Sketsa - Guru sejatinya adalah panutan bagi anak didiknya. Ikut berperan besar dalam proses pembentukan karakter anak bangsa. Karena guru adalah sumber ilmu yang nantinya akan terus menerus dipergunakan sepanjang hidup. Pentingnya peran guru ini membuat Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unmul terus berusaha memperbaiki kualitas mahasiswanya sebagai calon pendidik.
FKIP telah menandatangani MoU dengan The Southeast Asian Ministers of Education Organization (SEAMEO) untuk pelaksanaan Program Pengalaman Lapangan (PPL) internasional. SEAMEO berpusat di Thailand dengan anggota aktif berjumlah tiga puluh dua universitas. Dengan program Sea Teacher, Unmul melalui FKIP mengirim mahasiswanya ke dua negara, Thailand dan Filipina.
Tahap seleksi pun dilakukan guna menyaring mahasiswa yang nantinya akan mengikuti PPL ini. Wakil Dekan Bidang Akademik FKIP Lambang Subagiyo menjelaskan terdapat delapan prodi yang mengikuti seleksi. Antara lain prodi Matematika, Biologi, Fisika, Kimia, Sosial, Bahasa Inggris, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Pendidilan Guru Sekolah Dasar (PGSD). Dari prodi tersebut menyeleksi mahasiswa yang berminat untuk mengikuti PPL. Kemudian diseleksi oleh fakuktas dan tahap akhir akan dievaluasi oleh pihak SEAMEO. FKIP berhasil meloloskan sembilan mahasiswanya untuk program Sea Teacher.
"Sebenarnya lolos semua, cuman yang paling dibutuhkan hanya sembilan. Dan itu diatur oleh SEAMEO sesuai yang dibutuhkan oleh universitas atau yang lowong," jelas Lambang.
Lebih lanjut, program ini merupakan program mandiri untuk mahasiswa. Walau begitu pihak FKIP memberikan bantuan sebesar Rp5 juta kepada masing-masing mahasiswa.
"Sebelumnya kita telah diberikan kurikulum dan konten di sana. Sehingga RPP dan persiapan lainnya telah disiapkan dari Indonesia," paparnya mengenai persiapan PPL.
Kegiatan PPL yang berlangsung selama sebulan ini kurang lebih sama dengan PPL biasa. Dibimbing mentor dan guru pamong serta memiliki jam mengajar sebanyak dua puluh jam sehari. Hanya saja mereka wajib membuat video pembelajaran dan kegiatan selama di dua negara tersebut. Di samping harus membuat laporan juga.
"Sebenarnya ini sudah tahun ke dua. Karena dalam setahun dua kali PPL. Tapi Unmul baru tahun ini ikut, jadi kita telat setahun. Kalau kita bisa mendanai maka berangkat dua tahun sekali. Kalau tidak, minimal setahun sekali," ujar Lambang saat ditanya mengenai konsistensi FKIP dalam program Sea Teacher.
Dengan adanya kerja sama dengan SEAMEO ini, Lambang menjelaskan pula bahwa fakultasnya sedang menyiapkan rekognisi internasional pada tahun 2024. FKIP yang telah mengirimkan mahasiswanya ke luar negeri bisa dikatakan telah memiliki standar internasional. Yang nantinya lulusan mereka bisa mengajar tidak hanya taraf nasional namun juga internasional. (nhh/mer/els).