SKETSA – Senin (29/1) pukul 14.00 Wita, setelah salat zuhur, Muhammad Adam Rizky Syawalian kembali menuju Laboratorium Kimia Fakultas Teknik Unmul. Saat memasuki ruangan, ia tidak sendirian, beberapa rekan sudah mondar-mandir dengan kesibukkan masing-masing. Ada yang memakai baju santai termasuk dirinya, ada pula yang berseragam putih jas laboratorium.
Saat banyak mahasiswa Unmul asyik liburan semester, ia serta rekan tak jemu-jemu menyambangi laboratorium. Hari ini, kemarin, beberapa hari lalu, dan dua bulan ke depan pun akan terus demikian.
Bulat sudah tekad ia serta rekan untuk menggadai libur semester kali ini demi proyek mobil kimia yang mereka garap demi ikut dua ajang lomba Chem-E-Car berskala internasional.
“Dari pagi sampai malam. Sampai ada yang menginap pun tidak masalah. Setiap hari persiapan, jadi liburan semester ini benar-benar seperti kuliah rasanya,” akunya.
Adam, begitu ia akrab disapa, berbagi cerita ke Sketsa tentang proyek yang kini Orcaella --nama tim ini-- garap. Orcaella akan ambil bagian lagi di Indonesia Chem-E- Car Competition (ICECC), 25-28 Maret di Institut Teknologi Sepuluh November (ITS). Lalu di tanggal 28-30 Maret, Orcaella akan langsung terbang ke Negeri Jiran mengikuti Malaysia Chem-E- Car Competition (MCECC).
“Jadi kita buat dua mobil,” kata Adam. “Tahun lalu (2017 juga) ikut di ITS karena untuk pertama kali Unmul ikut lomba itu. Tahun ini akan coba di dua lomba karena jadwalnya berbarengan.”
Belajar dari Tahun Lalu
2017 lalu, Orcaella jadi tim pertama dari Unmul yang bisa ikut kontes mobil kimia berunsur robitik di ajang ICECC. Lawan tangguh semisal UGM, UI, ITB, dan ITS, sang tuan rumah siap menggilas Unmul yang berniat menorah tinta emas.
Di hari race, semua tim bersiap untuk menang, namun saling adu mobil kimia bukan untuk cepat-cepatan, tapi mencapai ketepatan. Juri dan penyelenggara lempar dadu guna menentukan jarak tempuh, dan jarak 13 meter akhirnya tersepakati. Semua tim diberikan waktu untuk mengukur jalannya mobil kimia mereka agar berhenti tepat di jarak yang ditentukan juri.
“Jadi tantangannya adalah kita harus menghitung takaran bahan kimia untuk membuat mobil itu berhenti tepat di jarak 13 meter,” sebut Adam.
Tim yang membawa maruah Unmul ini mampu menyita atensi seluruh tim peserta saat berhasil mengunci peringkat 4 besar di race pertama. Jarak 9 meter dari 13 meter berhasil ditempuh. Tim dari ITB pun ada di bawah Orcaella, bahkan keberhasilan itu kian berkesan saat mengungguli torehan sang juara ICECC tahun 2016: UGM.
Namun kisah manis di race pertama harus berakhir kecut di race kedua. Mobil kimia rakitan Adam dan tim mereka harus tercecer hingga ke peringkat 10. Orcaella meratapi nasib dan harus puas dengan hasil tersebut, sedang ITS --yang juga tuan rumah-- keluar sebagai kampiun.
Nama ITS yang “Amat” Superior
“Karena musuh kita tim dari ITS,” kata Adam dengan gimik kagum bercampur segan.
Sketsa kemudian mengorek lebih jauh keterangan Adam perihal kelebihan mobil kimia milik ITS yang tidak dimiliki Unmul. Selain faktor human error ITS yang cenderung minim, jawaban yang keluar dari mahasiswa angkatan 2013 ini justru mengejutkan dan terkesan menggelitik.
“Jadi bodi mobil mereka itu akrilik, sedang mobil kita bahan dasarnya karton yang dilapis-lapis. Kabel dan solder mereka bagus sekali, sedang kita pakai solder yang manual.”
