SKETSA – Layaknya hukum alam yang senantiasa berkebalikan, demikian pula situasi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di Unmul: aktif dan pasif. UKM yang pasif ini awalnya juga berkomitmen, namun dalam perjalanannya ternyata lebih sering tidak aktif. Sekretariat kosong, kegiatan nihil.
"Tidak dianggarkan,” tegas Wakil Encik Akhmad Syaifudin Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Alumni saat ditanya perihal anggaran UKM yang pasif.
Ditemui Sketsa di ruangannya pada Kamis (11/1), Encik tidak hanya menegaskan nasib anggaran UKM pasif, tetapi juga UKM yang sebenarnya aktif namun anggarannya rendah sebab daya serap yang juga rendah. Rendahnya anggaran yang dikeluhkan mahasiswa dimengerti Encik. Namun, pasifnya sejumlah UKM membuat dirinya kecewa.
“Mahasiswa yang siap berkegiatan kami dorong. Kalau ada kesulitan coba bertanyalah pada pembina. Kalau pembina tidak sanggup, konsultasi ke kami. Jadi, jangan diam saja lalu pasif,” keluhnya.
Encik menduga, salah satu penyebab UKM pasif adalah karena salah menempatkan prioritas anggaran. Akibatnya, kegiatan sering minim dana, kemudian anggota perlahan bubar jalan. Sedangkan perkara lambatnya pencairan yang juga dikeluhkan UKM dijawab Encik dengan tudingan lambatnya UKM menyetor SPJ.
"Kalau baru setor SPJ hari ini terus nagih uang besok, etis enggak itu?” ucapnya penuh penekanan.
Selama menjabat Wakil Rektor, Encik mengaku terus menerus dibuat kesal dengan lembaga kemahasiswaan yang terlambat menyetor SPJ. Padahal persoalan ini melibatkan sistem. Lebih-lebih saat ini ada mekanisme mengenai tenggat waktu dan nominal sekali pencairan yang ditetapkan Direktorat Jenderal Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) membuat proses anggaran UKM Unmul mau tidak mau harus taat.
“Sebetulnya kalau mahasiswa tertib SPJ bisa kita kasih semua di awal. Misalkan kegiatan A dengan anggaran Rp4 juta. Kalau mahasiswa tertib menganggarkan dan melaporkan, bisa dua minggu setelah selesai acara lengkap semuanya. Ini enggak. Semuanya dibikin kalang kabut. Bagian keuangan tidak mau tahu. Kalau pengurusan SPJ terlambat, maka kinerja kemahasiswaan juga terhambat, begitu juga sub-sistem lain. Intinya jika SPJ cepat, maka dana juga cepat dicairkan,” beber Encik.
Student Day, Dukungan Encik untuk UKM
Sebagaimana berita yang diturunkan Sketsa pada 17 Desember 2017, Student Day hidup lagi. Kebijakan ini dimaksudkan untuk menghidupkan kembali vakumnya iklim non akademis dan mengakomodir penyelenggaranya yang kerap terkendala jadwal perkuliahan. Maksud tersebut akhirnya dituangkan dalam surat edaran bernomor 555/UN17.19/KM/2017 pada 6 Desember.
Encik sadar kegiatan kemahasiswaan kerap kali berbenturan dengan ketersediaan fasilitas di hari Sabtu karena tidak ada petugas dan faktor lain. Ia berharap kebijakan ini mampu terlaksana sesuai cita-cita dan mencegah pasifnya UKM sebagai basis minat dan bakat mahasiswa Unmul.
“Kami sebenarnya risau, maka perlu kami minta komitmen mahasiswa mendukung Student Day dan sekaligus juga merangsang kemampuan untuk mereka berprestasi,” tandasnya. (aml/erp/pil/wal/els)