Sumber Gambar: Christnina
SKETSA – Setelah pembagian kelompok peserta beserta lokasi pengabdian oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) Unmul, tahap selanjutnya ialah pembekalan peserta KKN. Sesuai dengan timeline yang telah ditentukan, pada Kamis (18/6) lalu dilaksanakanlah pembekalan secara daring dalam bentuk webinar.
Adapun tema yang diangkat adalah 'Peran Mahasiswa dalam Program Kampus Merdeka: Membangun Masyarakat Desa'. Rektor Unmul Masjaya beserta Direktur Belmawa Kemendikbud RI Aris Junaidi selaku dan Kadis DPMPD Provinsi Kalimantan Timur Moh. Jauhar Effendi menjadi narasumber pada pembekalan kali ini. Wakil Rektor Bidang Akademik, Mustofa Agung Sardjono didapuk sebagai moderator.
Disiarkan melalui media telekonferensi Zoom dan siaran langsung di kanal YouTube, pembekalan yang seharusnya dimulai pada pukul 13.30 Wita mengalami keterlambatan akibat masalah teknis. Beberapa di antaranya karena penuhnya partisipan di Zoom dan ramainya kolom komentar di YouTube. Meski salah satu narasumber, Aris Junaidi tidak dapat hadir karena berhalangan, pembekalan tetap berlanjut.
Webinar diawali dengan sambutan dari Masjaya untuk seluruh peserta yang hadir dalam pembekalan. Dikatakan Masjaya, KKN adalah proses dan bagian dari tahapan-tahapan menuju berakhirnya masa studi. Baginya, mahasiswa sebagai bagian dalam berbagai tahapan tersebut tak bisa berhenti hanya karena kondisi dan pengaruh dari situasi yang ada.
“Dalam kondisi pandemi Covid-19, aktivitas KKN tetap dilakukan. Tentu dengan format dan pola kreasi yang berbeda. Ada perlakuan, ada mekanisme atau konsep baru yang kita lakukan dalam bentuk KKN ini,” paparnya.
Konsep baru yang dimaksud Masjaya ialah kegiatan KKN yang berlangsung dalam Kondisi Luar Biasa (KLB) yang dilakukan secara daring. Meski begitu, kondisi ini tidak mengubah makna pelaksanaan KKN yang merupakan sebuah bentuk pengabdian kepada masyarakat, khususnya pada potensi alam di Kaltim.
Ia juga menyebutkan bahwa KKN ada sebagai wadah untuk mahasiswa dalam memberikan makna serta kontribusi dalam membangun bangsa. “Masyarakat membutuhkan bantuan dalam memenuhi kebutuhan dan relasi dari persoalan masyarakat, dengan memberikan bimbingan oleh mahasiswa agar tercipta jalan keluar.”
Pembekalan dilanjutkan dengan pemaparan dari narasumber kedua, Jauhar Effendi. Dalam penyampaiannya, Jauhar menyarankan mahasiswa untuk berinovasi dalam membuat program kerja yang akan diimplementasikan di lapangan. Dalam hal ini, ia menyarankan agar mahasiswa dapat menjangkau masyarakat dengan membuat sebuah aplikasi untuk menyokong kebutuhan mereka sebagai pengembangan diri.
“Kami berharap di dalam kelompok-kelompok lokasi tersebut, per kecamatan atau per kabupaten itu bisa membuat aplikasi yang sederhana yang bisa membantu pemerintah dan masyarakat desa dalam rangka mengembangkan dirinya,” tutur Jauhar.
Selanjutnya, ia mengatakan bahwa keberhasilan KKN ini dapat terjadi apabila terdapat sinergitas antara mahasiswa, dosen pembimbing serta pihak kecamatan, kelurahan, dan desa. “Jadi saya berharap dari kabupaten dan kota, pemerintah kecamatan dan dari pemerintah desa dan kelurahan bisa memberikan data-data yang diperlukan oleh para mahasiswa untuk melakukan analisis, untuk membuat langkah-langkah dan saran-saran atau kebijakan ketika KKN itu sudah berakhir.”
“Kami berharap mahasiswa juga mengidentifikasi kira-kira persoalan apa yang paling mendasar di desa maupun di kelurahan lokasi KKN,” lanjutnya.
Mengenai program kerja selama KKN berlangsung, ada 4 poin penting yang ditawarkan. Pertama, penentuan topik dapat dilakukan berdasarkan kebutuhan masyarakat di desa atau kelurahan tempat KKN. Kedua, membuat program penanganan Covid-19 tentang dampak pandemi terhadap pangan, ekonomi, dan sosial budaya. Ketiga, program kerja yang dibuat melalui diskusi dengan Dosen Pembimbing Lapangan (DPL). Terakhir, menyesuaikan dengan topik yang terdapat di buku panduan KKN-KLB.
Pada pembekalan perdana ini, mahasiswa diingatkan kembali jika KKN akan berlangsung secara daring. Sehingga didukung dengan desa atau kelurahan yang memiliki akses internet dan dapat dikontak secara virtual. Selain itu, mahasiswa juga diimbau untuk tidak turun ke lapangan. Apabila memang mendesak, maka harus sepengetahuan DPL dan pihak desa atau kelurahan yang dituju.
Seusai pemaparan materi, ruang diskusi terbuka untuk menampung pertanyaan-pertanyaan dari mahasiswa. Salah satunya dating dari Dwiyafet Paramma dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB). Ia menanyakan seberapa efisien KKN daring dapat diberlakukan di tengah situasi pandemi dan proker apa saja yang dapat diimplementasikan pada masa pandemi. Selain itu, Dwiyafet juga meminta kejelasan mengenai pelaksanaan KKN mendatang.
Menjawab hal ini, Anton Rahmadi selaku Wakil Ketua LP2M yang turut hadir pada pembekalan mengatakan bahwa ada dua hal penting yang perlu dibahas terkait pertanyaa tersebut. Pertama mengenai waktu pelaksanaan KKN. Pada Juli mendatang, mahasiswa akan dilepas secara formal untuk mengikuti KKN secara daring. LP2M juga telah memantau dan mengobservasi daerah mana saja yang memiliki cukup sinyal untuk mendukung KKN secara daring.
Kedua, mengenai tantangan dalam berkomunikasi dengan para kepala desa dan kepala kelurahan. Perlu adanya pembiasaan diri untuk saling berhubungan melalui daring agar informasi yang diterima dapat digunakan dengan maksimal.
Setelah berbagai pertanyaan tuntas terjawab, webinar diakhiri dan pembekalan kedua akan berlangsung hari ini (23/6) dengan tiga narasumber. Yakni M. Nurdin selaku Dirjen Kawasan Transmigrasi, Direktur Belmawa Kemendikbud RI Aris Junaedi dan Irfan A. Tachrir selaku Direktor Human Capital Management Telkomsel. (len/sit/zar/rst/stn/wil)