Menuju KKN 46 KLB: Kendala Koordinasi dan Misinformasi

Menuju KKN 46 KLB: Kendala Koordinasi dan Misinformasi

Sumber Gambar: http://kkn.unmul.ac.id

SKETSA – Euforia KKN 46 kini mulai dirasakan, meski akan berlangsung dengan status Kondisi Luar Biasa (KLB) dan terbatas untuk KKN Reguler dan Penyetaraan KKN. Tentu perubahan-perubahan ini memunculkan kendala dari tim pelaksanan KKN. Koordinator KKN CSR, Sonny Sudiar memaparkan beberapa kendala yang dialami selama proses penyusunan program KKN KLB ini.

Sonny tak memungkiri bahwa pelaksanaan KKN ini akan sangat berbeda meski belum terlihat kendala apa yang akan dihadapi mahasiswa, sebab memang belum dilaksanakan. Dia menyebut beberapa kemungkinan kendala seperti keterbatasan komunikasi untuk koordinasi, jangkauan internet serta kendala pasca KKN telah menjadi pembahasan.

“Kendalanya masih dapat kami atasi meskipun mempersiapkan dari rumah. Artinya kendala yang dikhawatirkan itu masih dapat diatasi,” katanya.

Hal yang ingin ia tekankan adalah perbedaan aktivitas KKN yang akan berlangsung. Biasanya, KKN dilakukan dengan bermukin di desa selama 50 hari produktif. Namun kini dilakukan secara online. Artinya, semua pihak yang ikut serta dalam KKN ini melakukan kegiatan pengabdian dari rumah.

“Mengharuskan kita mempersiapkan diri dengan cara berkomunikasi dari rumah masing-masing. Menghubungi pihak terkait desa, kecamatan, anggota kelompok dan lainnya. Merancang mendesain program apa saja nantinya selama KKN itu.”

“Ada banyak sebenarnya yang bisa dilakukan. Misalnya kampanye tentang pencegahan Covid-19. Membuat video tentang tata cara membuat cairan disinfektan. Membuat poster, panduan dan macam-macam. Intinya bermanfaat besar untuk pemberdayaan masyarakat, yang bisa dikontribusikan ke masyarakat desa,” lanjutnya.

Tak hanya kendala, sejumlah misinformasi dan kabar-kabar tak resmi muncul bahkan sebelum LP2M memberikan informasi resmi di laman kkn.unmul.ac.id. Contohnya isu terkait pembukaan pendaftaran KKN lebih dulu untuk salah satu fakultas melalui website KKN setiap 15 menit. Kemudian beredar database tak resmi yang berisi nama-nama mahasiswa peserta KKN yang membuat panik beberapa mahasiswa karena takut ketinggalan informasi atau telat mendaftar.

Hal ini dibantah oleh Sonny, sebab LP2M telah menjadwalkan timeline pelaksanaan KKN dari awal hingga berakhirnya KKN. “Sudah ada jadwal untuk masing-masing fakultas, semuanya tertera,” tukasnya.

Banyak mahasiswa kemudian dibuat bingung karena nama mereka tak muncul atau tak terdaftar sebagai peserta KKN, meski memiliki SKS yang mencukupi sebagai syarat. Untuk masalah ini, ia menyebutkan bahwa data-data tersebut akan kembali diperiksa dan disinkronasi.

“Nanti disinkronkan, ya. Saya kurang tahu kendala atau missing-nya dari mana. Yang jelas data-data itu dari BAK, yang digunakan untuk data pendaftaran. Tapi kemudian akan disinkronkan dengan data fakultas. Karena data valid itu dari fakultas,” jelas Sonny.

Terakhir, ia mengatakan bahwa semua informasi akan tertera di laman website KKN, sehingga mahasiswa diimbau untuk selalu mengecek secara berkala. Dalam praktiknya, KKN akan dilakukan secara daring, dan tidak harus menuju ke desanya. Adapun kepastian untuk pelaksanaan KKN ke desa masih akan disesuaikan dengan situasi perkembangan Covid-19.

“Jika sudah dianggap membaik, kami akan diskusi lagi. Namun, kami mengharapkan tidak perlu ke sana. Karena kekhawatiran kami pasca pandemi itu virus masih ada,” tutupnya. (len/sii/rst/stn/wil)