sama terjun langsung ke lapangan," ucap Rahmad.
Posko pengungsian yang berada di Gedung Bundar Fahutan kini di tempati 11 mahasiswa. Jumlahnya cukup sedikit dikarenakan banyak dari mahasiswa yang telah dievakuasi ingin diantar ke kos, asrama teman atau saudaranya. Kegiatan tanggap ini akan dilakukan hingga banjir benar-benar surut.
"Sekarang yang fokus kami lakukan yaitu suplai obat-obatan karena mulai timbulnya penyakit akibat banjir, juga pakaian, alat dan bahan masak, makanan, serta perlengkapan bayi," katanya.
Banyak juga pihak-pihak yang ikut membantu seperi komunitas, organisasi, relawan, hingga BNPB. Pemerintah Kota Samarinda mencatat ada 10.300 jiwa yang terdampak luapan banjir. Hingga kini (13/6) masih ada beberapa lokasi yang tergenang banjir, sementara lokasi lain mulai surut. Begitu juga dengan kampus Unmul, beberapa titik tergenang banjir. Bahkan kampus FKIP melalui akun Instagram BEM FKIP Unmul, diedarkan informasi pengunduran pelaksanaan ujian akhir semester. Hal ini lantaran sekitaran kampus FKIP menjadi salah satu titik yang terkena banjir sehingga kondisi tidak memungkinkan untuk pelaksanaan ujian. (omi/syl/wil)