Rembuk Kampus dan Segala Masalah yang Meliput Unmul

Rembuk Kampus dan Segala Masalah yang Meliput Unmul

SKETSA – Senin (20/3) lalu di Aula lantai empat rektorat, agenda tahunan Rembuk Kampus dibuka oleh Masjaya, Rektor Unmul. Agenda itu dipandu oleh Wakil Rektor IV bidang pengembangan dan kerja sama, Bohari Yusuf. Ini adalah agenda kedua selama Masjaya menjabat sebagai rektor, kali ini dirangkaikan dengan launching website baru Unmul dan penandatanganan perjanjian kerja dengan dekan Fakultas Pertanian, Kehutanan, Komputer dan Teknologi Informasi, serta Farmasi.

Rektor dan wakil-wakilnya duduk bersama di atas panggung. Dekan-dekan fakultas bersama wakilnya tampak memadati ruangan dingin itu. Secara bergantian mereka menyampaikan kritik, saran, hingga berkeluh kesah soal kesulitan dan keterbatasan fakultasnya. Mahasiswa yang hadir juga turut menyampaikan aspirasinya.

Banyak hal yang dibahas pagi itu. Anggaran yang minim diterima fakultas, penelitian, akreditasi, fasilitas kampus, kegiatan kemahasiswaan, evaluasi peraturan akademik, keamanan kampus hingga kunjungan asesor yang tinggal menghitung hari.

Muhammad Noor, menyampaikan keluhannya soal anggaran yang minim didapat fakultas. “200 miliar anggaran dari PNBP, tapi yang diberikan ke 14 fakultas dan unit-unit lain hanya Rp 72 miliar,” ujar dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) itu. Dekan Fakultas Farmasi, Laode Rijai juga menambahkan bahwa sebaiknya Unmul tidak hanya bergantung pada Uang Kuliah Tunggal (UKT) saja.

Sementara Susilo, ketua LP2M menyampaikan bahwa Unmul perlu memberi asupan dana lebih untuk penyelenggaraan kegiatan penelitian. Menurut dekan FKTI, Nataniel Dengen perlu ada ketegasan bagi dosen untuk melakukan penelitian. Namun hal sebaliknya disampaikan dekan Fakultas Teknik. Muhammad Dahlan Balfas berkata, setiap fakultas tidak bisa dituntut menghasilkan penelitian yang jumlahnya sama. Adalah perlu membangun atmosfer akademik di kampus.

Perihal akreditasi dan kunjungan asesor, dekan FEB, Syarifah menyampaikan harapannya agar Wakil Rektor bidang pengembangan dan kerja sama dapat membantunya dalam hal kerja sama, sebab hal itu juga yang menjadi pertimbangan untuk bisa mendapat akreditasi A. Sedang Muhammad Amir, dekan FKIP menyampaikan kebutuhan laboratorium di FKIP masih kurang. Hal yang sama disampaikan juga oleh Mursalim, dekan FIB yang menyebutkan ruang kelas di sana masih buram.

“Jika fakultas dituntut untuk terakreditasi A, segala kebutuhnnya harus dipenuhi,” kata Amir.

Suara mahasiswa hari itu diwakili oleh Aditya Ferry Noor dan Frijae Rakasiwi. Mereka menyampaikan perihal keamanan di kampus yang hingga kini masih menjadi topik hangat, kegiatan kemahasiswaan, hingga fasilitas kampus. Ferry mengusulkan pengadaan CCTV di setiap sudut kampus. Ketua BEM FEB itu juga menyampaikan perihal kegiatan kemahasiswaan di Unmul. Bahwa kegiatan kemahasiswaan mestinya harus punya standar.

“Kegiatan kemahasiswaan bernilai nol di Kemenristek Dikti,” katanya.

Sedang Frijae mengusulkan KTM berbasis elektronik, yang bisa digunakan sebagai akses masuk kampus. Keluhan lain yang disampaikannya ialah akses yang sulit bagi mahasiswa untuk menggunakan fasilitas kampus.

“Dipersulit, bahkan kalah dengan acara kawinan,” tukasnya.

Menjawab keluh kesah, kritik, dan saran yang disampaikan pagi itu, rektor menyampaikan beberapa hal. Masjaya menyampaikan akan ada penghargaan sebesar Rp25 juta untuk setiap judul penelitian yang terindeks global. Ia juga berkomitmen untuk memberikan penghargaan bagi fakultas yang berhasil terakreditasi A dengan memberi sejumlah uang senilai ratusan juta. Terkait kegiatan kemahasiswaan yang dipersulit dalam penggunaan fasilitas kampus, ia mengimbau untuk melaporkan staf yang mempersulit itu.

“Tujuan agenda ini untuk mendapat masukan ke arah perbaikan. Sebagian besar yang masuk adalah sudah dilaksanakan. Beberapa memang perlu diantisipasi, dan kita akan segera tindak lanjuti,” kata Masjaya kepada Sketsa.

Sementara itu Rudianto Amirta, dekan Fakultas Kehutanan yang juga turut hadir beranggapan bahwa dalam organisasi modern, perlu banyak mendengar. “Jadi strategi yang dibuat tepat dengan kebutuhan,” katanya.

Ia mengatakan bahwa rembuk semacam ini adalah peluang untuk mendapatkan matching value dan bisa membangun nilai-nilai kedekatan.

“Pertanyaannya, seberapa jauh masukan-masukan itu di eksekusi sebagai bagian dari strategi? Kita lihat program lanjutannya,” pungkasnya. (bru/wal)