Maklum, ITS adalah kampus yang amat “diwanti-wanti” Adam sebagai kompetitor terberat pada ajang ICECC 2018. Alasannya jelas, mereka adalah juara bertahan pada tahun sebelumnya.
Selain itu, prestasi ITS diajang internasional juga mengerikan. Terbaru, ITS sukses meraih predikat mentereng, juara 1 lomba mobil kimia yang tergelar di Amerika Serikat sebagai negara pelopor lomba serupa yang kemudian diikuti berbagai negara lain di dunia-- Desember 2017 lalu.
“Itu mereka cuma berselisih 2 sentimeter dari garis finish,” heran Adam.
Sontak, prestasi terbaru ITS itu kian membuat nama kampus tersebut amat superior. Hal lain yang menjadi kekuatan utama ITS adalah segala macam bahan yang ada di mobil mereka. Adam pun mengakui mantapnya mobil mereka dengan satu kata takjub: wow. Keperkasaan tim ITB itu membuat ada ia dan tim untuk bisa break the limit.
“Tidak ada kata sudah untuk (mempersiapkan) keakuratan. Sampai H-1 pun kita terus mencoba untuk benar-benar akurat,” ujarnya mengucap tekad.
Asa Tahun Kedua Orcaella Menantang Dunia
Ikut sertanya Orcaella dalam MCECC di Negeri Jiran amat diperhitungkan Adam dan tim. Alasan level lomba yang kian meningkat adalah landasan utamanya. Bahkan dibanding keikutsertaan di ICECC 2017 lalu, ajang ECECC 2018 di Malaysia akan menyajikan peserta yang jumlahnya hampir tiga kali lipat lebih banyak.
“Tahun lalu saya dengar itu 70 universitas dari seluruh dunia. Tahun ini saya dengar sampai 90.”
Atas dasar inilah, Adam dan tim rela menggadai waktu libur semester agar persiapan kian matang menuju perlombaan. Saat ini progres rakitan mobil kimia mereka sudah mencapat 70 persen dan untuk persiapan keakuratan terus menerus diperhitungkan.
Mobil kimia yang akan diterjunkan untuk dua lomba tersebut juga berbeda. Khusus pada ICECC 2018, tim telah merakit mobil dengan unsur elektro kimia. Mobil rakitan Adam dan tim terbilang rumit karena harus menghentikan dan menggerakkan mobil dengan kombinasi dua reaksi kimia: iodine clock dan baterai penggerak berbahan dasar kimia.
Sedang mobil bertenaga tekanan yang akan dilombakan pada ECECC 2018 tergolong mobil paling simpel. Campuran antara H2O2 dan zat katalis akan menghasilkan tekanan yang akan membuat turbin bergerak, dan secara otomatis membuat mobil kimia dapat berjalan maju.
“Mobil untuk lomba di ITS itu berhenti berkat reaksi kimia. Kalau mobil untuk lomba di Malaysia itu sampai gas benar-benar habis,” bocornya.
Meski terus berproses mempersiapkan mobil kimia, ada satu masalah klasik yang membayangi partisipasi Orcaella dalam dua ajang tersebut: anggaran. Alasan klasik ini pula yang jadi kendala besar tahun lalu.
Meski bantuan dari birokrat di fakultas semisal dekanat, prodi, hingga hima (Himatekim) pun ada bentuknya, namun semua bantuan tersebut belum menutupi operasional tahun lalu yang bahkan mencapai defisit.
Karena itulah, Adam memiliki harapan agar birokrat mempermudah bantuan anggaran agar kelak persiapan dan hasil akhir yang diraih tim pada tahun-tahun mendatang bisa lebih maksimal.
“Misal di ITK yang kampus Teknik-nya tergolong baru, kepala tim mereka baru mempresentasikan rencana saja, sudah diberi anggaran Rp8 juta,” sebutnya memperjelas maksud ‘mempermudah’ tersebut.
Ia berpendapat, jika ke depan anggaran telah dipermudah, Orcaella siap dan tak ragu untuk ikut ambil bagian dalam ajang Chem-E- Car diberbagai negara semisal Thailand, Australia, hingga Hong Kong. (dan/mrf/els)